DAFTAR ISI
2.2. Bentuk Bentuk Resiko
Pasar
2.3. Kategori yang
masuk General Market Risk
2.4. Hubungan
Foreign Exchange Risk dan Perbankan
2.5. Faktor – Faktor yang
mempengaruhi terjadinya Gejolak Harga di Pasar
2.6. Bagaimana penyelesaian
permasalahan resiko pasar?
2.7. Contoh Kasus Manajemen Resiko Pasar
...........................................................................................9
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam
kehidupan sehari-hari
kita tidak bisa lepas dari risiko. Risiko akan melekat dalam kehidupan kita, baik disadari maupun
tidak. Oleh karena itu yang perlu kita lakukan untuk mengantisipsasi risiko
yang mungkin terjadi adalah mengelolanya dengan cara yang tepat.
Cakupan
risiko sangat luas, sama luasnya dengan proses bisnis yang dijalankan oleh
suatu perusahaan. Pada dasarnya setiap aktivitas bisnis melekat padanya risiko.
Salah satu risiko yang dihadapi perusahaan yaitu risiko pasar. Risiko pasar
timbul akibat pergerakan harga pasar, seperti naik turunnya rupiah terhadap
valuta asing, harga saham dan sukuk, dan harga-harga komoditas terhadap nilai
ekonomi riil dari aset yang dimiliki.
Semua
Resiko dapat dikurangi dan bahkan dihilangkan melalui manajemen resiko.
Peran dari manajemen resiko diharapkan dapat mengantisipasi terjadinya resiko
yang sangat berlebihan yang dapat membuat perusahaan gulung tikar, oleh sebab
itu kita perlu melakukan ha-hal yang lebih terarah, salah satunya dengan mengukur
dimensi resiko yang akan terjadi pada diri sendiri pada khususnya dan pada
perusahaan pada umunya.
Risiko pasar merupakan
kondisi yang dialami oleh suatu perusahaan yang disebabkan oleh perubahan
kondisi dan situasi pasar di luar dari kendali perusahaan.Risiko pasar sering
disebut juga sebagai risio yang menyeluruh, karena sifat umumnya adalah
bersifat menyeluruh dan di alami oleh seluruh perusahaan. Contohnya krisis ekonomi dunia tahun 1930-an, krisis ekonomi
Indonesia 1997 dan 1998, coupd’tat yang terjadi di Filipina pada saat presiden
Marcos di ambil alih oleh kekuatan People Power hingga Corazon Aquino menjadi
presiden, Amerika Serikat pada kasus Subrime Mortgage 2007, Thailand pada saat
Bank Sentral Thailand melakukan devaluasi Bath yang menyebabkan terjadinya
kegoncangan pada ekonomi Thailand secara keseluruhan, perang Teluk yang
menyebabkan beberapa Negara di kawasan
Timur Tengah seperti Irak dan Kuwait
mengalami kegoncangan ekonomi, dan berbagai kasus yang menyeluruh lainnya.
1.2. Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang diatas, maka dalam penulisan makalah ini terdapat beberapa
rumusan masalah, yaitu :
1. Apa definisi risiko pasar ?
2. Apa saja bentuk-bentuk risiko
pasar ?
3. Apa saja kategori yang masuk
General Market Risk ?
4. Bagaimana hubungan foreign
exchange risk dan perbankan ?
5. Apa faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya gejolak harga di pasar ?
6.
Bagaimana penyelesaian permasalahan
resiko pasar?
1.3. Tujuan Penulisan
Makalah ini
bertujuan untuk memenuhi tugas
dari dosen selain itu agar
mahasiswa dapat mengetahui tentang Manajemen Resiko Pasar dan tindakan apa yang harus diambil. Juga untuk mengetahui tentang macam-macam Resiko pasar yang
umumnya terjadi di masyarakat Indonesia. Dalam makalah ini akan dijelaskan
pengertian Manajemen Resiko dan Resiko Pasar .
Adapaun
tujuan lebih rincinya sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui definisi risiko
pasar.
2. Untuk mengetahui bentuk-bentuk
risiko pasar.
3. Untuk mengetahui kategori yang
masuk General Market Risk.
4. Untuk mengetahui hubungan foreign
exchange risk dan perbankan.
5. Untuk mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhi terjadinya gejolak harga di pasar.
6. Untuk
mengetahui penyelesaian permasalahan resiko pasar.
7. Contoh kasus
manajemen resiko pasar.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Resiko Pasar
Risiko pasar (Bahasa Inggris: market
risk) adalah suatu risiko yang timbul
karena menurunnya nilai suatu investasi karena
pergerakan pada faktor-faktor pasar. Empat faktor standar risiko pasar adalah risiko modal, risiko suku bunga, risiko mata uang, dan risiko
komoditas.
Risiko
pasar muncul karena harga pasar bergerak dalam arah yang merugikan organisasi.
Misalnya, suatu perusahaan mempunyai portofolio sekuritas saham yang dibeli
dengan harga Rp 1 miliar. Misalkan harga saham jatuh, sehingga nilai pasar
saham tersebut turun menjadi Rp 800 juta.Perusahaan tersebut mengalami kerugian
karena nilai portofolio sahamnya turun sebesar Rp 200 juta. Kerugian tersebut
disebabkan karena harga saham bergerak kearah yang kurang menguntungkan (dalam
hal ini turun).
2.2.
Bentuk Bentuk Resiko Pasar
Risiko pasar secara umum ada 2 (dua) bentuk
yaitu :
a.
General market risk (risiko pasar secara umum)
General
market risk ini di alami oleh seluruh perusahaan yang disebabkan oleh suatu
kebijakan yang dilakukan oleh lembaga terkait yang mana kebijakan tersebut
mampu memberi pengaruh bagi seluruh sektor bisnis.Contohnya pada saat bank
sentral suatu Negara melakukan kebijakan tight money policy (kebijakan uang
ketat) dengan berbagai instrumennya seperti menaikkan suku bunga BI rate.
Dimana kebijakan menaikkan BI rate ini akan membawa pengaruh secara menyeluruh
pada seluruh sektor bisnis yang berhubungan dengan interest rate related
instrument (berbagai instrument yang berhubungan dengan suku bunga). Bahwa
salah satu pihak yang saling urgen dianggap langsung berhubungan dekat dengan
interest rate related instrument adalah perbankan.
Dengan
begitu mereka mengambil kredit dan mendepositokan sejumlah uangnya ke bank.
Contoh pada saat BI rate dinaikkan maka suku bunga kredit diperbankan akan
mengikuti kondisi tersebut yaitu turut menaikkan suku bunga kredit, terutama
jika perbankan tersebut menerapkan perhitungan bunga secara sliding rate.
Perhitungan berupa kredit secara sliding rate adalah hitungan pada pembebanan
bunga terhadap nilai pokok pinjaman akan mengalami penurunan dari setiap bulan
ke bulan berikutnya, yang mana ini disesuaikan dengan menurunnya besar nilai
dari pokok pinjaman sebagai efek dari adanya pembayaran cicilan pokok pinjaman
yang dilakukan oleh seorang debitur.
b. Specific market risk ( risiko pasar secara
spesifik)
Specific
market risk adalah suatu bentuk risiko yang hanya dialami secara khusus pada
satu sektor atau sebagian bisnis saja tanpa bersifat menyeluruh. Contohnya :
a) Pengumuman yang dikeluarkan oleh
suatu lembaga penilai dimana lembaga penilai tersebut memiliki reputasi yang
baik dan diakui oleh publik. Bahwa mereka mengumumkan PT.XYZ memiliki kinerja
yang rendah dan memiliki utang yang besar serta laporan yang dipublikasikan
selama ini kepada publik tidak sesuai dengan sebenarnya. Sehingga atas berita
tersebut saham dan obligasi perusahaan tersebut langsung jatuh. Dan jatuhnya saham
serta obligasi perusahaan tersebut tidak diikuti oleh perusahaan lain
b) Salah satu perusahaan dimana pihak
manajemen atau komisaris perusahaan terlibat tindak kriminal yang luar biasa
dan diekspose oleh berbagai media. Sehingga opini publik telah terbentuk bahwa
perusahaan tersebut tidak baik dan jelek
c) Produk yang dijual oleh perusahaan tersebut
dianggap mengandung bahan yang berbahaya atau bersifat haram. Contoh suatu
produk makanan yang mengandung lemak babi. Secara islam makanan yang mengandung
lemak babi haram hukumnya. Ketika hal itu diekspose oleh media massa baik cetak
maupun elektronik akan menyebabkan terjadinya penurunan drastis pada penjualan
produk perusahaan yang berpengaruh pada perusahaan laba perusahaan.
2.3. Kategori yang masuk General Market Risk
Ada beberapa sebab yang
menimbulkan terjadinya general market risk (risiko pasar secara umum) yaitu :
a. Foreign exchange risk
Sejarah
awal terjadinya foreign exchange ini berangkat dan diterapkannya sistem
floating exchange rate system pada tahun 1970-an. Sehingga sejak saat itu
kondisi mata uang di dunia telah terintegrasi dalam satu bentuk pasar dimana
secara khusus kita dapat melihat bahwa penerapan sistem tersebut memungkinkan
banyak pihak bias ikut terlibat bermain dalam pasar valas (valuta asing). Jual
beli valas ini memberikan keuntungan dengan konsep pada perolehan angka selisih
pada saat harga beli dan harga jual.
Pada
pasar valas ini kita dapat menggabungkan mata uang dalam dua bentuk kategori
yaitu :
a) Hard currencies
Hard currencies (mata uang keras) mencakup mata uang yang
berasal dari Negara-negara yang memiliki tingkat kestabilan moneter tinggi atau
biasanya berasal dari Negara maju dan sering berbagai pihak menjadikan mata
uang Negara tersebut sebagai ukuran dalam mengkonversikan dengan mata uang
negaranya.Contohnya USD/JPY atau dollar Amerika dengan Yen Jepang, USD/EUR atau
dollar Amerika dengan Euro, dan sebagainya.
b) Soft curriencies
Soft curriencies ( mata uang yang lembut) adalah jenis
mata uang yang diterbitkan oleh suatu Negara namun jarang dipakai sebagai
standar acuan dalam transaksi pasar bisnis internasional, dengan alasan
dianggap belum memiliki nilai kelayakan.
b. Interest rate risk
Risiko
suku bunga adalah risiko yang di alami akibat dari perubahan suku bunga yang
terjadi di pasaran yang mampu memberi pengauh bagi pendapatan perusahaan. Untuk
pembahasan yang lebih dalam tentang interest rate risk ini dapat dilihat pada
bab khusus membahas tentang risiko suku bunga.
c. Commodity
position risk
Commodity
position risk (risiko perubahan nilai komoditi) adalah suatu siuasi dan kondisi
dimana terjadinya kerugian akibat perubahan harga barang komoditi di pasar yang
disebabkan oleh faktor-faktor tertentu, dimana kondisi ini akan semakin parah
pada saat barang komoditi tersebut telah terikat kontrak dalam suatu kontrak
perjanjian (commodity contrack) serta informasi tersebut telah sampai ke pasar.
Adapun
pengertian commodity position risk dalam perspektif perbankan Masyhud Ali
mengatakan Commodity position risk adalah risiko terjadinya potensial kerugian
bagi bank sebagai akibat dari perubahan yang memberi pengaruh buruk dari
commodity price terhadap posisi bank yang terkait dengan kontrak komoditas.
Lebih jauh Masyud Ali memberi contoh pada perbankan adalah “dimana kerugian
yang diderita oleh investment bank yang melakukan trading atau commodity
derivative product sebagai akibat dari terjadinya volatility atas harga dari
suatu commodity tertentu.
d. Equity position risk
Equity
position risk (risiko perubahan kekayaan) adalah suatu kondisi dimana kekayaan
perusahaan (stock and share) mengalami perubahan dari biasanyan sehingga
perubahan tersebut memberi dampak pada keuntungan dan kerugian karyawan.
e. Politic
risk
Stabilitas
politik adalah sesuatu sangat pening bagi suatu Negara. Stabilitas politik
menjanjikan terciptanya pembangunan yang berkelanjutan, namun jika pemimpin dan
pihak terkait di suatu Negara tidak mampu menciptakan iklim kondusif dalam
bidang politik maka artinya seluruh pemimpin dan aparatur di Negara tersebut
tidak memiliki semangat kemimpinan. Jika kondisi ini terus terjadi maka yang
terjadi adalah krisis kepemimpinan. Krisis kepemimpinan akan berakibat pada
pencarian kepemimpinan di luar lembaga resmi, yaitu memungkinkan orang-orang
yang berasal dari masyarakat atau oposisi akan muncul sebagai pemimpin dan
berusaha mengambil alih kepemimpinan.
2.4. Hubungan Foreign Exchange Risk dan Perbankan
Perbankan
adalah lembaga mediasi yang menghubungkan mereka yang kelebihan dana (surplus)
dan mereka yang kekurangan dana (deficit). Penempatan posisi ini menyebabkan
banyak pihak menjadikan perbankan sebagai bagian yang tidak dapat dipisahkan
dalam ruang lingkup kerja dan aktivitas bisnis mereka, artinya secara otomatis
perbankan terseret dengan sendirinya untuk masuk ke dalam risiko pasar (market
risk).
Kondisi dan situasi terbentuknya
market risk terjadi karena disebabkan oleh berbagai faktor yang berada diluar
kendali perusahaan atu perbankan. Faktor-faktor tersebut antara lain seperti
naik dan stabil, perubahan nilai tukar, dan lain sebagainya. Lebih jauh
perubahan tersebut telah mampu mendorong untuk ikut berubahnya beberapa produk
perbankan seperti deposito, tabungan , giro, keputusan kredit, keputusan
investasi, dan lain sebagainya
2.5. Faktor – Faktor yang mempengaruhi
terjadinya Gejolak Harga di Pasar
Menurut
Masyhud Ali ada 6 (enam) faktor yang mempengaruhi terjadinya gejolak harga di
pasar yaitu :
a.
Faktor fundamental ekonomi
b.
Terjadinya peristiwa besar dalam ekonomi dan politik
c.
Campur tangannya financial authorities
d.
Perimbangan kekuatan permintaan dan penawaran
e.
Likuiditas pasar
f.
Suburnya kegiatan arbitrage
2.6. Bagaimana penyelesaian permasalahan resiko pasar?
Cara memperlakukan risiko:
1. Dihindari, apabila risiko tersebut masih dalam
pertimbangan untuk diambil, misalnya karena tidak masuk kategori risiko yang
diinginkan perusahaan atau karena kemungkinan jauh lebi besar dibandingkan
keuntungan yang lebih besar.
2. Diterima dan dipertahankan, apabila risiko berada
pada tingkat yang paling ekonomis.
3. Dinaikkan, diturunkan atau dihilangkan, apabila
risiko yang ada dapat dikendalikan dengan tata kelola yang baik, atau melalui
pengoprasian exit strategy.
4. Dikurangi, misalnya dengan mendiversifikasi
portofolio yang ada, atau membagi risiko dengan pihak lain.
5. Dipagari, apabila risiko dapat dilindungi secara
atificial, misalnya risiko dinetralisir sampai batas tertentu dengan instrumen
derivatif.
Strategi Aktivitas Perdagangan
Suatu bank melakukan
kegiatan perdagangan jual dan beli instrument keuangan atas nama bank. Tujuan
dari kegiatan tersebut adalah untuk memperoleh keuntungan dari pergerakan
yang sesuai dengan keinginan dari harga pasar yang dicerminkan oleh nilai dari
instrument itu sendiri. Kegiatan ini juga berarti bahwa bank menghadapi risiko
dalam hal terjadi penurunan nilai instrument keuangan.
Bank dapat menggunakan satu dari tiga strategi
perdagangan bagi setiap produk yang mereka perdagangkan. Ketiga strategi
tersebut adalah:
1.
Matchbook Strategy
Merupakan strategi dengan risiko pasar yang sangat
kecil. Strategi ini melakukan pencocokan seluruh posisi yang diterima dari
nasabah secara cepat dengan posisi yang berlawanan secara internal atau yang
sama persis terhadap bank lain. Risiko pasar yang terjadi hanya pada saat
selang waktu antara transaksi dengan satu nasabah dengan nasabah lain atau satu
nasabah dengan bank lain. Pada strategi ini bank hanya melakukan fungsi
intermediasi antar pembeli dan penjual instrument. ,melalui strategi ini bank
memperoleh keuntungan dari margin antara jual dan beli.
2.
Manage Position
3.
Market Maker
2.7.
Contoh Kasus Manajemen Resiko Pasar
1.
General Market Risk
Studi Kasus: Bank Syariah (Bank
Indonesia Membekukan Kegiatan Usaha PT. Bank Global)
SEJAK 14 Desember 2004, Bank Indonesia (BI) membekukan kegiatan usaha (BKU)
PT Bank Global Tbk. Sekitar 8.000 nasabah yang tercatat di 13 kantor cabang
terpaksa kerepotan mengurus dananya. Bukan hanya itu, ratusan investor publik
pemegang saham juga menjadi tidak jelas investasinya. Belum lagi bank dan pihak
lain yang memiliki tagihan. Nasib ratusan karyawan pun menjadi tak menentu di
tengah sulitnya lapangan kerja. Apa jadinya kalau mereka di-PHK? Jelas, akan
menambah deretan panjang pengangguran. Semua itu tentu akan menambah beban
pemerintah dalam memulihkan roda perekonomian, terutama sektor real.
Empat alasan ditutupnya Bank Global
Pertama, terus memburuknya kondisi keuangan Bank Global.
Kedua, tidak menyetorkan tambahan modal yang diminta BI sejak bank tersebut
masuk pengawasan khusus (special surveillance unit) pada 27 Oktober
hingga 13 Desember 2004.
Ketiga, direksi Bank Global tidak menunjukkan iktikad baik untuk patuh pada
aturan. Bahkan, dalam pengawasan BI dan kepolisian ada upaya secara sengaja dari
pihak bank tersebut untuk memusnahkan dan menghilangkan barang bukti.
Keempat, direksi, pejabat eksekutif, dan beberapa karyawan bank publik itu
diduga telah melakukan tindak pidana perbankan dengan merusak dan menghilangkan
dokumen-dokumen penting bank.
Solusi :
Pertama, sebagai perusahaan terbuka, semestinya Bank Global transparan dan
menerapkan dengan seksama asas good corporate governance.
Kedua, seperti dilansir Investor Daily Online (14/12/2004), bahwa
kehancuran Bank Global sangat boleh jadi disebabkan oleh sebuah kolusi antara
pengelola Bank Global dengan Prudence Asset Management (PAM).
Ketiga, kasus Bank Global menarik diikuti karena kasus ini mencoreng citra
reksadana, sebuah instrumen pasar modal yang mengalami pertumbuhan pesat selama
dua tahun terakhir.
Keempat, kasus Bank Global mencerminkan lemahnya pengawasan BI dan
Bappepam.
Uraian/ Penjelasan
General market risk merupakan resiko yang disebabkan oleh suatu
kebijakan yang dilakukan oleh lembaga terkait yang mana kebijakan tersebut
mampu memberi pengaruh bagi seluruh sektor bisnis (Agus Sucipto: Manajemen
Risiko). Sehatnya sebuah bank tidak hanya
berpatokan pada aset (modal) semata, tetapi juga harus memperhitungkan faktor
manajemen risiko yang meliputi delapan faktor, yakni risiko kredit, risiko
pasar, risiko likuiditas, risiko operasional, risiko hukum, risiko strategi,
risiko kepatuhan dan risiko reputasi. Tidak sedikit para bankir yang tidak bisa
mengelola manajemen risiko dengan baik, sehingga terjadi pelanggaran prinsip
kehati-hatian bank. Yang terpenting dari kasus-kasus pembekuan bank adalah
pembelajaran bagi pemilik maupun pengurus bank untuk bercermin diri dalam
pengelolaan keuangan dan manajemen perbankan agar tidak menyimpang dari
ketentuan-ketentuan yang ada, serta diharuskan menerapkan prudent banking.
Lebih khusus lagi, bagi para nasabah agar tidak gegabah dan senantiasa
berhati-hati jika ingin menempatkan dananya pada lembaga perbankan maupun
lembaga keuangan lainnya.
2.
Spesific Market Risk
Studi Kasus: PT GUDANG GARAM, Tbk
Salah
satu perusahaan rokok terbesar di Indonesia yaitu PT Gudang Garam sempat
menjadi perusahaan yang juga mendapat dampak dari pelemahan nilai tukar rupiah
terhadap dollar Amerika Serikat yang melanda Indonesia, seperti berita yang
dilansir oleh liputan6.com berikut ini.
Dampak Pelemahan Rupiah
Mulai Terasa ke Emiten
Pelemahan mata uang
rupiah dalam beberapa hari terakhir mempengaruhi laba-laba perusahaan yang
sudah melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI). Berdasarkan data Bloomberg,
nilai tukar rupiah pada hari ini, Rabu (21/8/2013) sudah menyentuh ke level Rp
10.963 per dolar Amerika Serikat (AS). Pergerakan nilai tukar rupiah yang
terjadi hari ini sangat mempengaruhi emiten-emiten yang sudah melantai di
bursa.
Kepala
Strategi Riset dan Ekuitas Bahana Sekuritas me Harry Su mengatakan, akibat
dampak pergerakan pelemahan rupiah, banyak emiten yang terkena dampak dari
pelemahan rupiah tersebut."Jelaslah, pelemahan rupiah itu sangat jelek
untuk pasar.Tapi emiten yang mempunyai utang berdasarkan mata uang dolar
AS," ujar Harry ketika ditemui dalam acara Halal bi Halal Bahana Group dan
Market Update di Graha Cimb Niaga, Jakarta, Rabu (21/8/2013).
Menurut Harry, selain
faktor pelemahan rupiah yang mempengaruhi laba bersih di setiap emiten, dan
juga kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate). Adapun saham yang
sangat terpengaruh terhadap pelemahan nilai tukar rupiah adalah, PT Indosat Tbk
(ISAT). Saham telekomunikasi tersebut terkena dampak 17,9% dari laba bersih,
sedangkan pengaruh BI Rate hampir sebesar 24% dari raihan laba bersih.
Selain ISAT, laba
bersih perusahaan PT Gudang Garam Tbk (GGRM) juga megalami penurunan hingga
0,9%. Laba PT Bakrie Telekomunikasi Tbk (BTEL) juga mengalami penurunan hingga
5,9% dan laba bersih PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL) mengalami penurunan 5,9%.
Lanjut Harry, pelemahan
rupiah juga menurunkan laba bersih emiten, tapi juga memberikan dampak pada
keuntungan emiten. PT Timah Tbk (TINS) mengalami penurunan keuntungan hingga
5,2%, sedangkan PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) mengalami penurunan laba
bersih hingga 3,4%. "Pelemahan mata uang rupiah juga berdampak pada PT
Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) mengalami penurunan laba bersih hingga
sebesar 3,9%," tegasnya. Ditambahkannya, pelemahan rupiah yang semakin
tajam, memang mempengaruhi kinerja emiten, khususnya yang berpendapatan mata
uang dolar AS. Berdasarkan berita diatas PT Gudang Garam menjadi salah satu
perusahaan yang mengalami penurunan laba bersihnya sebesar 0,9% akibat melemahnya nilai rupiah.
Hal
ini dialami oleh PT Gudang Garam karena perusahaan membutuhkan bahan baku utama
berupa tembakau dan cengkeh yang berkualitas untuk produk mereka, sementara
kualitas panen tembakau dan cengkeh lokal yang menjadi bahan baku utama
tersebut sangatlah bergantung pada cuaca, faktor cuaca yang kini sering tidak
menentu mengakibatkan penurunan kualitas panen kedua bahan baku tersebut. Sehingga perusahaan terpaksa harus mengimpor persediaan bahan baku mereka
dari luar negeri agar kualitas atas produk yang dihasilkan tetap terjaga. Inilah
yang menyebabkan menurunnya pendapatan dan laba bersih perusahaan.
Selain itu penurunan
pendapatan dan laba bersih Gudang Garam dapat disebabkkan juga oleh aturan
pemerintah, karena sebelumnya industri
rokok diberatkan dengan aturan
pemerintah yaitu regulasi
mengenai
rokok, PP
Nomor 109 tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif berupa produk
Tembakau bagi kesehatan yang dikeluarkan pemerintah tahun 2012 kemarin yang
mengacu pada Framework Convention on Tobacco Control (FCTC)
yang dicanangkan oleh WHO pada tahun 2003, salah satu aturannya
yang berupa kenaikan bea pita cukai yang secara terus menerus dan juga
kewajiban menampilkan gambar - gambar seram dari bahayanya rokok pada kemasan
dan iklan rokok.
Biaya pita cukai dan
PPN Gudang Garam pada tahun 2013 mencapai 29 triliun, atau setara 67% dari
total beban biaya pokok penjualan Gudang Garam. Dan jika dibandingkan dengan
pendapatan penjualan, biaya pita cukai Gudang Garam tahun 2013 setara dengan
54% hasil pendapatan penjualan perusahaan. Artinya, 54% dari total pendapatan
penjualan Gudang Garam tahun 2013 digunakan untuk membayar bea pita cukai dan
PPN. Dan jika dilihat dalam beberapa tahun belakang, kontribusi biaya pita
cukai dan PPN tersebut nilainya selalu diatas 50% dari total pendapatan
penjualan Gudang Garam. Bagaimana pun itu perusahaan harus tetap mengeluarkan
dana untuk membayar besarnya biaya pita cukai sesuai aturan.
Serta
kewajiban perusahaan menampilkan gambar-gambar dari bahaya dan dampak negatif
rokok pada kemasan serta iklan produk secara tidak langsung akan mengurangi
minat para konsumen untuk merokok, hal ini tentu saja akan menurunkan penjualan
rokok, termasuk rokok Gudang Garam itu sendiri, dan dampak lainnya dari
ketatnya aturan pemerintah dalam industri rokok adalah Gudang Garam harus
mengurangi dan menghemat biaya perusahaan yang lainnya.
ANALISIS
Specific
market risk merupakan risiko yang hanya
dialami secara khusus pada sektor atau sebagian bisnis saja tanpa bersifat
menyeluruh (Agus Sucipto: Manajemen Risiko).
Kasus ini termasuk dalam kebijakan yang diberlakukan pada sektor Industri,
yaitu rokok. Sesuai dengan pembahasan studi kasus diatas, PT Gudang Garam ikut
merasakan dampak dari penurunan nilai tukar rupiah yang berakibat menurunnya
laba bersih perusahaan yang akan berdampak pada membagian deviden kepada para
pemegang saham, serta peraturan pemerintah yang dapat menurunkan penjualan
produk serta pendapatan perusahaan. Salah satu cara yang dilakukan oleh PT
Gudang Garam untuk menanggulangi risiko tersebut adalah dengan melakukan
kebijakan penawaran pensiun dini kepada para karyawannya terutama karyawan
borongan sigaret kretek tangan (SKT) dan operasional dengan alasan untuk
mengantisipasi dampak buruk yang akan terjadi pada perusahaan dimasa mendatang
akibat bertambah ketatnya peraturan industri rokok yang telah ditetapkan oleh
pemerintah.
BAB III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Risiko pasar adalah risiko terjadinya
penurunan harga pasar sehingga kita akan mengalami kerugian. Pengukuran risiko
pasar bisa dilakukan dengan deviasi standar yang praktis dan merupakan cikal
bakal teknik berikutnya yaitu VAR (Value
At Risk). VAR merupakan teknik pengukuran risiko pasar yang semakin
popular. Ada beberapa cara untuk menghitung VAR data historis, analitik, dan
simulasi. VAR mempunyai kelemahan karena tidak bisa melihat kondisi ekstrim. Street-test bisa digunakan untuk melihat
pengaruh situasi ekstrim terhadap portofolio kita.
Bentuk resiko pasar terbagi
menjadi dua, yaitu general market risk dan spesific market risk yang masing
masing mempunyai sifat dan ciri tersendiri, walaupun seperti itu semuanya
berpengaruh pada pangsa pasar. Maka dari itu setiap perusahaan harus mampu
menganalis resiko pasar yang akan
terjadi, termasuk kemungkinan kemungkinan yang akan terjadi di masa yang akan
datang, sehingga sebuah perusahaan dapat meminimalisir resiko pasar yang akan
terjadi dan akan lebih mudah dalam kebijakan perusahaan.
No comments:
Post a Comment