KUMPULAN MAKALAH : 12/10/17

Sunday, December 10, 2017

MAKALAH Perilaku Konsumen


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1.   Latar Belakang
Dalam mengenal konsumen kita perlu mempelajari perilaku konsumen sebagai perwujudan dari seluruh aktivitas jiwa manusia itu sendiri. Suatu metode didefinisikan sebagai suatu wakil realitas yang disederhanakan, model perilaku konsumen dapat didefinisikan sebagai suatu skema atau kerangka kerja yang disederhanakan untuk menggambarkan suatu aktivitas - aktivitas konsumen. Model perilaku konsumen dapat pula diartikan sebagai kerangka kerja atau suatu yang mewakili apa yang diyakinkan konsumen dalam mengambil keputusan membeli.Adapun yang mempengaruhi factor-faktor perilaku konsumen Kekuatan social budaya terdiri dari factor budaya, tingkat social, kelompok anutan (small referebce grups) dan keluarga. Sedangkan kekuatan psikologi terdiri dari pengalaman belajar,kepribadian, sikap dan keyakinan. Sedangkan tujuan dan fungsi model perilaku konsumen sangat bermanfaat dan mempermudah dalam mempelajari apa yang telah diketahui mengenai perilaku konsumen.

1.2.   Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan masalah yang ada dikemukan perumusan masalah sebagai berikut :
1.                  Apakah perilaku konsumen itu dalam ilmu ekonomi mikro?
2.                  Factor-faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku kosumen?
3.                  Metode apa saja yang digunakan dalam penelitian perilaku konsumen?
4.                  Apa teori dari perilaku konsumen ?

1.3.   Tujuan Perilaku Konsumen
Yang ingin dicapai sebagai berikut :
a.                     Untuk mengetahui apakah perilaku konsumen itu dalam ekonomi mikro
b.                    Untuk mengetahui factor-faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku konsumen
c.                     Untuk mengetahui metode apa saja yang digunakan dalam penelitian perilaku konsumen
d.                    Untuk mengetahui teori dari perilaku konsumen.





BAB II
PEMBAHASAN

2.1.   Prilaku Konsumen
Sebelum kita dapat mengetahui pola perilaku konsumen, kita harus mengetahui terlebih dahulu apakah yang dimaksud dengan konsumsi?. Kata konsumsi sudah tidak asing lagi bagi Anda. Bukankah saat  acara peringatan hari besar disekolah maupun dilingkungan masyarakat selalu dibentuk panitia konsumsi?. Jadi menurut anda, apakah benar jika konsumsi diartikan sebagai proses makan dan minum?
2.1.1.      Pengertian Konsumsi
          Kata  konsumsi berasal dari kata consumptio yang berarti menggerogoti hingga habis atau menghabiskan. Dengan begitu makan dan minum dapat dikategorikan sebagai kegiatan konsumsi. Namun kegiatan konsumsi bukanlah hanya mencakup makan dan minum saja, tetapi juga berkenaan dengan kebutuhan pakaian, tempat tinggal, transportasi dan masih banyak lagi karena kebutuhan manusia cenderung bertambah dan beragam.
Jadi, setiap tindakan manusia dalam memanfaatkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhannya termasuk dalam kegiatan konsumsi. Namun demikian, kita harus berhati-hati dalam menentukan apakah suatu kegiatan dalam menggunakan suatu benda tersebut termasuk kedalam lingkup konsumsi atau tidak.
Untuk melihat apakah pemakaian suatu benda termasuk kedalam lingkup konsumsi atau produksi, kita dapat melihatnya dari beberapa hal yang menjadi ciri-ciri benda konsumsi berikut.
          Benda-benda yang dikonsumsi adalah benda ekonomi atau benda yang untuk memperolehnya diperlukan pengorbanan. Seperti kegiatan menghirup udara, berjemur pada sinar matahari pagi dan mandi di sungai bukan kegiatan konsumsi karena benda itu didapat secara gratis.
Benda yang dikonsumsi ditujukan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Seperti penggunaan ge rgaji, cangkul, mesin-mesin, dan barang-barang modal lainnya yang bertujuan menambah faedah benda tidak dikategorikan ke dalam kegiatan konsumsi.
1.                  Manfaat nilai atau jumlah barang yang digunakan tersebut akan habis sekaligus atau berangsur-angsur.
a.        Barang yang nilai gunanya dihabiskan secara berangsur-angsur.
Contohnya Pakaian, sepatu dan televisi
b.        Barang yang nilai gunanya dihabiskan sekaligus.     
Contohnya Makanan, minuman dan obat-obatan.

2.                  Tujuan Kegiatan Konsumsi
Coba jelaskan, apa tujuan kamu makan, minum, berpakaian, menonton TV, atau piknik ke pantai? Jawabannya tentu adalah untuk memenuhi kebutuhan. Makan, minum, dan berpakaian adalah untuk memenuhi kebutuhan fisik secara langsung.
Sedangkan menonton TV dan piknik adalah untuk memenuhi kebutuhan rohani. Kedua jenis kebutuhan tersebut dipenuhi secara langsung oleh benda konsumsi. Artinya, benda konsumsi tersebut secara langsung kamu gunakan untuk memenuhi kebutuhanmu.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa kegiatan konsumsi yang dilakukan manusia pada umumnya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup atau untuk memperoleh kepuasan. Selain untuk tujuan konsumsi (menghabiskan kegunaanya), suatu benda juga  dipergunakan sebagai benda produksi. Sebagai contoh, Pak Amir memiliki mobil. Pada hari Senin sampai Jumat, mobil tersebut dipergunakan untuk oleh Pak Amir untuk mengangkut penumpang. Sedangkan pada hari Sabtu dan Minggu, mobil tersebut khusus digunakan untuk keperluan keluarga, seperti berbelanja ke pasar, piknik,  atau jalan-jalan ke mal. Pada hari Sabtu dan Minggu mobil tersebut digunakan untuk kegiatan konsumsi. Namun penggunaan mobil tersebut dari hari Senin sampai dangan Jumat bukanlah untuk tujuan konsumsi, melainkan untuk tujuan menghasilkan uang dan berperan sebagai benda produksi.

3.                  Pola Perilaku Konsumen
Masing-masing konsumen merupakan pribadi yang unik. Konsumen yang satu dengan lainnya mempunyai kebutuhan yang berbeda dan perilaku yang berbeda dalam memenuhi kebutuhannya. Namun, dalam perbedaan-perbedaan yang unik itu ada suatu persamaan, yaitu setiap konsumen berusaha untuk memaksimalkan kepuasaannya dalam mengkonsumsi suatu barang.
Perilaku konsumen merupakan tindakan–tindakan yang terlibat secara langsung dalam memperoleh, mengkonsumsi, dan membuang suatu produk ataujasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan– tindakan tersebut.
Perilaku konsumen menitikberatkan pada aktivitas yang berhubungan dengan konsumsi dari individu. Perilaku konsumen berhubungan dengan alasan dan tekanan yang mempengaruhi pemilihan, pembelian, penggunaan, dan pembuangan barang dan jasa yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan pribadi (Hanna & Wozniak, 2001).
Teori perilaku konsumen dapat menjelaskan bagaimana cara seorang konsumen memilih suatu produk yang diyakini akan memberikan kepuasan meksimum dengan dibatasi oleh pendapatan dan harga barang.
Untuk membahas perilaku dalam ilmu ekonomi kita mengenal teori perilaku konsumen, yang terakomodasi dalam pendekatan kardinal dan pendekatan ordinal.

4.                  Pendekatan nilai guna (Utility) Kardinal
Pendekatan kardinal juga disebut sebagai pendekatan marginal utility. Pendekatan Kardinal dalam analisis konsumen didasarkan pada asumsi bahwa tingkat kepuasan yang diperoleh konsumen dari konsumsi suatu barang dapat diukur/dikuantifikasi dengan satuan tertentu, seperti uang, jumlah atau buah.
Semakin besar jumlah barang yang dikonsumsi, semakin besar pula tingkat kepuasan konsumen.Konsumen yang rasional akan berusaha memaksimukan kepuasaannya dengan pendapatan yang dimilikinya.
Beberapa pakar ekonomi telah mengembangkan gagasan mengenai konsep nilai guna. Seperti dari hasil penelitian Herman Heinrich Gossen mengenai nilai guna total (Total Utility) dan nilai guna marjinal (Marjinal Utility) yang terkandung dalam Hukum Gossen I dan Hukum Gossen II.

Ø Hukum Gossen I
Menurut penelitian Herman Heinrich Gossen, Pemenuhan kebutuhan Akan  suatu barang dilakukan secara terus menerus, kenikmatan dari mengkonsumsi barang tersebut mula-mula semakin  tinggi, namun setiap tambahan satu unit barang akan membuat tambahan  kenikmatan  menurun sampai akhirnya akan mencapai titik jenuh (mencapai titik nol).

Ø Hukum Gossen II
Mengingat sumber daya yang terbatas, pemenuhan kebutuhan primer akan lebih tinggi tingkat kepuasaannya daripada pemenuhan kebutuhan sekunder. Demikian pula pemenuhan kebutuhan sekunder lebih tinggi tingkat kepuasaan/kegunaannya daripada kebutuhan mewah atau kebutuhan tersier.

Ø Pendekatan Ordinal
Pendekatan ordinal mengasumsikan bahwa konsumen mampu meranking/membuat urutan-urutan kombinasi barang yang akan dikonsumsi berdasarkan kepuasan yang akan diperolehnya tanpa harus menyebutkan secara absolut. Pendekatan ordinal digunakan dengan menggunakan analisis kurva indiferensi. Kurva indiferensi adalah kurva yang menunjukkan berbagai titiktitik kombinasi dua barang yang memberikan kepuasan yang sama. Mengukur kepuasan konsumen dengan pendekatan kurva indiferensi didasarkan pada 4 (empat) asumsi, yakni :
·      Konsumen memiliki pola preferensi akan barang-barang konsumsi yang dinyatakan dalam bentuk peta indiferensi.
·      Konsumen memiliki dana dalam jumlah tertentu.
·      Konsumen selalu berusaha untuk mencapai kepuasan maksimum.
·      Semakin jauh dari titik origin, maka kepuasan konsumen semakin tinggi.

5.                  Karakteristik Kurva Indiferensi
Kurva indiferensi memiliki karakteristik atau ciri-ciri umum sebagai berikut:
·      Memiliki kemiringan yang negatif Bila jumlah suatu barang dikurangi maka jumlah barang yang lain harus ditambah agar dapat memperoleh tingkat kepuasan yang sama.
·      Tidak dapat berpotongan Perpotongan antara dua kurva indiferensi tidak mungkin terjadi.
·      Cembung terhadap titik nol
2.2.   Perilaku Produsen
Dahulu pada zaman purba , barang - barang yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup dapat diambil begitu saja dari alam tanpa mengeluarkan pengorbanan yang berarti. Hal ini dapat berlangsung karena barang yang tersedia jauh melebihi yang diperlukan penduduk pada zaman itu. Belum lagi kenyataan bahwa pada saat itu kebutuhan manusia masih sangat sederhana.
Namun, setelah mengalami perubahan – perubahan zaman yang memicu banyak terjadinya perubahan dalam berbagai bidang, manusia dihadapkan pada kenyataan bahwa barang yang mereka butuhkan jauh melampaui sumber daya alam yang ada. Bahkan seringkali barang yang mereka butuhkan dari alam tidak dapat langsung mereka gunakan melainkan harus melalui proses produksi. Jadi, apakah  yang dimaksud dengan produksi?
2.2.1.    Pengertian Produksi
Produksi dapat kita lihat dimana saja. Produksi yang paling sederhana adalah seseorang membuka salon kecantikan di rumahnya. Ia sudah dapat mendapat penghasilan dari salonnya tersebut. Inilah yang dimaksud dengan produksi, seseatu yang berkaitan dengan penambahan nilai guna suatu objek. Nilai guna yang ditambahkan dalam contoh diatas adalah bagaimana sebuah rumah tidak hanya digunakan sebagai tempat tinggal namun dapat berfungsi juga untuk menghasilkan pendapatan bagi pemiliknya.

2.2.2.    Tujuan Produksi
Dari pengertian tersebut, jelas bahwa kegiatan produksi mempunyai tujuan yang meliputi:
·         Meningkatkan nilai guna barang atau jasa.
·         Meningkatkan kemakmuran masyarakat.
·         Memperoleh  keuntungan sebesar - besarnya.
·         Memperluas lapangan usaha.
·         Menjaga kesinambungan usaha perusahaan.
·         Memenuhi kebutuhan rumah tangga produksi maupun rumah konsumsi
o      Memenuhi kebutuhan sesuai perkembangan zaman dan kemajuan teknologi serta penduduk yang semakin meningkat.
o      Memacu tumbuhnya usaha produksi lain sehingga dapat menyerang pengangguran.
o      Meningkatkan pendapatan masyarakat atau pendapatan Negara.
o      Memproduksi barang-barang ekspor berarti meningkatkan sumber devisa Negara.
       
2.2.3.    Faktor – faktor Produksi
Kegiatan produksi tentunya memerlukan unsur -  unsur yang dapat digunakan dalam proses produksi. Unsur – unsur ini meliputi Sumber Daya Alam, tenaga manusia, modal, dan kewirausahaan. Semua unsur – unsur tersebut dinamakan faktor produksi. Jadi, Faktor produksi adalah semua unsur yang menopang usaha penciptaan nilai atau usaha memperbesar barang dan jasa.

2.2.4.    Faktor Produksi Sumber Daya Alam ( Natural resources)
Sumber Daya Alam adalah segala sesuatu yang di sediakan oleh alam dan dapat dimanfaatkan manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Sumber Data Alam disini meliputi segala sesuatu yang ada dalam Bumi, seperti:
o   Tanah             
o   Tumbuhan
o   Hewan
o   Air
o   Dsb

2.2.5.    Faktor Produksi Tenaga Kerja ( Labour )
Tenaga kerja yang dimaksudkan disini adalah semua tenaga manusia termasuk kemampuan fisik, mental, keterampilan dan keahlian yang dapat disumbangkan untuk memngkinkan dilakukannnya proses produksi barang atau jasa. Tenaga kerja menurut kemampuannya di bedakan menjadi:
o   Tenaga kerja terdidik (Skilled Labour)
Adalah tenaga kerja yang memperoleh pendidikan baik formal maupun non formal. Contohnya akuntan, guru, dokter, peneliti,dan pengacara.
o   Tenaga kerja terlatih (Trained labour)
Adalah tenag kerja yang memperoleh keahliandari pengalaman dan keahlian. Contohnya sopir, teknisi, montir,dan tukang kayu.
o   Tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih (unskilled and untrained labour)
Adalah tenaga kerja yang mengandalkan kekutan jasmani  daripada pendidikan dan pelatihan terlebih dahulu. Contohnya tukang sapu, pemulung, buruh tani, buruh kasar dan pesuruh.

2.2.6.    Faktor Produksi Modal (Capital)
Dalam hal ini modal bukan hanya berupa uang, namun modal yang dimaksudkan disini adalah barang – barang modal maupun uang yang digunakan untuk memproduksi barang lebih lanjut.
Sebagai contoh, nelayan tidak dapat mengambil ikan dengan uang namun uang dapat digunakan untuk membeli jala yang dapat digunakan untuk mngambil ikan. Jadi, terbukti bahwa selain modal dalam bentuk uang, kita juga membutuhkan apa yang dinamakan barang – barang modal.


2.2.7.    Faktor Produksi Kewirausahaan (Enterpreneurship)
Faktor ini mengambil peranan penting dalam proses produksi. Hal ini disebabkan karena walaupun factor tanah sudah tersedia, modal sudah dimiliki, tenaga kerja lengkap dan siap melaksanakan tugas masing – masing, tetapi jika tidak dipimpin dan di organisasi oleh seorang yang ahli dan berpengalaman maka apa yang direncanakan tidak akan tercapai. Maka dari itu, seorang pengusaha harus memiliki keahlian untuk menunjang bakat dan kemampuannya.
Pengusaha sebagai pemicu proses produksi harus memliki kemampuan untuk mengatur dan mengkombinasikan faktor  - faktor produksi dalam rangka meningkatkan kegunaan barang atau jasa secara efektif dan efisien.
Sebagai contoh, ada dua Negara yang memiliki tiga factor produksi yang sama (SDA, tenaga kerja, dan modal), tetapi hanya salah satu diantaranya berproduksi lebih baik karena ia memiliki kapasitas entrepreneurship yang lebih baik daripada Negara yang lain.

2.2.8. Pola Perilaku Produsen
2.2.8.1. Produksi jangka pendek
Produksi jangka pendek berarti terdapat satu faktor produksi yang bersifat tetap sedangkan faktor produksi lainnya bersifat variabel (berubah - ubah). Dalam hal ini jangka pendek dan jangka panjang tidak terkait dengan lamanya waktu yang digunakan dalam proses produksi suatu barang, tetapi lebih kepada sifat factor produksi yang digunakan.
1.    Fungsi Produksi
Adalah hubungan teknis antara factor produksi dengan barang produksi yang dihasilkan dalam proses produksi. Produk sebagai output  dari proses produksi sangat tergantung pada faktor produksi sebagai input dalam proses produksi tersebut. Hubungan antara faktor produksi dengan produk dapat digambarkan sebagai berikut :
o   Input:
a.                   SDA
b.                   SDM
c.                   Modal
d.                   Pengusaha

o   Output :
a.         Barang dan Jasa



Apabila salah satu factor produksi sebagai input mengalami perubahan, maka output akan berubah sesuai dengan besar kecilnya pengaruh factor produksi yang bersangkutan terhadap outputnya.

2.    Hukum Tambahan Hasil yang Menurun (The Law of Diminishing Return)
Hukum ini menggambarkan apabila factor produksi yang dapat diubah jumlahnya misalnya tenaga kerja terus menerus ditambah sebanyak satu unit, pada mulanya produksi total akan semakin banyak pertambahannya. Akan tetapi sesudah mencapai tingkat tertentu, produksi tambahan akan makin berkurang dan akhirnya mencapai nilai negatif. Ini menyebabkan pertambahan produksi total semakin lambat dan akhirnya mencapai tingkat yang maksimum kemudian menurun.
Dalam produksi jangka pendek, salah satu factor produksi bersifat tetap, sedangkan fakor produksi lainnya variable. Dalam hal ini akan  dijumpai kenaikan produksi total yang akan berkurang seiring dengan pertambahan faktor produksi variable ditambah secara terus menerus.
Faktor Produksi Tetap  (Tanah )
Faktor ProduksiVariabel
(Tenaga Kerja)
Produksi
Total Padi
Tambahan Hasil ( Produksi Marginal )
1
0
0
-
1
1
8
8
1
2
18
10
1
3
30
12
1
4
45
15
1
5
55
10
1
6
63
8
1
7
70
7
1
8
70
0
1
9
60
- 10
1
10
50
- 10

Berdasarkan Tabel 1 diatas, dapat disimpulkan bahwa pertambahan produksi total ini semakin sedikit seiring terus terjadinya pertambahan tenagan kerja. Namun, jumlah pertambahan produksi total (produksi marginal) ini semakin sedikit. Pada saat ada satu tenaga kerja, produksi total yang dihasilkan adalah delapan. Jika tenaga kerja ditambah menjadi dua orang, produksi total meningkat menjadi 18, berarti produksi marginal sebanyak 10.
Tambahan produksi ini biasa disebut produksi marginal tenaga kerja, yaitu tambhan produksi akibat bertambahnya satu satuan tenaga kerja.  Dari tabel tersebut juga diketahui bahwa sifat dari produksi marginal adalah pada awalnya meningkat sejalan dengan meningkatnya produksi total dan mencapai puncaknya saat produksi total mencapai titik maksimum. Setelah mencapai puncaknya, produksi marginal akan terus menurun bahkan bisa mencapai angka negatif

2.2.8.2.  Produksi Jangka Panjang
Produksi dalam jangka panjang bukan berarti proses produksi yang dilakukan membutuhkan waktu yang panjang. Jangka panjang yang dimaksudkan dalam artian ini adalah semua variable yang digunakan dalam produksi berubah – ubah.
1.    Perilaku Produsen yang Mengutamakan Kepentingan Masyarakat
Kemajuan dan kesuksesan suatu bisnis tergantung pada etos kerja dan etika para pelaku bisnis. Selain emngejar keuntungan, pelaku bisnis juag perlu menanamkan kepercayaan kepada pelanggan. Perhatikan contoh kasus berikut :
Sebuah butik membuat baju yang dipesan pelanggannya. Agar tidak mengecewakan pelanggannya, ia membeli bahan berkualitas di pasar tradisional Tanah Abang. Untuk mengerjakannya, diserahkan pada dua orang pegawainya yang sudah profesional. Setelah jadi baju itu dijualnya dengan harga yang pantas.
















BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Kebutuhan yang mendesak untuk mengarahkan seseorang untuk mencari kepuasan dari kebutuhan.  seseorang dikendalikan oleh suatu kebutuhan pada suatu waktu. Kebutuhan manusia diatur menurut sebuah hierarki, dari yang paling mendesak sampai paling tidak mendesak (kebutuhan psikologikal, keamanan, sosial, harga diri, pengaktualisasian diri). Ketika kebutuhan yang paling mendesak itu sudah terpuaskan, kebutuhan tersebut berhenti menjadi motivator, dan orang tersebut akan kemudian mencoba untuk memuaskan kebutuhan. Pembelajaran adalah suatu proses, yang selalu berkembang dan berubah sebagai hasil dari informasi terbaru yang diterima (mungkin didapatkan dari membaca, diskusi, observasi, berpikir) atau dari pengalaman sesungguhnya, baik informasi terbaru yang diterima maupun pengalaman pribadi bertindak sebagai feedback bagi individu dan menyediakan dasar bagi perilaku masa depan dalam situasi yang sama.
Keputusan pembelian menurut Schiffman, Kanuk (2004, p.547) adalah pemilihan dari dua atau lebih alternatif pilihan keputusan pembelian, artinya bahwa seseorang dapat membuat keputusan, haruslah tersedia beberapa alternatif pilihan. Keputusan untuk membeli dapat mengarah kepada bagaimana proses dalam pengambilan keputusan tersebut itu dilakukan. Bentuk proses pengambilan keputusan tersebut dapat digolongkan sebagai berikut:
1.         Fully Planned Purchase, baik produk dan merek sudah dipilih sebelumnya. Biasanya terjadi ketika keterlibatan dengan produk tinggi (barang otomotif) namun bisa juga terjadi dengan keterlibatan pembelian yang rendah (kebutuhan rumah tangga). Planned purchase dapat dialihkan dengan taktik marketing misalnya pengurangan harga, kupon, atau aktivitas promosi lainnya.
2.         Partially Planned Purchase, bermaksud untuk membeli produk yang sudah ada tetapi pemilihan merek ditunda sampai saat pembelajaran. Keputusan akhir dapat dipengaruhi oleh discount harga, atau display produk
3.         Unplanned Purchase, baik produk dan merek dipilih di tempat pembelian. Konsumen sering memanfaatkan katalog dan produk pajangan sebagai pengganti daftar belanja. Dengan kata lain, sebuah pajangan dapat mengingatkan sesorang akan kebutuhan dan memicu pembelian.



Semoga Bermanfaat :)