KUMPULAN MAKALAH : MAKALAH HUBUNGAN FOTOSINTESIS DAN TRANSPIRASI

Tuesday, January 4, 2022

MAKALAH HUBUNGAN FOTOSINTESIS DAN TRANSPIRASI

 

KATA PENGANTAR

 

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “HUBUNGAN FOTOSINTESIS DAN TRANSPIRASI” ini dengan baik.

Kami berharap makalah ini mampu menambah wawasan serta pengetahuan bagi para pembacanya, khususnya tentang ilmu anatomi fisiologi tumbuhan mengenai fotosintesis dan transpirasi. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan dan kekurangan didalamnya. Semoga makalah ini dapat berguna bagi kita semua.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR ISI

 

KATA PENGANTAR………………………………………………………..….I

DAFTAR ISI……………………………………………………………….……II

BAB I

            Pendahuluan…………………………………………,……………….…1

BAB II

            Pembahasan…………………………………….…………………….…..2

                        2.1       Transpirasi……………………………………………..…2

                        2.2       Anatomi stomata……………...…………………….……4

2.3       Pengaruh lingkungan hidup stomata…………………...4

2.4       Mekanika stomata…………………………………….….5

2.5       Peranan transpirasi terhadap pertukaran energy….….6

2.6       Pertukaran energy tumbuhan dan fotosistem………….6

2.7       Pertukaran energy tumbuhhan dan ekosistem………...9

 

BAB 3

            Kesimpulan…………………………………………………………...…11

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

       Air merupakan salah satu factor penentu bagi berlangsungnya kehidupan tumbuhan. Banyaknya air yang ada didalam tubuh tumbuhan selalu mengalami fluktuasi tergantung pada kecepatan proses masuknya air ke dalam tubuh tumbuhan, kecepatan proses penggunaan air oleh tumbuhan, dan kecepatan proses hilangnya air dari tubuh tumbuhan. Hilangnya air dari tubuh tumbuhan dapat berupa cairan dan uap atau gas. Proses keluarnya atau hilangnya air dari tubuh tumbuhan dapat berbentuk uap atau gas ke udara di sekitar tubuh tumbuhan dinamakan transpirasi. Transpirasi berlangsung melalui bagian tumbuhan yang berhubungan dengan udara luar, yaitu luka dan jaringan epidermis pada daun, batang, cabang, ranting, bunga, buah, dan bahkan akar.

       Cepat lambatnya proses transpirasi ditentukan oleh faktor-faktor yang mampu merubah wujud air sebagai cairan ke wujud air sebagai uap atau gas dan faktor-faktor yang mampu menyebabkan pergerakan uap atau gas. Faktor-faktor tersebut meliputi suhu, cahaya, kelembaban udara, dan angina. Di samping itu luas permukaan jaringan epidermis atau luka tempat proses transpirasi berlangsung juga ikut berperan.

       Transpirasi berhubungan langsung dengan intensitas cahaya. Semakin besar intensitas cahaya semakin tinggi laju transpirasi. Faktor-faktor lingkungan lainnya yang berpengaruh terhadap transpirasi antara lain: konsentrasi CO2, temperatur, kelembaban relatif, kepadatan udara, dan kecepatan angin.

       Proses transpirasi ini selain mengakibatkan penarikan air melawan gaya gravitasi bumi, juga dapat mendinginkan tanaman yang terus menerus berada di bawah sinar matahari. Mereka tidak akan mudah mati karena terbakar oleh teriknya panas matahari karena melalui proses transpirasi, terjadi penguapan air dan penguapan akan membantu menurunkan suhu tanaman. Selain itu, melalui proses transpirasi, tanaman juga akan terus mendapatkan air yang cukup untuk melakukan fotosintesis agar keberlangsungan hidup tanaman dapat terus terjamin.

 

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Transpirasi

·         Pengertian transpirasi

               Transpirasi merupakan proses keluarnya uap air dari dalam tanaman melalui stomata atau lubang lain seperti lenti sel. Kemungkinan kehilangan air dari jaringan tanman melalui bagian tanaman yang lain dapat saja terjadi, tetapi porsi kehilangan tersebut sangat kecil dibandingkan dengan yang hilang melalui stomata. Oleh sebab itu dalam perhitungan besarnya jumlah air yang hilang dari jaringan tanaman umumnya difokuskan pada air yang hilang melalui stomata.

·         Pengukuran transpirasi

               Pengukuran laju transpirasi tidaklah terlalu mudah dilakukan. Kesulitan utamanya adalah karena semua cara pengukuran traspirasi mengharuskan penempatan suatu tumbuhan dalam berbagai kondisi yang mempengaruhi laju transpirasi. Ada empat cara laboratorium untuk menaksir laju transpirasi :

1. Kertas korbal klorida

            Pada dasarnya cara ini adalah pengukuran uap air yang hilang ke udara yang diganti dengan pengukuran uap air yang hilang ke dalam kertas kobal klorida kering. Kertas ini berwarna biru cerah dan tetapi menjadi biru pucat dan kemudian berubah menjadi merah jambu bila menyerap air. Sehelai kecil kertas biru cerah ditempelkan pada permukaan daun dan ditutup dengan gelas preparat. Demikian juga bagian bawah daun. Waktu yang diperlukan untuk mengubah warna biru kertas menjadi merah jambu dijadikan ukuran laju kehilangan air dari bagian daun yang ditutup kertas.

2.Potometer
            Alat ini mengukur pengambilan air oleh sebuah potongan pucuk, dengan asumsi bahwa bila air tersedia dengan bebas untuk tumbuhan, jumlah air yang diambil sama dengan jumlah air yang dikeluarkan oleh transpirasi.

3. Pengumpulan uap air yang ditranspirasi

Cara ini mengharuskan tumbuhan atau bagian tumbuhan dikurung dalam sebuah bejana tembus cahaya sehingga uap air yang ditranspirasikan dapat dipisahkan.

4. Penimbangan langsung

Pengukuran transpirasi yang paling memuaskan diperoleh dari tumbuhan yang tumbuh dalam pot yang telah diatur sedemikan rupa sehingga evaporasi dari pot dan permukaan tanah dapat dicegah. Kehilangan air dari tumbuhan ini dapat ditaksir untuk jangka waktu tertentu dengan penimbangan langsung

·         Cara lain pengukuran Transpirasi

1. Metode lisimeter atau metode grafimeter

Dua abad yang lalu, Stephen Hales mempersiapkan tanaman dalam pot dan tanamannya yang ditutup rapat agar air tidak hilang, kecuali dari tajuknya yang bertranspirasi kemudian, tanaman dalam pot itu ditimbang pada selang waktu tertentu, dan arena jumlah air yang digunakan untuk pertumbuhan tanaman ( misalnya, yang diubah menjadi karbohidrat ) kurang dari 1 % dari jumlah air yang di transpirasikan, maka sebenarnya semua perubahan bobot dapat dianggap berasal dari transpirasi. Ini dinamakan metode lisimeter.

Hanks dan peneliti lannya sudah banyak sekali mengembangkan metode sederhana ini. Lisimeter miliknya di kebun Greenville merupakan beberapa bejana yang besar ( beberapa meter kubik besarnya ) diisi penuh dengan tanah dan dikuburkan, sehingga permukan atasnya sama tinggi dengan permukaan lapangan. Bejana terebut diletakkan di dekat bantalan karet besar yang diletakkan didasarnya dan diisi air dan zat anti beku yang dihubungkan dengan pipa yang tegak keatas permukaan tanah. Tinggi cairan dalam pipa menunjukkan ukuran bobot lisimeter, maka permukaannya berubah-ubah sejalan dengan perubahan kandungan air dalam tanah dilisimeter dan dalam tanaman yang sedang tumbuh, walaupun bobotnya kecil saja di bandingkan dengan bobot tanah. Jumlah air tanah di tentukan oleh air irigasi dan jumlah hujan dikurangi evapotranspirasi, yaitu gabungan antara penguapan dari tanah dan transpirasi dari tumbuhan. Penguapan dari tanah dapat diduga dengan berbagai macam cara. Lisimeter merupakan metode lapangan paling handal untuk mempelajari evapotransipirasi, tapi memang mahal dan tidak mudah di pindah-pindahkan. Meskipun tidak diseluruh dunia, lisimeter banyak digunakan. Teknik yang lebih umum, menggunakan persamaan perimbangan air untuk menghitung evapotranspirasi dari selisih anars masukkan dan pengeluaran Et = irigasi + hujan + pengurasan – drainase – aliran permukaan.

Dengan Et = evapo transpirasi, dan pengurasan adalah kehilangan dari cadangan tanah. Pengukuran cadangan air tangah pada awal dan akhir suatu periode menghasilkan nilai pengurasaan.

2. Metode pertukaran gas atau metode kurvet

Dalam metode ini, transpirasi dihitung dengan cara mengukur uap air di atmosfer yang tertutup yang mengelilingi daun. Sehelai daun di kurung dengan sebuah kuvet bening misalnya, dan kelembabapan suhu, dan volume gas yang masuk dan keluar kuvet di ukur.



2.2. Anatomi stomata

 

 

 

 

 

 

       Masing-masing stomata diapit oleh sepasang sel penjaga. Sel penjaga mengontrol diameter stomata dengan cara mengubah bentuk yang akan menyempitkan atau melebarkan celah diantara kedua sel tersebut. Ketika sel penjaga mengambil air melalui osmosis, sel penjaga akan membengkak. Ketika sel kehilangan air, menjadi lembek, serta mengkerut, sel-sel tersebutakan mengecil secara bersamaan kemudian menutup ruangan diantaranya.

Stomata berfungsi sebagai organ respirasi. Stomata mengambil CO2 dari udara untuk dijadikan bahan fotosintesis, mengeluarkan O2 sebagai hasil fotosintesis. Stomata ibarat hidung kita dimana stomata mengambil CO2 dari udara dan mengeluarkan O2, sedangkan hidung mengambil O2 dan mengeluarkan CO2. Stomata terletak di epidermis bawah

 

2.3. Pengaruh lingkungan terhadaap stomata

Stomata pada umumnya membuka pada saat matahari terbit dan menutup pada saat hari gelap, sehingga masuknya CO2 yang diperlukan untuk fotosintesis pada siang hari. Umumnya pada proses pembukaan stomata memerlukan waktu selama satu jam. Stomata juga peka terhadap kelembaban atmosfer. Stomata akan menutup jika selisih kandungan uap air di udara dan dalam ruang antar sel melebihi kritis (Purwanti, 2008).

Pergerakan pori stomata disebabkan oleh perubahan volume sel penjaga yang diatur oleh keluar masuknya ion K+ dan ion-ion lain dari dan ke sel penjaga selama proses pembukaan dan penutupan stomata. Selain itu cahaya, konsentrasi CO2, kelembaban, dan hormon tumbuhan merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi membuka dan menutupnya stomata. Cahaya menyebabkan membukanya stomata sedangkan keadaan gelap dapat meningkatkan konsentrasi CO2 dan turunnya kelembaban yang berakibat pada tertutupnya stomata. Diantara sekian banyak hormon tumbuhan, ABA (asam absisat) dan auksin merupakan hormon tumbuhan yang berpengaruh pada pergerakan stomata. ABA (asam absisat) menyebabkan menutupnya stomata, sedangkan auksin menyebabkan terbukanya stomata.

 

2.4. Mekanika stomata

Stomata akan membuka jika tekanan turgor kedua sel penjaga meningkat. Peningkatan tekanan turgor sel penjaga disebabkan oleh masuknya air kedalam sel penjaga tersebut. Pergerakan air dari satu sel ke sel lainnya sebagaimana dijelaskan sebelumnya akan selalu dari sel yang mempunyai potensi air lebih tinggi ke sel dengan potensi air lebih rendah. Tinggi rendahnya potensi air sel akan tergantung pada jumlah bahan yang terlarut (solute) di dalam cairan sel tersebut. Semakin banyak bahan yang terlarut maka potensi osmotik sel akan semakin rendah. Dengan demikian, jika tekanan turgor sel tersebut tetap, maka keseluruhan potensi air sel akan pula menurun. Untuk memacu agar air masuk ke sel penjaga, maka jumlah bahan yang teralrut di dalam sel tersebut harus ditingkatkan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada saat stomata membuka akan terjadi akumulasi ion kalium (K+) pada sel penjaga. Ion kalium ini berasal dari sel tetangganya. Peningkatan konsentrasi kalium sebesar 0,5 M cukup untuk menurunkan potensi osmotik sel sekitar 2,0 MPa. Korelasi positif antara peningkatan konsentrasi ion kalium dengan pembukaan stomata secara konsisten ditemukan pada semua spesies yang telah diteliti.Cahaya diketahui berperan merangsang masuknya ion kalium ke sel penjaga dan jika tumbuhan tersebut kemudian ditempatkan dalam gelap, maka ion kalium akan kembali keluar sel penjaga. Akan tetapi stomata akan membuka walaupun dalam gelap jika ditempatkan dalam udara yang bebas CO2. Cahaya merah dan biru diketahui efektif dalam merangsang pembukaan stomata, tetapi jika dibandingkan antara kedua panjang gelombang cahaya tersebut, maka cahaya biru agaknya lebih efektif dibandingkan cahaya merah. Pada intensitas rendah, di mana cahaya merah tidak menunjukkan pengaruh, cahaya biru telah dapat mempengaruhi pembukaan stomata.

Cahaya biru selain merangsang masuknya ion kalium ke sel penjaga, juga berperan dalam pemecahan molekul pati untuk meghasilkan fosfoenol piruvat (PEP) yang dapat menerima CO2 untuk membentuk asam malat. Untuk menjaga netralitas muatan listrik, maka masuknya ion kalium harus diikuti dengan masuknya suatu anion. Pada beberapa spesies dilaporkan bahwa anion tersebut adalah ion klor (Cl-). Tetapi beberapa peneliti lain melaporkan bahwa mereka tidak melihat adanya anion yang masuk ke sel penjaga bersama ion kalium tersebut. Untuk menjaga netralitas muatan listrik, ion Hidrogen (H+) keluar dari sel penjaga.

Asam-asam organik disintesis dalam sel penjaga sebagai tanggapan terhadap faktor-faktor yang menyebabkan stomata membuka. Asam organik yang disintesis umumnya adalah asam malat. Ion-ion hidrogen terkandung dalam asam organik tersebut. Hal ini akan menyebabkan pH sel penjaga akan turun jika ion hidrogen ini tidak dikirim keluar dari sel penjaga. Bertambahnya ion yang terlarut di dalam cairan sel (K+ dan malat) akan menyebabkan semakin rendahnya potensi osmotik sel penjaga.

 

2.5. Peranan transpirasi terhadap pertukaran energy

Transpirasi adalah proses pengeluaran air dari tanaman dengan bantuan bukaan kecil yang dikenal sebagai stomata. Dengan terlepasnya air dalam bentuk uap air melalui mulutdaun atau di kenal stomata dan kutikula ke udara bebas yang di kenal dengan istilah evaporasi maka akan semakin cepat terjadi transprassi. Hal ini berarti semakin cepat pula proses pengangutan air dan zat hara yang terlarut dan begitu pula sebalikna

Walaupun beberapa jenis tumbuhan dapat hidup tanpa melakukan transpirasi , tetapi jika tranpirasi berlangsung pada tumbuhan agaknya dapat memberikan beberapa keuntungan bagi tumbuhan tersebut. Misalnya:

• Pengangkutan air ke daun dan difusi air antar sel
• Penyerapan dan pengangkutan air, hara
• Pengangkutan asimilat
• Membuang kelebihan air
• Pengaturan bukaan stomata
• Mempertahankan suhu daun
• Pengangkutan mineral
• Pertukaran energi

Dari beberapa hasil pengujian didapatkan bahwa pengangkutan unsure hara tetap dapat berlangsung jika transpirasi tidak terjadi. Akan tetapi, laju pengangkutan terbukti akan berlangsung lebih cepat jika transpirasi berlangsung secara optimum.  

2.6. Pertukaran energi tumbuhan dan fotosistem

Fotosistem merupakan tahap pertama dari proses fotosintesis. Ketika klorofil menyerap energi foton dari cahaya, elektron pada klorofil akan terlepas ke orbit luar (tereksitasi). Elektron ini akan ditangkap oleh penerima elektron yaitu plastokuinon. Jadi unit penangkapan elektron inilah yang disebut dengan fotosistem.

Ketika elektron ditangkap oleh plastokuinon, akibatnya jumlah elektron di dalam klorofil menjadi tidak stabil. Untuk itu klorofil harus disuplai elektron dari molekul lain. Dalam waktu yang bersamaan H2O terpecah menjadi 2H+, OH- dan elektron (fotolisis). Elektron dari air inilah yang dipakai untuk menstabilkan klorofil.

Jadi secara sederhana, Unit yang mampu untuk menangkap energi cahaya matahari, yaitu klorofil yang melepaskan elektron dan menyerap foton (energi cahya dengan panjang gelombang yang sesuai), disebut dengan fotosistem.

fotosistem di dalam tilakoid Dikenal ada 2 macam bentuk, yaitu fotosistem I dan fotosistem II.

1.      Fotosistem I

Di dalam fotosistem I, terdapat molekul klorofil yang berada pada pusat reaksi dari fotosistem I dinamakan P700. Di sebut demikian karena sangat baik menyerap energi cahaya dengan panjang gelombang 700nanometer.

2.      Fotosistem II

Di dalam fotosistem II, terdapat molekul klorofil yang berada pada pusat reaksi fotosistem II dan dinamakan P680, karena sangat baik menyerap energi cahaya dengan panjang gelombang 680 nanometer.

Proses penyerapan cahaya yang selanjutnya berdampak pada lepasnya elektron dari klorofil, untuk selanjutnya di salurkan dan ditangkap oleh akseptor elektron. Proses ini merupakan awal dari proses fotosintesis. Berdasarkan aliran elektron, fotosistem I bersifat siklis dan fotosistem II bersifat nonsiklis. Untuk jelasnya semua ini akan diuraikan pada tahap selanjutnya yaitu Aliran atau siklus elektron.

Ketika terjadinya proses fotosistem atau penyerapan energi cahaya, klorofil yang dapat diserap adalah klorofil a (P700), yaitu klorofil yang mampu menyerap terutama cahaya merah dan biru-ungu. Klorofil a berperan langsung dalam fotosintesis (reaksi terang). Energi cahaya sampai ke klorofil a melalui mekanisme berikut :



Fosforilasi dapat terjadi secara siklik yaitu proses pembuatan ATP yang hanya menggunakan fotosistem I. Jalurnya disebut siklik karena elektron dari pusat reaksi P700 pada fotosistem I melalui reaksi yang pada akhirnya akan kembali ke pusat reaksi P700. Ketika ada cahaya mengenai pusat reaksi P700 elektron pada P700 akan tereksitasi dan menjadi berenergi dan akan mengalirkan elektron ke kompleks reseptor elektron didekatnya. Molekul yang tereksitasi yaitu yang menerima energi dari foton cenderung tidak stabil dan akan melepas energi yang dimilikinya ke molekul di dekatnya yang kemudian meneruskan elektron tersebut ke kompleks Phyloquinnon, Fe-S dan Ferodoxin, tetapi tidak sampai ke NADP sehingga tidak terbentuk NADPH. Elektron tersebut akan diteruskan kembali ke kompleks sitokrom B6f, yang akan memindahkan proton dari stroma ke lumen tilakoid melalui beberapa sitokrom yaitu sitokrom 4 subunit yang terdiri dari sebuah sitokrom dengan 2 heme tipe b, protein Fe-S, dan sitokrom f. (Stryer.2012:575)

Kompleks sitokrom akan mengkatalis proses perpindahan elektron ke plastocyanin, sementara 2 proton dilepas ke ruang tilakoid yang nantinya akan menimbulkan gradien proton(Stryer.2012:576).

Pada kloroplas arah pergerakan proton dari stroma menuju ruang tilakoid sehingga ruang tilakoid menjadi ber pH rendah dengan jumlah proton yang berlebih di ruang tilakoid, hal ini membuat proton H+ akan terpompa keluar melalui ATP sintase menghasilkan pergerakan yang mensintesis ADP + Pi menjadi ATP yang terjadi di stroma (Stryer.2012:578)

Sementara itu elektron dari kompleks sitokrom B6f elektronnya diteruskan menuju plastocyanin.Plastocyaninkemudian akan meneruskan elektron kembali ke pusat reaksi P700. Reaksi siklik ini tidak menghasilkan NADPH dan O2, sehingga melalui reaksi ini tumbuhan dapat mengatur perbandingan jumlah ATP dan NADPHnya terkait dengan jumlah kebutuhan ATP dan NADPH saat reaksi gelap (David, Michael.2004:741-742)

2.7. Pertukaran energi tumbuhan dan Ekosistem

              Pertukaran energy tumbuhan dapat terjadi melalui hasi fotosintesis proses pemanfaatan energy matahari oleh tumbuhan hijau yang terjadi pada kloroplas. Fotosintesis terjadi melalui dua tahap yaitu tahap reaksi terang (fotofosforilasi) dan tahap reaksi gelap (siklus calvin). Reaksi terang terjadi di ganum (grana), reaksi gelap terjadi di dalam stroma.

Berikut tentang reaks terang dan reaksi gelap :

1.Reaksi gelap

Reaksi gelap merupakan reaksi lanjutan dari reaksi terang dalam fotosintesis. Reaksi ini tidak membutuhkan cahaya. Reaksi gelap terjadi pada bagian kloroplas yang disebut stroma. Bahan reaksi gelap adalah ATP dan NADPH, yang dihasilkan dari reaksi terang, dan CO2, yang berasal dari udara bebas. Dari reaksi gelap ini, dihasilkan glukosa (C6H12O6), yang sangat diperlukan bagi reaksi katabolisme. Reaksi ini ditemukan oleh Melvin Calvin dan Andrew Benson, karena itu reaksi gelap disebut juga reaksi Calvin-Benson.



Dalam reaksi gelap terjadi proses fiksasi karbon, reduksi dan regenerasi.

2.Reaksi terang

Reaksi terang terjadi dalam membran tilakoid yang di dalamnya terdapat pigmen klorofil a, klorofil b, dan pigmen tambahan yaitu karoten. Pigmen-pigmen ini menyerap cahaya ungu, biru, dan merah lebih baik daripada warna cahaya lain.

Reaksi terang merupakan reaksi penangkapan energi cahaya. Energi cahaya yang diserap oleh membran tilakoid akan menaikkan elektron berenergi rendah yang berasal dari H2O. Elektron-elektron bergerak dari klorofil a menuju sistem transpor elektron yang menghasilkan ATP (dari ADP + P).

Tumbuhan hijau memiliki kemampuan menggunakan CO2 dari udara yang akan diubah menjadi bahan organic dengan bantuan cahaya matahari. Persamaan reaksi fotosintesis adalah :

6H2O + 6CO2  C6H12O6 + 6O2

Tidak semua radiasi cahaya matahari dapat dimanfaatkan untuk kegiatan fotosintesis, hanya pada radiasi cahaya tampak (380 – 700 nm). Cahaya tampak terbagi atas cahaya merah (610 – 700), hijau kuning (510 – 600 nm), biru ( 410 – 500 nm), dan violet.

Selain melalui fotosintesis pertukaran energy pada tumbuhan dapat terjadi pada saat proses respirasi. Respirasi merupakan reaksi oksidasi senyawa organik untuk menghasilkan energi yang digunakan untuk aktifitas sel dan kehidupan tumbuhan dalam bentuk ATP atau senyawa berenergi tinggi lainnya (Jukri & Heru : 2004).

Jadi, respirasi merupakan proses pembongkaran molekul kompleks menjadi molekul yang lebih sederhana..

Respirasi sel-sel tumbuhan berupa oksidasi molekul organik oleh oksigen dari udara akan membentuk karbon dioksida dan air. Persamaan reaksinya adalah sebagai berikut :

C6H12O6 + 6O2  6H2O + 6CO2 + 675 kal

Beberapa reaksi respirasi yang menghasilkan energi bergabung untuk membentuk ATP dan penggabungan inilah yang memungkinkan penyimpanan sebagian energi yang timbul selama respirasi, tidak hanya hilang sebagai panas. Jadi fungsi utama respirasi adalah menghasilkan molekul-molekul ATP.

 

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesumpulan 

1.       Transpirasi merupakan proses keluarnya uap air dari dalam tanaman melalui stomata atau lubang lain seperti lenti sel

2.       Stomata mengambil CO2 dari udara untuk dijadikan bahan fotosintesis, mengeluarkan O2 sebagai hasil fotosintesis.

3.       Dengan terlepasnya air dalam bentuk uap air melalui mulutdaun atau di kenal stomata dan kutikula ke udara bebas yang di kenal dengan istilah evaporasi maka akan semakin cepat terjadi transprassi.

4.       Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada saat stomata membuka akan terjadi akumulasi ion kalium (K+) pada sel penjaga.

5.       Ketika klorofil menyerap energi foton dari cahaya, elektron pada klorofil akan terlepas ke orbit luar (tereksitasi).

6.       Fotosintesis terjadi melalui dua tahap yaitu tahap reaksi terang (fotofosforilasi) dan tahap reaksi gelap (siklus calvin)

7.       Pertukaran energy tumbuhan dapat terjadi melalui hasil fotosintesis dan pada saat proses respirasi

8.       Reaksi terang merupakan reaksi penangkapan energi cahaya. Energi cahaya yang diserap oleh membran tilakoid akan menaikkan elektron berenergi rendah yang berasal dari H2O. Elektron-elektron bergerak dari klorofil a menuju sistem transpor elektron yang menghasilkan ATP (dari ADP + P).

9.       Reaksi gelap merupakan reaksi lanjutan dari reaksi terang dalam fotosintesis. Reaksi ini tidak membutuhkan cahaya. Reaksi gelap terjadi pada bagian kloroplas yang disebut stroma. Bahan reaksi gelap adalah ATP dan NADPH, yang dihasilkan dari reaksi terang, dan CO2, yang berasal dari udara bebas.

10.   Unit yang mampu untuk menangkap energi cahaya matahari, yaitu klorofil yang melepaskan elektron dan menyerap foton (energi cahya dengan panjang gelombang yang sesuai), disebut dengan fotosistem.



No comments:

Post a Comment