KATA PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan Makalah ini
dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga Makalah ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.
Harapan saya semoga Makalah ini
membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca.
Makalah
ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki sangat
kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Bekasi,
03 Desember 2020
Penulis,
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................................... i
DAFTAR ISI....................................................................................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN............................................................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang............................................................................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah....................................................................................................................................... 1
1.3. Tujuan makalah........................................................................................................................................... 2
BAB II
PEMBAHASAN.................................................................................................................................................. 3
2.1. Tinjauan pustaka......................................................................................................................................... 3
2.2. Pengertian manusia purba......................................................................................................................... 4
2.3. Zaman Palaeolitikum ................................................................................................................................. 4
2.4. Zaman Mezolitikum.................................................................................................................................... 5
2.5. Zaman Neolitikum....................................................................................................................................... 6
2.6. Zaman Megalitikum ................................................................................................................................... 7
2.7. Zaman Logam ............................................................................................................................................. 7
2.8. Zaman Perunggu......................................................................................................................................... 8
2.9. Zaman Besi .................................................................................................................................................. 8
2.10. Jenis-Jenis Manusia Purba....................................................................................................................... 9
2.10.1. Meganthropus Paleojavanicus ............................................................................................................. 9
2.10.2. Pithecanthropus ................................................................................................................................... 10
BAB III
PENUTUP......................................................................................................................................................... 12
3.1. Kesimpulan................................................................................................................................................ 12
3.2. Saran........................................................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................................... 13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penemuan-penemuan fosil di dunia banyak disumbang oleh Indonesia.
Hal ini dikarenakan Indonesia merupakan wilayah tropis dan mempunyai iklim yang
cocok di huni manusia kala itu. Penemuan–penemuan fosil sangat bergua bagi
perkembangan ilmu sejarah sekarang ini. Baik dalam hal menjelaskan kehidupan
manusia kala itu,. Hewan yang pernah hidup dan bagaimana evolusi manusia hingga
menjadi sekarang ini. Indonesia banyak menyumbang fosil manusia –manusia purba.
Oleh karena itu dalam makalah ini akan dijelaskan perkembangan
manusia purba dari mulai bagaimana menemukannya, ,ciri-ciri dari manusia purba
dan tempat ditemukanya, ,sampai evolusi manusia mulai dari pertama kali muncul
hingga menjadi manusia sekarang ini.
Dilihat dari hasil penemuan di Indonesia maka dapat dipastikan
Indonesia mempunyai banyak sejarah peradapan manusia mulai saat manusia hidup.
Dengan begitu ilmu sejarah akan terus berkembang sejalan dengan fosil- fosil
yang ditemukan. Makalah ini dibuat untuk mengetahui lebih jelas dan terperinci
mengenai fosil- fosil manusia purba yang ditemuakan di Indonesia. Penemuan
–penemuan terbaru juga termasuk di dalamnya. Hal ini bermanfaat untuk
mengetahui perkembangan fosil terbaru yang ditemukan seperti Homo Moernman.
Dijelaskan pula tempat penemuan dan bentuk penemuannya agar isi makalah ini
dapat dipercaya kebenaranya.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa
permasalahan yang akan dibahas adalah sebagai berikut :
·
Bagaimana
jenis dan ciri manusia purba pada zaman dahulu?
·
Bagaimana
persebaran manusia purba pada zaman dahulu?
1.3. Tujuan makalah
·
Untuk
mengetahui jenis dan ciri manusia purba pada zaman dahulu.
·
Untuk
mengetahui persebaran manusia purba pada zaman dahulu.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Tinjauan pustaka
Sejak Charles Darwin meluncurkan bukunya The Origin Of Species di
tahun 1859, paham tentang evolusi berkembang. pemikiran Darwin dianggap sebagai
dasar bagi ilmu pengetahuan tentang evolusi, bahwa terbentuknya berbagai
kelompok organisme adalah dari perubahan secara terus menerus dari kelompok
organisme lain yang lebih rendah atau sederhana.
Banyak orang tidak menyadari bahwa teori Darwin ini masih
menantikan bukti-bukti dari fakta penemuan fosil. Sebab sejauh ini, bukti fosil
menunjukan keadaan yang :
Statis yaitu bahwa spesies tidak menunjukan perubahan ciri yang
signifikan semasa hidupnya di Dunia.
Kemunculan yang tiba-tiba yaitu yaitu spesies tidak muncul secara
bertahap melalui perubahan yang terus-menerus, namun muncul secara tiba-tiba
dalam bentuk yang sempurna (Iih. Stephen J Gould, The Panda’s Thumb. 1980, p.
181-182
Indonesia termasuk salah satu negara terpenting dalam penemuan
fosil manusia purba. Banyak fosil dan artefak yang telah ditemukan di Negara ini.
Dengan begitu ada banyak ahli purbakala
yang datang ke Indonesia untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai
kehidupan manusia purba. Para ahli purbakala ini antara lain :
·
Eugene
Dubeois
Dia adalah seorang dokter yang berkebangsaan belanda. Dia adalah
orang yang pertama kali dating ke Indonesia untuk melakukan penelitian tentang
manusia purba. Fosil itu diberi nama Pithecanantthropus erectus yang memiliki
arti manusia kera yang berjalan tegak.
Fosil ini diduga memiliki usia lebih kurang 1 juta tahun,
penemuannya ini, ternyata menggemparkan dunia.
·
Tjokrohandoyo
dan Dulfies
Usaha penggalian yang dilakukan oleh Tjokro dibawah pimpinan
Dulfjes telah menemukan fosil. Fosil-fosil yang ditemukan di Desa Perning dekat Mojikerto dan Sanggiran dekat Surakarta
itu menjadi sangat penting karena diperkirakan berasal dari lapisan tanah yang
sangat tua (lebih kurang dari dua juta tahun yang lalu). Fosil ini diberi nama
Homo Mojokertensis.
2.2. Pengertian manusia purba
Manusia yang hidup pada zaman praaksara (prasejarah) disebut
manusia purba. Tanah air kita sudah
dihuni manusia sejak jutaan tahun yang lalu. Fosil-fosil manusia purba banyak
ditemukan di Indonesia yaitu sejak jutaan tahun yang lalu terutama di Pulau
Jawa. Manusia purba adalah manusia penghuni bumi pada zaman prasejarah yaitu
zaman ketika manusia belum mengenal tulisan. Ditemukannya manusia purba karena
adanya fosil dan artefak. Fosil adalah sisa-sisa organisme (manusia, hewan, dan
tumbuhan) yang telah membatu yang tertimbun di dalam tanah dalam waktu yang
sangat lama. Sedangkan artefak adalah
peninggalan masa lampau berupa alat kehidupan/hasil budaya yang terbuat dari
batu, tulang, kayu dan logam. Cara hidup mereka masih sangat sederhana dan
masih sangat bergantung pada alam. Jenis-jenis manusia purba dibedakan dari
zamannya yaitu :
2.3. Zaman Palaeolitikum
Zaman Palaeolitikum artinya zaman batu tua. Zaman ini ditandai
dengan penggunaan perkakas yang bentuknya sangat sederhana dan primitif.
Ciri-ciri kehidupan manusia pada zaman ini, yaitu hidup berkelompok; tinggal di
sekitar aliran sungai, gua, atau di atas pohon; dan mengandalkan makanan dari
alam dengan cara mengumpulkan (food gathering) serta berburu. Maka dari itu,
manusia purba selalu berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain
(nomaden) belum tahu bercocok tanam. Pada zaman ini alat-alatnya terbuat dari
batu yang masih kasar dan belum dihaluskan. Contoh alat-alat tersebut adalah :
Kapak Genggam, banyak ditemukan di daerah Pacitan. Alat ini
biasanya disebut “Chopper” (alat penetak/pemotong) Alat-alat dari tulang
binatang atau tanduk rusa : alat penusuk (belati), ujung tombak bergerigi Flakes,
yaitu alat-alat kecil yang terbuat dari batu Chalcedon, yang dapat digunakan
untuk mengupas makanan. Alat-alat dari tulang dan Flakes, termasuk hasil
kebudayaan Ngandong. Kegunaan alat-alat ini pada umumnya untuk berburu,
menangkap ikan, mengumpulkan ubi dan buah-buahan. Berdasarkan daerah
penemuannya maka alat-alat kebudayaan Paleolithikum tersebut dapat dikelompokan
menjadi kebudayaan Pacitan dan Ngandong.
2.4. Zaman Mezolitikum
Zaman Mezolitikum artinya zaman batu madya (mezo) atau pertengahan.
Zaman ini disebut pula zaman “mengumpulkan makanan (food gathering)
tingkat lanjut”, yang dimulai pada akhir zaman es, sekitar 10.000 tahun yang
lampau. Para ahli memperkirakan manusia yang hidup pada zaman ini adalah bangsa
Melanesoide yang merupakan nenek moyang orang Papua, Semang, Aeta, Sakai, dan
Aborigin. Sama dengan zaman palaeolitikum, manusia zaman mezolitikum
mendapatkan makanan dengan cara berburu dan menangkap ikan. Mereka tinggal di
gua-gua di bawah bukit karang (abris souche roche), tepi pantai, dan ceruk
pegunungan. Gua abris souche roche menyerupai ceruk untuk dapat melindungi diri
dari panas dan hujan.
Hasil peninggalan budaya manusia pada masa itu adalah berupa
alat-alat kesenian yang ditemukan di gua-gua dan coretan (atau lukisan) pada
dinding gua, seperti di gua Leang-leang, Sulawesi Selatan, yang ditemukan oleh
Ny. Heeren Palm pada 1950. Van Stein Callenfels menemukan alat-alat tajam berupa
mata panah, flakes, serta batu penggiling di Gua Lawa dekat Sampung, Ponorogo,
dan Madiun. Selain itu, hasil peninggalannya ditemukan di tempat sampah berupa
dapur kulit kerang dan siput setinggi 7 meter di sepanjang pantai timur
Sumatera yang disebut kjokkenmoddinger. Peralatan yang ditemukan di tempat itu
adalah kapak genggam Sumatera, pabble culture, dan alat berburu dari tulang
hewan.
2.5. Zaman Neolitikum
Zaman Neolitikum artinya zaman batu muda. Di Indonesia, zaman
Neolitikum dimulai sekitar 1.500 SM. Cara hidup untuk memenuhi kebutuhannya
telah mengalami perubahan pesat, dari cara food gathering menjadi food
producing, yaitu dengan cara bercocok tanam dan memelihara ternak. Pada masa
itu manusia sudah mulai menetap di rumah panggung untuk menghindari bahaya
binatang buas.
Manusia pada masa Neolitikum ini pun telah mulai membuat
lumbung-lumbung guna menyimpan persediaan padi dan gabah. Tradisi menyimpan
padi di lumbung ini masih bisa dilihat di Lebak, Banten. Masyarakat Baduy di
sana begitu menghargai padi yang dianggap pemberian Nyai Sri Pohaci. Mereka tak
perlu membeli beras dari pihak luar karena menjualbelikan padi dilarang secara
hukum adat. Mereka rupanya telah mempraktikkan swasembada pangan sejak zaman
nenek moyang. Pada zaman ini, manusia purba Indonesia telah mengenal dua jenis
peralatan, yakni beliung persegi dan kapak lonjong. Beliung persegi menyebar di
Indonesia bagian Barat, diperkirakan budaya ini disebarkan dari Yunan di Cina
Selatan yang berimigrasi ke Laos dan selanjutnya ke Kepulauan Indonesia. Kapak
lonjong tersebar di Indonesia bagian timur yang didatangkan dari Jepang,
kemudian menyebar ke Taiwan, Filipina, Sulawesi Utara, Maluku, Irian dan
kepulauan Melanesia. Contoh dari kapak persegi adalah yang ditemukan di
Bengkulu, terbuat dari batu kalsedon yang digunakan sebagai benda pelengkap
upacara atau bekal kubur. Sedangkan kapak lonjong yang ditemukan di Klungkung,
Bali, terbuat dari batu agats yang digunakan dalam upacara-upacara terhadap roh
leluhur. Selain itu ditemukan pula sebuah kendi yang dibuat dari tanah liat
berasal dari Sumba, Nusa Tenggara Timur. Kendi ini digunakan sebagai bekal
kubur.
2.6. Zaman Megalitikum
Zaman Megalitikum artinya zaman batu besar. Pada zaman ini manusia
sudah mengenal kepercayaan animisme dan dinamisme. Animisme merupakan
kepercayaan terhadap roh nenek moyang (leluhur) yang mendiami benda-benda,
seperti pohon, batu, sungai, gunung, senjata tajam. Sedangkan dinamisme adalah
bentuk kepercayaan bahwa segala sesuatu memiliki kekuatan atau tenaga gaib yang
dapat memengaruhi terhadap keberhasilan atau kegagalan dalam kehidupan manusia.
Dari hasil peninggalannya, diperkirakan manusia pada Zaman Megalitikum ini
sudah mengenal bentuk kepercayaan rohaniah, yaitu dengan cara memperlakukan
orang yang meninggal dengan diperlakukan secara baik sebagai bentuk
penghormatan.
Adanya kepercayaan manusia purba terhadap kekuatan alam dan makhluk
halus dapat dilihat dari penemuan bangunan-bangunan kepercayaan primitif.
Peninggalan yang bersifat rohaniah pada era Megalitikum ini ditemukan di Nias,
Sumba, Flores, Sumatera Selatan, Sulawesi Tenggara dan Kalimantan, dalam bentuk
menhir, dolmen, sarkofagus, kuburan batu, punden berundakundak, serta arca.
Menhir adalah tugu batu sebagai tempat pemujaan; dolmen adalah meja batu untuk
menaruh sesaji; sarkopagus adalah bangunan berbentuk lesung yang menyerupai
peti mati; kuburan batu adalah lempeng batu yang disusun untuk mengubur mayat;
punden berundak adalah bangunan bertingkat-tingkat sebagai tempat pemujaan;
sedangkan arca adalah perwujudan dari subjek pemujaan yang menyerupai manusia
atau hewan.
2.7. Zaman Logam
Pada zaman Logam orang sudah dapat membuat alat-alat dari logam di
samping alat-alat dari batu. Orang sudah mengenal teknik melebur logam,
mencetaknya menjadi alat-alat yang diinginkan. Teknik pembuatan alat logam ada
dua macam, yaitu dengan cetakan batu yang disebut bivalve dan dengan cetakan
tanah liat dan lilin yang disebut a cire perdue. Periode ini juga disebut masa
perundagian karena dalam masyarakat timbul golongan undagi yang terampil
melakukan pekerjaan tangan. Zaman logam ini dibagi atas.
2.8. Zaman Perunggu
Manusia purba Indonesia hanya mengalami zaman perunggu tanpa
melalui zaman tembaga. Kebudayaan Zaman Perunggu merupakan hasil asimilasi dari
antara masyarakat asli Indonesia (Proto Melayu) dengan bangsa Mongoloid yang
membentuk ras Deutero Melayu (Melayu Muda). Disebut zaman perunggu karena pada
masa ini manusianya telah memiliki kepandaian dalam melebur perunggu. Di
kawasan Asia Tenggara, penggunaan logam dimulai sekitar tahun 3000-2000 SM.
Masa penggunaan logam, perunggu, maupun besi dalam kehidupan manusia purba di
Indonesia disebut masa Perundagian. Alat-alat besi yang banyak ditemukan di
Indonesia berupa alat-alat keperluan sehari-hari, seperti pisau, sabit, mata
kapak, pedang, dan mata tombak.
Pembuatan alat-alat besi memerlukan teknik dan keterampilan khusus
yang hanya mungkin dimiliki oleh sebagian anggota masyarakat, yakni golongan
undagi. Di luar Indonesia, berdasarkan bukti-bukti arkeologis, sebelum manusia
menggunakan logam besi mereka telah mengenal logam tembaga dan perunggu
terlebih dahulu. Mengolah bijih menjadi logam lebih mudah untuk tembaga dari
pada besi.
2.9. Zaman Besi
Pada zaman ini orang sudah dapat melebur besi dari bijinya untuk
dituang menjadi alat-alat yang diperlukan. Teknik peleburan besi lebih sulit
dari teknik peleburan tembaga maupun perunggu sebab melebur besi membutuhkan
panas yang sangat tinggi, yaitu ±3500 °C.
Alat-alat besi yang dihasilkan antara lain: mata kapak bertungkai
kayu, mata pisau, mata sabit, mata pedang, cangkul. Alat-alat tersebut
ditemukan di Gunung Kidul (Yogyakarta), Bogor (Jawa Barat), Besuki dan Punung
(Jawa Timur)
2.10. Jenis-Jenis Manusia Purba
Ada beberapa jenis manusia purba yang ditemukan di wilayah Indonesia adalah sebagai berikut :
2.10.1. Meganthropus Paleojavanicus
Meganthropus paleojavanicus berasal dari kata-kata; Megan artinya
besar, Anthropus artinya manusia, Paleo berarti tua, Javanicus artinya dari
Jawa. Jadi bisa disimpulkan bahwa Meganthropus paleojavanicus adalah manusia
purba bertubuh besar tertua di Jawa. Fosil manusia purba ini ditemukan di
daerah Sangiran, Jawa tengah antara tahun 1936-1941 oleh seorang peneliti
Belanda bernama Von Koeningswald. Fosil tersebut tidak ditemukan dalam keadaan
lengkap, melainkan hanya berupa beberapa bagian tengkorak, rahang bawah, serta
gigi-gigi yang telah lepas. Fosil yang ditemukan di Sangiran ini diperkirakan
telah berumur 1-2 Juta tahun.
Ciri-Ciri Meganthropus paleojavanicus :
·
Bertulang
pipi tebal dengan tonjolan kening yang mencolok.
·
Tidak
mempunyai dagu, sehingga lebih menyerupai kera.
·
Mempunyai
otot kunyah, gigi, dan rahang yang besar dan kuat.
·
Makanannya
berupa daging dan tumbuh-tumbuhan.
2.10.2. Pithecanthropus
Fosil manusia purba jenis Pithecanthrophus adalah jenis fosil
manusia purba yang paling banyak ditemukan di Indonesia. Pithecanthropus
sendiri berarti manusia kera yang berjalan tegak. Fosil Pithecanthropus berasal
dari Pleistosen lapisan bawah dan tengah. Mereka hidup dengan cara berburu dan
mengumpulkan makanan Mereka sudah memakan segala, tetapi makanannya belum
dimasak. Terdapat tiga jenis manusia Pithecanthropus yang ditemukan di
Indonesia, yaitu Pithecanthrophus erectus, Pithecanthropus mojokertensis, dan
Pithecanthropus soloensis. Berdasarkan pengukuran umur lapisan tanah, fosil
Pithecanthropus yang ditemukan di Indonesia mempunyai umur yang bervariasi,
yaitu antara 30.000 sampai 1 juta tahun yang lalu.
Pithecanthropus erectus, ditemukan oleh Eugene Dubois pada tahun
1891 di sekitar lembah sungai Bengawan Solo, Trinil, Jawa Tengah. Mereka hidup
sekitar
satu juta sampai satu setengah juta tahun yang lalu.
Pithecanthropus Erectus berjalan tegak dengan badan yang tegap dan alat
pengunyah yang kuat. Volume otak Pithecanthropus mencapai 900 cc. Volume otak
manusia modern lebih dari 1000 cc, sedangkan volume otak kera hanya 600 cc.
(Pithecanthropus erectus)
Pithecanthropus mojokertensis, disebut juga dengan Pithecanthropus
robustus. Fosil manusia purba ini ditemukan oleh Von Koeningswald pada tahun
1936 di Mojokerto, Jawa Timur. Temuan tersebut berupa fosil anak-anak berusia
sekitar 5 tahun. Makhluk ini diperkirakan hidup sekitar 2,5 sampai 2,25 juta
tahun yang lalu. Pithecanthropus Mojokertensis berbadan tegap, mukanya menonjol
ke depan dengan kening yang tebal dan tulang pipi yang kuat.
Pithecanthropus soloensis, ditemukan di dua tempat terpisah oleh
Von Koeningswald dan Oppernoorth di Ngandong dan Sangiran antara tahun
1931-1933. Fosil yang ditemukan berupa tengkorak dan juga tulang kering.
Ciri-ciri Pithecanthropus :
·
Memiliki
tinggi tubuh antara 165-180 cm.
·
Badan
tegap, namun tidak setegap Meganthrophus.
·
Volume
otak berkisar antara 750 – 1350 cc.
·
Tonjolan
kening tebal dan melintang sepanjang pelipis.
·
Hidung
lebar dan tidak berdagu.
·
Mempunyai
rahang yang kuat dan geraham yang besar.
·
Makanan
berupa tumbuhan dan daging hewan buruan.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, maka diperoleh kesimpulan sebagai
berikut :
Manusia yang hidup pada zaman praaksara (prasejarah) disebut
manusia purba. Manusia purba adalah
manusia penghuni bumi pada zaman prasejarah yaitu zaman ketika manusia belum
mengenal tulisan. Ditemukannya manusia purba karena adanya fosil dan artefak.
Jenis-jenis manusia purba dibedakan dari zamannya yaitu zaman palaeolitikum,
zaman mezolitikum, zaman neolitikum, zaman megalitikum, zaman logam dibagi
menjadi 2 zaman yaitu zaman perunggu dan zaman besi. Ada beberapa jenis manusia
purba yang ditemukan di wilayah Indonesia Meganthropus Paleojavanicus yaitu
manusia purba bertubuh besar tertua di Jawa dan Pithecanthrophus adalah manusia
kera yang berjalan tegak.
Homo Sapiens adalah jenis manusia purba yang memiliki bentuk tubuh
yang sama dengan manusia sekarang. Mereka telah memiliki sifat seperti manusia
sekarang. Kehidupan mereka sangat sederhana, dan hidupnya mengembara. Jenis
kaum Homo Sapiens yang ditemukan di Indonesia ada 2 yaitu:
Homo Soloensis
Homo Wajakensis
Hasil kebudayaan Homo sapiens adalah perkakas yang terbuat dari
batu dan zaman manusia mempergunakan perkakas dari batu disebut Zaman Batu.
Zaman batu terbagi dua tahap, yaitu: Zaman Batu Tua (paleolithikum) dan Zaman
Batu Baru (Neolithikum).
3.2. Saran
Diharapkan agar masyarakat dapat memahami maksud dari makalah ini
dan bisa menambah pengetahuan dan wawasan tentang kehidupan manusia purba pada
zaman dahulu.
No comments:
Post a Comment