KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Bekasi,10 September 2018
Penyusun
BAB IPenyusun
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Ditinjau dari klasifikasi tumbuhan
penghasil kayu, sebagian dari produk rotan ini sebenarnya termasuk kayu. Namun
demikian karena dominasinya berasal dari kelompok tumbuhan monokotil, maka
tidak relevan untuk dimasukkan dalam kelompok kayu yang senyatanya memang
berasal dari tumbuhan dikotil dan konifer.
Selanjutnya di dalam perdagangan
hasil hutan, produk yang berasal dari tumbuhan berkekuatan ini disebut dengan
Hasil Hutan Ikutan, misalnya: rotan, bambu, kelapa/kelapa sawit, sagu, nipah
dan sebagainya. Dasar dipakainya istilah produk tumbuhan berkekuatan
dititikberatkan pada pemanfaatan kekuatan batang tumbuhan ini dan tidak dari
produk-produk lainnya yang mungkin juga dapat dihasilkan seperti buah, daun,
tepung, dan sebagainya. Dari batang tumbuhan ini dapat dihasilkan macam-macam
produk panel-panel, meubel dan kerajinan.
Dari kelompok Hasil Hutan Non Kayu
produk berkekuatan ini akan diberikan contoh produk yang potensial dan bernilai
yaitu rotan. Rotan adalah sekelompok palma dari puak (tribus) Calameae yang
memiliki habitus memanjat, terutama Calamus, Daemonorops, dan Oncocalamus.
Rotan tumbuh liar di dalam hutan atau ada yang
sengaja ditanam. Rotan dapat dipanen setiap saat, dengan memperhatikan bagian
bawah batangnya tidak tertutup oleh kelopak, daun sudah mengering, duri dan
kelopak daun sudah rontok. Panen rotan yang tidak benar menghasilkan limbah
yang besar. Rata-rata limbah pemanenan rotan
secara tradisional di Indonesia sebesar 12,6-28,5%, dan dengan
menggunakan alat bantu tirfor dan lir sebesar 4,1-11,1%, sedangkan besarnya
limbah yang dihasilkan selama pengangkutan berkisar antara 5-10%,
Indonesia adalah Negara penghasil
rotan terbesar di dunia. Luas hutan rotan di Indonesia sebesar 13,20 juta
hektar tergolong kedalam 8 marga dan 306 jenis daripadanya 51 jenis yang sudah
dimanfaatkan. Jenis yang memiliki harga yang tinggi adalah Calamus dan Daemonorops, yang terdapat juga
di Maluku.
1.2 Rumusan
Masalah
Adapun rumusan masalah dari
makalah ini, yaitu :
1.
Apa yang dimaksud sebagai rotan ?
2.
Apa saja jenis rotan dan bagaimana potensi rotan ?
3.
Bagaimana proses atau cara dalam pengolahan rotan ?
4.
Faktor-faktor apa saja yang akan mempengaruhi hasil
dari produk rotan ?
5.
Bagaimana keadaan industri rotan ?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Rotan
Rotan adalah sekelompok palma dari
puak (tribus) Calameae yang memiliki habitus memanjat, terutama Calamus,
Daemonorops, dan Oncocalamus. Puak Calameae sendiri terdiri dari sekitar enam
ratus anggota, dengan daerah persebaran di bagian tropis Afrika, Asia dan
Australasia. Ke dalam puak ini termasuk pula marga Salacca (misalnya salak),
Metroxylon (misalnya rumbia/sagu), serta Pigafetta yang tidak memanjat, dan
secara tradisional tidak digolongkan sebagai tumbuhan rotan.
Batang rotan biasanya langsing
dengan diameter 2-5cm, beruas-ruas panjang, tidak berongga, dan banyak yang
dilindungi oleh duri-duri panjang, keras, dan tajam. Duri ini berfungsi sebagai
alat pertahanan diri dari herbivora, sekaligus membantu pemanjatan, karena
rotan tidak dilengkapi dengan sulur. Suatu batang rotan dapat mencapai panjang
ratusan meter. Batang rotan mengeluarkan air jika ditebas dan dapat digunakan
sebagai cara bertahan hidup di alam bebas. Badak jawa diketahui juga menjadikan
rotan sebagai salah satu menunya.
Sebagian besar rotan berasal dari
hutan di Indonesia, seperti Sumatra, Jawa, Borneo, Sulawesi, dan Nusa Tenggara.
Indonesia memasok 70% kebutuhan rotan dunia. Sisa pasar diisi dari Malaysia,
Filipina, Sri Lanka, dan Bangladesh. Rotan cepat tumbuh dan relatif mudah
dipanen serta ditransprotasi. Ini dianggap membantu menjaga kelestarian hutan,
karena orang lebih suka memanen rotan daripada kayu.
Rotan termasuk jenis produk dari
Hasil Hutan Non Kayu yang sudah lama dikenal. Bahkan sudah banyak menghasilkan
produk-produk olahan yang tidak sedikit dalam memberikan sumbangan pendapatan
kepada negara (devisa).
Didalam perdagangan dikenal
nama-nama ini mendasar pada tempat atau negara tujuan ekspor maupun bentuk/jenis
rotan yang dipasarkan, seperti : bin rattan, rattan, core peel, canes, dan
lain-lain.
Description: Calamus rotang
Calamus rotang
Klasifikasi ilmiah :
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Arecales
Famili : Arecaceae
Upafamili : Lepidocaryoideae
Bangsa : Calameae
Genera : Calamus, Daemonorops, Oncocalamus
·
Sifat Umum Rotan Mempunyai batang berduri dan memanjat
tetapi terdapat juga jenis yang tidak memanjat.
·
Jenis Terdapat 13 genus ritan di dunia dan hampir 600
jenis rotan dihasilkan daripadanya.
·
Sebaran Hanya tumbuh secara semula jadi di Asia dan
Barat Afrika saja. Di Semenanjung, rotan boleh ditemui dipelbagai jenis
ketinggian dari aras laut sehingga ke kemuncak gunung 3000 m. Bagaimanapun
kebanyakan kawasan rotan tertumpu di Asia Tenggara dan kawasan berdekatan.
Malaysia adalah negara yang kaya dengan pelbagai spesies rotan. Terdapat 79
jenis rotan di Sabah, 106 di Sarawak dan 107 di Semenanjung.
·
Ciri-ciri Terdapat rotan yang tumbuh secara tunggal dan
juga berkelompok. Kebanyakan pokok rotan adalah jenis memanjat serta yang
berbatang kerdil tidak memanjat.
Komponen kimia, anatomi, sifat
fisik dan mekanika rotan menentukan bentuk pemanfaatan dan mutu produk akhir
suatu jenis rotan. Komponen kimia rotan menentukan kekuatan dan keawetan
rotan. Menurut Rachman (1996), komponen
kimia rotan adalah holoselulosa
(71%-76%), selulosa (39%-58%), lignin
(18%-27%), silika (0,54-8%), tanin (8,14%-8,88%0) dan pati (18,50%-23,57%).
Selulosa menentukan kekuatan tarik rotan “Semakin tinggi kadar selulosa rotan
maka makin besar pula keteguhan lenturnya”. Lignin membuat ikatan antar sel
serat menjadi kuat. Tanin berperan sebagai bahan yang bersifat racun terhadap
rayap dan jamur (Jasni dkk, 1997). Pati
adalah sumber makanan utama bubuk kayu
selain rayap. Makin tinggi kandungan
pati dalam rotan, maka makin mudah diserang oleh bubuk kayu kering.
Ukuran sel pori dan tebal dinding sel serat menentukan keawetan dan kekuatan rotan. Tebal dinding sel serat berkisar antara 3,49
ยตm – 4,89 ยตm. Makin tebal dinding sel maka makin keras dan berat suatu jenis rotan (Rachman, 1996). Sifat fisika dan mekanika
rotan antara lain, berat jenis
0,47-0,57; kadar air basah 84,32%-167,11%; kadar air kering udara 13,76%-18,19%; panjang ruas 20,76-37,20 cm; tingi buku
0,16-,39; keteguhan patah (MOR) 421-834 kg/cm2; keteguhan lentur (MOE) 14.548-22.000 kg/cm2.
2.1.1 Kegunaan
Rotan
Rotan yang umum dipergunakan dalam
industri tidaklah terlalu banyak. Beberapa yang paling umum diperdagangkan
adalah Manau, Batang, Tohiti, Mandola, Tabu-Tabu, Suti, Sega, Lambang, Blubuk,
Jawa, Pahit, Kubu, Lacak, Slimit, Cacing, Semambu, serta Pulut.
Setelah dibersihkan dari pelepah
yang berduri, rotan asalan harus diperlakukan untuk pengawetan dan terlindung
dari jamur Blue Stain. Secara garis besar terdapat dua proses pengolahan bahan
baku rotan: Pemasakan dengan minyak tanah untuk rotan berukuran sedang /besar
dan Pengasapan dengan belerang untuk rotan berukuran kecil.
Selanjutnya rotan dapat diolah
menjadi berbagai macam bahan baku, misalnya dibuat Peel (kupasan)/Sanded Peel,
dipoles /semi-poles, dibuat core, fitrit atau star core.
Pemanfaatan rotan (sp. Daemonorops
Draco) terutama adalah sebagai bahan baku mebel, misalnya kursi, meja tamu,
serta rak buku. Rotan memiliki beberapa keunggulan daripada kayu, seperti
ringan, kuat, elastis / mudah dibentuk, serta murah. Hanya saja kelemahan utama
rotan adalah gampang terkena kutu bubuk “Pin Hole”.
Batang rotan juga dapat dibuat
sebagai tongkat penyangga berjalan dan senjata. Berbagai perguruan pencak silat
mengajarkan cara bertarung menggunakan batang rotan. Di beberapa tempat di Asia
Tenggara, rotan dipakai sebagai alat pemukul dalam hukuman cambuk rotan bagi
pelaku tindakan kriminal tertentu.
Beberapa rotan mengeluarkan getah
(resin) dari tangkai bunganya. Getah ini berwarna merah dan dikenal di
perdagangan sebagai dragon's blood (“darah naga”). Resin ini dipakai untuk
mewarnai biola atau sebagai meni. Masyarakat suku Dayak di Kalimantan Tengah
memanfaatkan batang rotan muda sebagai komponen sayuran.
2.2 Jenis dan
Potensi Rotan
Jenis rotan jumlahnya sampai
puluhan, ada yang komersial (mempunyai nilai tinggi dalam perdagangan), dan
non-komersial atau hanya lokal saja digunakan (diperdagangkan). Ada 2 familia
penghasil rotan, terdiri atas 8 genus dan puluhan spesies, yaitu :
1) Familia
Palmae, ada 7 genus yaitu : Calamus, Daemonorops, Korthalsia, Ceratolobus,
Myrialepsis, Plectoconia dan Plectocomiopsia.
2) Familia
Thypaceae dengan satu genus yaitu Freytimetia.
Di
Indonesia, rotan (alam) dihasilkan dari 21 propinsi, sedang rotan tanaman sudah
dihasilkan di 9 propinsi. Jenis rotan alam yang diidentifikasikan dan mempunyai
nilai komersial lebih dari 25 jenis, misalnya: manau, tohiti, mandola, lambang,
semambu, sega, embulu, sueti, batang, tarumpu, koboo, sabut, kertes, perdas,
lacak, seel, slimit, cacing, sampulut, irit, jermasin, lilin, cincin, udang,
runti, jernang, lasio, antik dan datu. Jenis-jenis rotan alam umumnya dipungut
pada umur 7-12 tahun (Kasmudjo, 2011).
Adapun
jenis rotan yang sudah ditanam ada 5 jenis, yaitu rotan manau, irit, sega,
tohiti, dan manis. Jenis-jenis rotan tanaman ini sudah ada yang mulai dipanen
dengan umur tebang 5-10 tahun saja (Kasmudjo, 2011).
2.3 Pemungutan
Rotan
Pemungutan rotan mayoritas
dilakukan oleh masyarakat sekitar hutan, namun demikian kalau dikaitkan dengan
usaha (cara) yang dilakukan dapat dikelompokkan dalam 3 bentuk, yaitu :
1) Oleh
masyarakat sekitar hutan (1-10 orang), yang melakukan pemungutan rotan sesuai kebutuhan
dan dijual secara bebas dan kepada siapa saja
2) Oleh
kelompok masyarakat sekitar hutan yang melakukan pemungutan rotan sesuai
permintaan pedagang (pengumpul rotan) dimana pemungut ini harus menjual
3) Oleh
kelompok masyarakat tertentu yang telah mempunyai ikatan dengan pengusaha atau
industri pengolahan dimana pemungut ini harus menjual (Kasmudjo, 2011).
Di dalam pemungutan rotan harus
memperhatikan tanda-tanda atau ketentuan sebagai berikut :
1) Dilakukan
terutama pada musim kemarau atau sedikit turun hujan
2) Dilakukan
oleh kelompok-kelompok pemungutan rotan tertentu
3) Dilakukan
dengan menggunakan sistem seperti tebang pilih.
4) Memperhatikan
cacat-cacat alami dan cacat pungutan yang mungkin ada dan terjadi (Kasmudjo,
2011).
2.4 Cara
Pengolahan Rotan
Banyak cara dan variasi-variasi di
dalam pengolahan rotan. Untuk menghasilkan rotan mentah (rotan bulat) dapat
digunakan cara sederhana dan cara semi mekanis, sedang untuk menghasilkan
produk rotan setengah jadi sampai jadi dapat digunakan cara mekanis atau
terpadu dengan cara-cara lainnya.
a)
Pengolahan semi mekanis
Cara pengolahan ini digunakan untuk menghasilkan rotan
bulat yang telah digoreng dan diasapi. Penggorengan rotan dilakukan dengan
minyak tanah, minyak solar, minyak goreng atau campuran minyak-minyak tersebut.
Pengasapan rotan dilakukan dengan mengalirkan asap belerang ke dalam ruang
tumpukan rotan. Penggorengan rotan bertujuan agar rotan lebih kering, awet,
keras, mengkilap dan halus permukaannnya. Pengasapan bertujuan agar rotan lebih
berwarna muda, cerah, kompak/homogen dan lebih awet.
b)
Pengolahan rotan setengah jadi (produk komponen)
Didalam proses ini dihasilkan bermacam-macam komponen
rotan berupa rotan bulat maupun rotan belahan dengan berbagai bentuk dan
ukuran. Komponen hasil olahan umumnya digunakan untuk membuat produk-produk
aneka mebel dan kerajinan rotan. Pada komponen yang dihasilkan juga sudah
dilakukan pengupasan (pembulatan), pelurusan, penyambungan, pelobangan, pembelahan
(pengiratan) dan penenunan. Produk setengah jadi yang dihasilkan dapat berupa:
rotan bulat tidak kupas, rotan bulat sudah dikupas, rotan bulat dengan
sambungan atau lobang, rotan belahan kasar, rotan iratan dan rotan anyaman
(tenunan)
c)
Pengolahan rotan jadi (misal berupa mebel rotan)
Secara umum sebagian besar proses yang dilakukan sama
dengan proses pengolahan rotan setengah jadi. Bedanya proses ini diteruskan
dengan proses perangkaian (assembling), finishing (dipolitur atau dicat) dan
penambahan (pemasangan) kelengkapan lainnya, misalnya pemasangan jok kursi,
penambahan kaca meja, dan sebagainya (Kasmudjo, 2011).
2.4.1 Peralatan
Proses dan Mesin-mesin
a.
Pengolahan rotan mentah (bulat)
· Bak
penggorengan rotan
· Bak
pencucian rotan
· Alat
pengering rotan
· Ruang
pengasapan rotan (asap belerang)
b.
Pengolahan rotan setengah jadi (komponen)
· Polishing,
Splitting, Peel trimming, Connecting, Widing machine, Straightener, cutting,
Circular saw, sanding, Drilling.
c.
Pengolahan rotan jadi (berupa produk siap pakai)
· Weaving
machine, Flower table, Compressor, Sanding machine, Straightening, Circular
saw, Cutting saw, Router, Drilling machine, Doubles sander, Planer, Steam
boiler, Screw driver, Noiler, Stapler, Sprayingequipment, Gas burner (Kasmudjo,
2011).
2.4.2 Proses
Pengolahan Rotan
Rotan yang dijadikan sebagai bahan
baku industri produk jadi rotan adalah rotan yang yang telah melalui
pengolahan. Kegiatan pengolahan adalah pengerjaan lanjutan dari rotan bulat
(rotan asalan) menjadi barang setengah jadi dan barang jadi atau siap dipakai
atau dijual. Tahapan pengolahan rotan adalah sebagai berikut :
1) Penggorengan
Tujuan
penggorengan adalah untuk menurunkan kadar air agar cepat kering dan juga untuk
mencegah terjadinya serangan jamur. Cara penggorengannya adalah
potongan-potongan rotan diikat menjadi suatu bundelan, kemudian dimasukkan ke
dalam wadah yang sudah disiapkan campuran solar dengan minyak kelapa.
2) Penggosokan
dan Pencucian
Setelah
rotan digoreng, ditiriskan beberapa menit, kemudian digosok dengan kain perca
(sabut kelapa) atau karung goni yang dicampur dengan serbuk gergaji, agar sisa
kotoran terutama getah yang masih menempel pada kulit rotan dapat dilepaskan,
sehingga kulit rotan menjadi bersih dan akan dihasilkan warna rotan yang
bewarna cerah dan mengkilap.
3) Pengeringan
Setelah
rotan dicuci lalu dikeringkan dengan cara dijemur pada panas matahari sampai
kering dengan kadar air berkisar 15% – 19%. Hasil penelitian Basri dan
Karnasudirja (1987) dalam Jasni et al., (2005) pada rotan manau (Calamus manan
Miq.) dan rotan semambu (Calamus scipionum Burr.), menunjukkan bahwa lama
pengeringan secara alami dari kedua jenis rotan tersebut berkisar 22 hari
sampai 65,3 hari.
4) Pengupasan
dan Pemolesan
Pengupasan
dan pemolesan umumnya dilakukan pada rotan besar pada keadaan kering, gunanya
adalah untuk menghilangan kulit rotan tersebut, sehingga diameter dan warna
menjadi lebih seragam dan merata.
5) Pengasapan
Pengasapan
dilakukan agar warna rotan menjadi kuning merata dan mengkilap. Pengasapan
dilakukan pada rotan kering yang masih berkulit (alami), pengasapan pada
dasarnya adalah proses oksidasi rotan dengan belerang (gas SO2) agar warna
kulit rotan menjadi lebih putih. Waktu pengasapan sekitar 12 jam dan
menghabiskan sekitar 7,5 kg belerang atau 1,8 gr/batang rotan (Rachman 1990
dalam Jasni et al., 2005).
6) Pengawetan
Pengawetan
rotan adalah proses perlakuan kimia atau fisis terhadap rotan yang bertujuan
meningkatkan masa pakai rotan. Selain berfugsi untuk mencegah atau memperkecil
kerusakan rotan akibat oganisme perusak, juga memperpanjang umur pakai rotan.
Bahan pengawet yang digunakan harus bersifat racun terhadap organisme perusak
baik pada rotan basah maupun rotan kering, permanen dalam rotan, aman dalam
pengangkutan dan penggunaan, tidak bersifat korosif, tersedia dalam jumlah
banyak dan murah. Serangan bubuk rotan dapat dikenal karena adanya tepung halus
bekas gerekan bubuk tersebut. Serangga ini paling banyak ditemukan menyerang
rotan antara lain Dinoderus minutus Farb.,
Heterobostrychus aequalis Wat., dan Minthea sp.
7) Pembengkokan
Pembengkokan
atau pelengkungan rotan dilakukan pada rotan berdiameter besar sesuai dengan
pengunaannya. Cara pembengkokan ini dilakukan dengan cara rotan tersebut
dilunakkan dengan uap air panas yang disebut steaming dengan tabung berbentuk
silinder (steamer) agar jaringan rotan menjadi lunak sehingga mudah
dibengkokan.
Hasil
penelitian (Jasni, 1992 dalam Jasni et al., 2005), menunjukkan bahwa pengrajin
di industri rumah tangga, proses pembengkokan dilakukan dengan cara memanaskan
langsung bagian yang akan dibengkokkan pada api (kompor minyak tanah dan gas
LPG). Kemudian bagian tersebut dibengkokkan dengan bantuan alat pembengkok pada
waktu rotan masih panas. Cara ini mempunyai beberapa kelemahan yaitu prosesnya
lambat dan kadang-kadang bagian yang dipanaskan dapat terbakar, sehingga
bewarna hitam.
Alat-alat
yang digunakan pada industri produk jadi rotan meliputi: kompor solder, bor
listrik, gergaji rotan dan biasa, gunting rotan, parang, martil, kakak tua dan
engkol tangan. Selain itu, sebagian kecil ada yang menggunakan kompresor, mesin
potong, sekrup (alat tembak untuk memasukkan paku) dan taples. Kegiatan proses
produksi dilakukan pada suatu bangunan rumah. Bangunan rumah tersebut dibagi
menjadi tempat proses produksi, pemajangan produk jadi rotan dan tempat tinggal.
Disamping
penggunaan alat-alat yang dibutuhkan dalam proses produksi, ketersediaan sarana
transportasi merupakan faktor pendukung bagi keberhasilan usaha rumah tangga
industri produk jadi rotan. Sarana transportasi yang digunakan adalah kendaraan
milik pribadi dan kendaraan umum. Kendaraan umum seperti angkutan kota
(angkot), truk dan bus kota selalu ada setiap saat, sedangkan kendaraan milik
pribadi rumahtangga pengusaha sebagian besar adalah kendaraan roda dua.
2.4.3 Proses
Pengolahan Material Rotan
Rotan harus melalui beberapa
proses sebelum material tersebut bisa diolah dan dianyam menjadi sebuah perabot
atau dekorasi. Beberapa langkah hampir sama dengan proses kayu.
Rotan yang masih berbentuk
'lonjoran/batang' dengan panjang mencapai 6-10 meter masih sangat basah. Proses
pertama adalah dengan menjemur batangan-batangan rotan tersebut hingga agak
kering karena pada waktu dikirim ke pabrik pengolahan sebagian rotan tersebut
masih berwarna hijau kekuningan. Pengawetan menjadi satu proses penting untuk
rotan untuk mencegah serangan jamur dan serangga dengan metode perendaman.
Baru kemudian setelah rotan
direndam selama beberapa jam, proses pengeringan dengan menggunakan ruang dan
sistem pengeringan yang sama dengan kayu dilakukan. Rotan ditumpuk di dalam
ruang Kiln Dry sedemikian rupa agar sirkulasi udara panas merata ke seluruh
tumpukan rotan. Setelah dikeringkan selama 10-15 hari rotan mulai diproses di
ruang mesin. beberapa batang rotan yang bengkok diluruskan dengan mesin khusus.
Dari proses ini batangan rotan
(diameter sekitar 30-40mm) dikupas dan kulitnya dipisahkan untuk dijadikan
bahan baku anyaman atau pengikat kontruksi, sedangkan batangan dan 'daging'nya
diproses lebih lanjut untuk membuat ∅ batang
rotan sama dari ujung hingga pangkalnya.
Batangan ini nantinya akan
diproses lagi untuk dibelah menjadi material anyaman yang disebut 'pitrit'.
Tergantung dari kualitas batang rotan tersebut. Apabila berwarna terang dan berdiameter
besar (>25mm) maka akan diproses menjadi pitrit, jika lebih kecil dari 25mm
batangan tersebut biasanya akan digunakan sebagai rangka kursi atau meja.
2.5 Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Hasil Produk Rotan
Sejak dari hutan, pemungutan, pengangkutan,
penumpukan dan pengolahannya di pabrik, semuanya memungkinkan adanya pengaruh
terhadap produk hasil olahan rotan.
Adanya faktor-faktor yang
berpengaruh tersebut adalah :
1)
Asal bahan, terutama tua mudanya, jenis dan ukuran.
2)
Adanya cacat, baik cacat alami, cacat pungutan maupun
caca prosesing (mekanis dan biologis)
3)
Proses pengolahan awal (rotan mentah), pada proses
penggorengan dan pengasapan
4)
Proses pengolahan lanjutan, sejak dari proses
pengolahan komponen-komponen rotan sampai menjadi produk-produk jadi rotan.
Untuk mengatasi (meminimalkan)
pengaruh faktor-faktor tersebut dapat dilakukan antara lain dengan :
·
Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan SDM
·
Mengketatkan proses seleksi kualitas rotan
·
Mengerjakan (memproses) rotan dengan cermat dan benar
(Kasmudjo, 2011).
2.6 Keadaan
Industri Rotan
Dari waktu-kewaktu adanya industri
pengolahan rotan menunjukkan perkembangan yang nyata, terutama
industri-industri yang menghasilkan produk (barang) jadi seperti aneka mebel
dan kerajinan.
Kategori industri pengolahan rotan
dapat dibedakan atas:
1) Industri
besar dan menengah, terdiri :
a.
Industri yang menghasilkan bahan rotan mentah
b.
Industri yang menghasilkan produk setengah jadi
c.
Industri yang menghasilkan produk jadi
2) Industri
kecil
Berupa
industri kecil rumah tangga dan sentra-sentra industri kecil rotan. Umumnya
industri tersebut menghasilkan produk-produk jadi rotan, misalnya: mebel,
rak-rak (pakaian dan buku), keranjang, dan sebagainya.
Dalam hal
memenuhi kebutuhan untuk menyediakan permintaan dunia akan keperluan produk
rotan, negara kita pun tak diragukan karena sudah sejak abab ke–18 selalu
menjadi pelopor dalam menyediakannya, di mana hampir 80 % keperluan akan rotan
dunia di pasok oleh Indonesia, sekaligus pula mendapat pengakuan sebagai
penghasil rotan terbaik yang mendominasi penggunaan rotan dunia.
Mengingat
sampai saat ini produk bahan mentah rotan alam kita dipasaran International
tidak memiliki pesaing yang berarti di satu pihak dan dilain pihak permintaan
dunia akan rotan setiap tahunnya masih memiliki peluang untuk dapat
dikembangkan pasarnya, maka adanya langkah untuk merintis pengembangan usaha
pengolahannya nampaknya tidak akan mengalami kesulitan yang berarti.
Peradaban
manusia khususnya masyarakat Indonesia sudah sejak lama mengenal dan
menggunakan rotan dalam berbagai keperluan hidupnya sehari-hari, bahkan
dibeberapa tempat bahan rotan telah menjadi pendukung perkembangan budaya masyarakat
setempat.
Sampai
saat ini tidak pernah diketahui secara pasti sejak kapan awal dimulainya
pertama kali kebiasaan atau budaya masyarakat Indonesia, dalam pemanfaatan
rotan dengan segala produknya bagi mendukung perilaku, budaya dan keperluan
keseharian masyarakat disekitar hutan.
2.6.1
Produk Hasil Rotan
Rotan merupakan salah satu
kekayaan hutan Indonesia sebagai negara tropis yang memberi sumbangan besar
terhadap perekonomian Indonesia. Saat ini ketersediaan rotan sangat banyak di
hutan Indonesia terutama di wilayah
Kalimantan, Sulawesi dan Sumatera. Indonesia merupakan penghasil 85% rotan
mentah dunia yaitu dengan nilai sekitar 699.000ton/tahun. Akan tetapi sayangnya
kondisi ini tidak serta merta menempatkan Indonesia sebagai leading country
dalam perdagangan rotan internasional. Saat ini Indonesia menempati posisi
ketiga (7,68%) dalam perdagangan rotan di pasar global setelah China (20,72%)
dan Italia (17,71%). Hal ini tentunya menjadi isu yang penting untuk dianalisis
lebih mendalam dengan melihat faktor-faktor yang menghambat perdagangan rotan
Indonesia.
Adapun klasifikasi industri rotan
di Indonesia dapat dibedakan menjadi:
Pertama, industri pengolahan bahan
rotan dan rotan setengah jadi yang sering disebut sebagai industri antara.
Industri antara adalah industri pengolahan rotan yang menghasilkan bahan baku
roran berupa rotan asalan rotan poles, hati rotan, kulit rotan, webbing, split,
dan sejenisnya, dan biasanya pengerjaan produk ini dikerjakan melalui proses
semi mekanis.
Kedua, industri furnitur rotan. Dalam
industri ini menghasilkan perabotan rumah tangga seperti sofa, meja, kursi,
lemari, dan lainya.
Ketiga, industri barang-barang
kerajinan rotan. Industri ini menghasilkan produk barang kerajinan rotan
berdasarkan desain lokal, dan biasanya buatan tangan.
Salah satu faktor yang dianggap
sebagai penghambat pertumbuhan industri rotan adalah semakin maraknya alih
fungsi lahan. Rotan yang pada dasarnya merupakan hasil hutan secara alami akan
semakin terus berkurang dan tergerus seiring dengan pembukaan hutan, baik untuk
pertanian maupun perumahan. Penting juga menggaris bawahi bahwa posisi rotan
ternyata dianggap tidak cukup signifikan jika dibandingkan dengan komoditas
lainnya. Hal ini sangat jelas terlihat dari kebijakan alih fungsi hutan sebagai
habitat rotan sebagai perkebunan yang dianggap lebih mendatangkan keuntungan
seperti karet dan kelapa sawit. Faktor yang juga kemudian menjadi determinan
dalam pengambilan kebijakan perdagangan rotan adalah tidak adanya sinergitas
antara industri hulu (industri bahan baku) dan hilir (industri barang jadi).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Rotan mentah atau rotan bulat
diproses menjadi barang setengah jadi atau barang jadi. Dalam industri, rotan
dipisah menjadi bagian kulit dan bagian hati sesuai tujuan dan pemanfaatanya.
Selanjutnya rotan digoreng, digosok, dicuci, dikeringkan, dipolis,
dibengkokkan, diputihkan, dan diasap atau diawetkan sesuai dengan kebutuhan.
Pemilihan dan pemanfaatan material
rotan sebagai bahan bahan baku pembuatan mebel, seperti kursi, meja tamu, serta
rak buku serta beragam aneka kerajinan, secara fisik memiliki beberapa
keunggulan daripada kayu dan produk lainnya, yaitu ringan, kuat, elastis, serta
mudah dibentuk. Selain itu rotan lebih cepat tumbuh dan relatif mudah dipanen sehingga
dianggap lebih mendatangkan keuntungan. Dengan mempertahankan keasliannya, maka
perabot atau furnitur dari rotan akan kelihatan klasik dan alami.