Pages

UPDATE REFRENSI

Friday, September 27, 2019

MAKALAH MODIFIKASI MAKANAN KHAS DAERAH MENJADI PELUANG USAHA


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Indonesia memiliki keberagaman pangan yang tersebar di berbagai daerah. Makanan khs daerah juga menjadi ciri khas dari daerah asalnya. Sehingga makanan khas daerah juga dapat mendukung pariwisata daerahnya. Saat ini ada 30 jenis kuliner yang menjadi ikon makanan khas Indonesia. Makanan ini terbagi menjadi makanan pembuka, makanan utama, dan makanan penutup. Panganan khas daerah Indonesia akan menjadi daya tarik pariwisata lokal maupun mancanegara untuk datang ke daerah-daerah Nusantara.

1.2 Rumusan Masalah
·         Apa Itu Wirausaha?
·         Apa Itu Cireng?
·         Bagaimana cara memodifikasi Makanan Khas Daerah?

1.3 Tujuan
Agar Lebih Menambah kreatifitas siswa dalam berwirausaha dan menambah wawasan di bidang makanan khas daerah.







BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Wirausaha
Kewirausahaan bidang pangan olahan dapat menjadi ide alternatif yang sangat menjanjikan. Apa lagi Indonesia merupakan negara yang kaya akan panganan khas daerah. Sebagai seorang wirausahawan pemula sangat dianjurkan untuk lebih kreatif dan inovatif dengan wirausaha yang dijalankannya, artinya selalu melakukan diversifikasi produk atau pengembangan produk agar memiliki varian lebih dan mempunyai kelebihan dibanding pesaingnya. Inovasi juga dilakukan agar konsumen tidak jenuh dengan produk yang sudah ada. Walaupun produk khas daerah, inovasi tetap bisa dilakukan, baik inovasi dari sisi rasa, bentuk, maupun kemasannya.

2.2 Pengertian cireng
Cireng (singkatan dari aci goreng, bahasa Sunda untuk 'tepung kanji goreng') makanan ringan yang berasal dari daerah Sunda yang dibuat dengan cara menggoreng campuran adonan yang berbahan utama tepung kanji atau tapioka. Makanan ringan ini sangat populer di daerah Priangan, dan dijual dalam berbagai bentuk dan variasi rasa. Makanan ini cukup terkenal pada era 80-an. Bahan makanan ini antara lain terdiri dari tepung kanji, tepung terigu, air, merica bubuk, garam, bawang putih, kedelai, daun bawang dan minyak goreng.
Seiring dengan perkembangan zaman, cireng telah terinovasi hingga variasi rasa yang ada mencakup daging ayam, sapi, sosis, baso, hingga keju dan ayam teriyaki. Bahkan inovasi tidak hanya secara rasa namun bentuk, contohnya adalah cimol. Sekarang Cireng tidak hanya terdapat di Priangan saja, tetapi sudah menyebar ke hampir seluruh penjuru Nusantara. Cireng yang dulu pada umumnya dijual oleh pedagang yang menaiki sepeda dengan peralatan membuat Cireng di bagian belakang sepedanya, bahkan telah tersedia online cireng.
Sekarang Cireng tidak hanya terdapat di Priangan saja, tetapi sudah menyebar ke hampir seluruh penjuru Nusantara. Cireng pada awalnya banyak dijual oleh pedagang yang menaiki sepeda dengan peralatan membuat Cireng di bagian belakang sepedanya. Saat ini rupa cireng beraneka ragam dan sudah tersebar di banyak sekali kota seiring menjamurnya franchise dari cireng ini sendiri, ada yg berbentuk hati, bunga, bintang, segitiga, dll.
Bentuk-bentuk cireng ini biasanya dibuat untuk membedakan rasa dari cireng tersebut misalnya bentuk bulat untuk cireng berisi keju dan bentuk segitiga untuk cireng berisi kornet. adapun pilihan isi dari cireng sekarang ada banyak sekali, selain keju dan kornet ada pula sosis, baso, pizza, teriyaki, dll.

2.3 Bahan-bahan dan cara membuat cireng
Cara membuat cireng salju
Bahan :
·         Bawang putih 2 siung. Haluskan
·         Air bersih 250 cc
·         Tepung tapioka 1/4 kg
·         Daun bawang 1 batang. Iris halus.
·         Santan instan (kara) 1/2 bungkus
·         Penyedap rasa ayam 2 sdt
·         Garam 1 sdt

Cara membuat :
1.      Masukkan tepung tapioka ke dalam wadah (mangkok), tambahkan dengan bawang putih yang telah dihaluskan, daun bawang yang telah diiris halus, penyedap rasa, dan garam. Aduk hingga rata.
2.      Siapkan panci lalu rebus air hingga matang. Lalu tuangkan santan. Tunggu hingga mendidih.
3.      Tuangkan santan ke dalam adonan pertama secara perlahan sembari diaduk hingga adonan kalis sempurna.
4.      Setelah adonan kalis dan dirasa sudah bisa dibentuk, mulai bentuk adonan membentuk bulatan kecil yang pipih.
5.      Setelah semua adonan sudah selesai dibentuk, mulai panaskan minyak goreng.
6.      Goreng adonan hingga matang
7.      Goreng adonan yang telah dibentuk hingga matang.
8.      Cireng salju siap untuk disajikan.
2.4 Sumber Daya Usaha (6M)
Man (manusia)
Jumlah sumber daya manusia yang dibutuhkan 1 orang.
Money (uang)
Modal awal yang dibutuhkan untuk usaha lotek sebesar Rp 1.000.000
Modal per-porsi yang dibutuhkan adalah Rp 5.000
Method (metode)
Metode dagang yang dilakukan adalah dengan “mangkal” di kedai
Material (bahan-bahan)
Bahan-bahan yang digunakan dalam usaha lotek ini adalah Labu Siam, Tauge, Kangkung, Bawang goreng, Kacang tanah, Gula Merah, kencur, Bawang Putih dan bumbu Penyedap.
Machine (mesin)
Dalam usaha lotek ini, tida diperlukan mesin, karena bumbu dihaluskan dengan menggunakan cobek tradisional.
Market (pasar)
Sasaran penjualan lotek ini yaitu kepada siapa saja. Artinya, mulai dari anak-anak remaja, sampai orang tua pun bias memakan lotek ini.

2.5 Analisis SWOT
1.         Strength (kekuatan)
a.       Memiliki Sumber Daya Manusia yang kompeten
b.       Memiliki Sumber Daya Alam yang mudah dicari
c.       Rasa Makanan yang disukai banyak orang
d.       Harga produk ekonomis dan higienis
2.         Weakness (kelemahan)
a.       Persaingan dimana-mana
b.       Kurang Inovasi dalam usaha lotek
c.       Harga bahan baku kurang stabil
3.         Opportunity (peluang)
a.       Budaya masyarakat yang konsumtif
b.       Kebiasaan masyarakat makan makanan tradisional
4.         Threat (hambatan)
a.       Banyaknya competitor yang bergerak di bidang yang sama dengan rasa yang tidak jauh berbeda
b.       Masyarakat bosan dan ingin membeli makanan lain


2.6 Menciptakan Peluang Usaha Pengolahan Makanan Khas Daerah
1)      Ide Usaha
a)      Faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri seseorang sebagai subjek, antara lain :Faktor-faktor yang dapat memunculkan ide usaha adalah faktor internal dan faktor eksternal.
·         Pengetahuan yang dimiliki;
·         Pengalaman dari individu itu sendiri;
·         Pengalaman saat ia melihat orang lainmenyelesaikan masalah;
·         Intuisi yang merupakan pemikiran yang muncul dari individu itu sendiri.
Faktor internal menjadi alat untuk menciptakan  sebuah inspirasi atas objek yang dihadapinya dengan kemampuan kreatifitasnya,
b)      Faktor eksternal, ialah hal-hal yang dihadapi  seseorang dan merupakan objek untuk  mendapatkan sebuah inspirasi bisnis. Faktor- faktor eksternal antara lain : 
·         Masalah yang dihadapi dan belum terpecahkan.
·         Kesulitan yang dihadapi sehari–hari.
·         Kebutuhan yang belum terpenuhi baik untuk dirinya maupun orang lain.
·         Pemikiran yang besar untuk menciptakan sesuatu yang baru. 
Untuk merintis suatu usaha apa pun bentuknya, tentunya kita harus melihat bagaimana  prospek usaha yang akan dilakukan. Demikian  pula untuk memulai usaha pengolahan makanan khas daerah, harus diketahui bagaimana prospek  usaha ini. Setelah mengetahui prospek usaha,  barulah mempersiapkan sarana dan prasarana  yang dibutuhkan.

2)      Risiko Usaha
Tugas wirausaha di dalam pengambilan risiko adalah sebagai berikut.
·         Membeli alat-alat produksi yang cukup untuk memenuhi permintaan konsumen.
·         Menetapkan kebutuhan pada tingkat permintaan waktu sekarang.
·         Menyewakan alat-alat produksi untuk memenuhi permintaan konsumen.
·         Mensubkontrolkan kepada pembuat produk yang lebih kecil.
·         Mengumpulkan informasi usaha.
·         Mengurangi risiko usaha.

Unsur-unsur dalam mengurangi risiko usaha  antara lain seperti berikut.
·         Adanya kesadaran dalam kemampuan mengelolah usaha, peluang, dan kekuatan perusahaan.
·         Adanya kerja prestatif, dorongan berinisiatif dan antusiasme untuk melaksanakan strategi usaha.
·         Adanya kemampuan merencanakan taktik dan strategi untuk mewujudkan perubahan di dalam lingkungan usahanya.
·         Adanya kreativitas dan inovatif dalam menerapkan cara mengolah keadaan usaha demi keuntungan.

Dalam usaha pun, kita harus menganalisis risikoyang ada. Risiko usaha ialah kegagalan atau ketidakberhasilan dalam menangkap peluangusaha. Risiko usaha dapat ditimbulkan karena hal-hal berikut.
·         Permintaan (perubahan mode, selera, dandaya beli)
·         Perubahan konjungtur (perubahan kondisiperekonomian yang pasang surut)
·         Persaingan
·         Akibat lain, sepertit bencana alam, perubahan aturan, perubahan teknologi, dan lain-lain.
Dalam melakukan usaha, sebaiknya kitamemiliki etika bisnis yang sesuai dengan aturanagama yang berdasarkan iman kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai tanda syukur atas nikmat yang diberikan. Selain itu, usaha tidak hanya mengejarkeuntungan saja, tetapi juga harus memberikan dampak yang positif bagi lingkungan sekitar.

3)      Keberhasilan dan Kegagalan dalam Berwirausaha Pengolahan Makanan Khas  Daerah
Keberhasilan seorang wirausaha dalam menjalankan usahanya dapat diidentifikasikan sebagai berikut.
·         Sikap mental yang positif dalam berusaha.
·         Keyakinan yang kuat dalam berusaha.
·         Percaya diri dan keyakinan terhadap diri sendiri.
·         Tingkah laku yang dapat dipertanggung jawabkan.
·         Inovatif dan kreatif.
·         Keunggulan dalam menjalankan usaha.
·         Sasaran yang tepat dan menantang dalam berusaha.
·         Pengelolaan waktu yang efektif dan efisien.
·         Pengembangan diri.
·         Selalu mengadakan evaluasi atas usaha yang dijalankan.








BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
 Makanan khas dari daerah Bandung salah satunya adalah Cireng dan yang mana Harganya murah dan terjangkau dapat dinikmati berbagaikalangan masyarakat. Makanan ringan tersebut adalah makanan yang mempunyai nilaigizi yang tinggi pula dan tidak kalah dengan makanan modern.

3.1 Saran
Tradisi peninggalan nenek moyang, yaitu makanan-makanan khas harus dilestarikan dan harus dijaga agar khususnya makanan khas Cilacap umumnya makanankhas Indonesia tetap terjaga dan tidak hilang terkikis oleh zaman.




No comments:

Post a Comment