KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmatNYA sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami
juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI
HALAMAN
KATA PENGANTAR
............................................................................................. i
DAFTAR ISI
........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
....................................................................................... 1
A. Latar Belakang
................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
........................................................................................ 2
A. DEFINISI UMUM ............................................................................................. 2
B. MACAM-MACAM HERPES
........................................................................... 2
1. HERPES
SIMPLEKS .................................................................................... 2
2. HERPES GENITALIS
................................................................................... 5
3. HERPES ZOSTER
......................................................................................... 8
BAB III PENUTUP
...................................................................................... 11
A. KESIMPULAN
....................................................................................... 11
B. Saran ........................................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Herpes genital termasuk penyakit menular
seksual yang ditakuti oleh setiap orang. Torres melaporkan bahwa
HSV-II telah menginfeksi lebih dari 40% penduduk dunia. Syahputra, dkk, di
Amerika, Inggris, dan Australia ditemukan kurang lebih 50% wanita dengan HSV-II
positif. Di Eropa, HSV-II berkisar antara 7-16%, Afrika 30-40%, oleh karena itu
dikatakan bahwa saat ini herpes genitalis sudah merupakan endemik di banyak
negara. Di Indonesia sampai saat ini belum ada angka yang pasti, dari 13 rumah
sakit, disebutkan bahwa herpes genitalis merupakan penyakit menular seksual
dengan gejala ulkus genital adalah kasus yang sering dijumpai. Kelompok resiko
yang rentan terinfeksi tentunya adalah seseorang dengan perilaku yang tidak
sehat.
Untuk mengatasi peningkatan prevalensi
penderita herpes genetalis diperlukan adanya pendidikan terhadap pasien tentang
bahaya PMS dan komplikasinya, pentingnya mematuhi pengobatan yang diberikan,
cara penularan PMS dan perlunya pengobatan untuk pasangan seks tetapnya, dan
cara-cara menghindari infeksi PMS di masa dating. Selain itu untuk wanita hamil
dengan infeksi herpes genitalis harus melaksanakan kultur virus tiap minggu
dari serviks dan genitalia eksterna sebagai jalan lahir. Persalinan
secara sectio caesaria direkomendasikan untuk mencegah infeksi
bayi baru lahir. Herpes genitalis merupakan salah satu penyakit menular
seksual yang masih sering di jumpai di Indonesia. Setiap orang dewasa mempunyai
kesempatan untuk terjangkit penyakit ini dan penularannya pun sangat mudah,
yaitu kontak langsung atau melalui hubungan seksual, maka dari itu penulis
tertarik untuk menulis tentang penatalaksaan herpes genitalis.
B. Rumusan Masalah
1.
Jelaskan definisi umum Herpes !
2.
Jelaskan macam-macam herpes !
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI UMUM
Herpes merupakan infeksi
kulit kelamin yang disebabkan oleh virus yang ditularkan melalui hubungan seks.
Terkadang ditemukan juga pada mulut penderita karena yang bersangkutan
melakukan oral seks dengan penderita herpes.
Ada beberapa jenis herpes adalah sebagai
berikut:
1. Herpes Simpleks
2. Herpes Genitalis
3. Herpes Zoster
4. Herpes Zoster
Oftalmik
B. MACAM-MACAM HERPES
1.
HERPES SIMPLEKS
a.
Definisi
Herpes simpleks adalah infeksi akut yang
disebabkan oleh virus herpes simpleks (virus herpes
hominis) tipe I atau tipe II yang
ditandai oleh adanya vesikel
yang berkelompok di atas kulit yang sembab dan eritematosa pada daerah dekat mukokutan, sedangkan infeksi dapat berlangsung baik
primer maupun rekurens.
b.
Etiologi
Berdasarkan struktur antigeniknya dikenal 2 tipe virus
herpes simpleks:
1) Virus Herpes Simpleks Tipe I
(HSV I)
Penyakit
kulit/selaput lendir yang ditimbulkan
biasanya disebut herpes simpleks saja,
atau dengan nama lain herpes labialis,
herpesfebrilis. Biasanya penderita terinfeksi virus ini pada usia kanak-kanak
melalui udara dan sebagian kecil melalui kontak langsung seperti ciuman, sentuhan atau memakai baju/handuk mandi
bersama. Lesi umumnya dijumpai pada tubuh bagian atas termasuk mata dengan rongga mulut, hidung dan pipi; selain itu, dapat
juga dijumpai di daerah genitalia, yang penularannya lewat koitusoro genital
(oral sex).
2) Virus Herpes Simpleks Tipe II
(HSV II)
Penyakit ditularkan melalui hubungan seksual, tetapi dapat juga terjadi
tanpa koitus, misalnya dapat terjadi pada dokter gigi dan tenaga medik. Lokalisasi lesi umumnya adalah bagian tubuh di bawah
pusar, terutama daerah genitalia lesi ekstra-genital dapat pula terjadi akibat
hubungan seksualorogenital.
c. Patofisiologi
Virus herpes simpleks disebarkan melalui kontak langsung antara virus dengan mukosa atau setiap kerusakan di kulit. Virus herpes
simpleks tidak dapat hidup di luar lingkungan yang lembab dan penyebaran
infeksi melalui cara selain kontak
langsung kecil kemungkinannya terjadi. Virus herpes simpleks memiliki kemampuan
untuk menginvasi beragam sel melalui fusi langsung dengan membran sel. Pada
infeksi aktif primer, virus menginvasi sel pejamu dan cepat berkembang dengan
biak, menghancurkan sel pejamu dan melepaskan lebih banyak virion
untuk menginfeksi sel-sel disekitarnya. Pada infeksi aktif primer, virus
menyebar melalui saluran limfe
ke kelenjar limfe regional dan
menyebabkan limfadenopati.
Tubuh melakukan respon imun seluler dan humoral yang menahan infeksi tetapi tidak dapat
mencegah kekambuhan infeksi aktif. Setelah infeksi awal timbul fase laten.
Selama masa ini virus masuk ke dalam sel-sel sensorik yang mempersarafi daerah yang terinfeksi dan
bermigrasi disepanjang akson untuk
bersembunyi di dalam ganglion radiksdorsalis tempat virus berdiam tanpa menimbulkan sitotoksisitas
atau gejala pada manusia.
d. Manifestasi
Klinis
1.
Inokulasi kompleks primer (primary inoculation complex)
Infeksi primer herpes simpleks
pada penderita usia muda yang baru pertama kali terinfeksi virus ini dapat
menyebabkan reaksi lokal dan sistemik
yang hebat. Manifestasinya dapat berupa herpes labialis. Dalam waktu 24 jam
saja, penderita sudah mengalami panas tinggi (39-40oC),
disusul oleh pembesaran kelenjar limfe submentalis, pembengkakan
bibir, dan lekositosis di atas 12.000/mm3, yang 75-80%nya berupa sel polimorfonuklear.
Terakhir, bentuk ini diikuti rasa sakit pada tenggorokan. Insidens tertinggi terjadi pada usia antara 1-5
tahun. Waktu inkubasinya 3-10 hari. Kelainan akan sembuh spontan setelah 2-6 minggu.
2. herpes gingivostomatitis
Kebanyakan bentuk
ini terjadi pada anak-anak dan orang dewasa muda. Manifestasi klinis berupa
panas tinggi, limfadenopati regionaldan malaise. Lesi berupa vesikel yang memecah dan terlihat
sebagai bercak putih atau ulkus. Kelainan ini dapat meluas ke mukosa bukal, lidah, dan tonsil, sehingga mengakibatkan rasa sakit, bau nafas
yang busuk, dan penurunan nafsu makan. Pada anak-anak dapat terjadi dehidrasi
dan asidosis. Kelainan ini berlangsung
antara 2-4 minggu.
3. Infeksi
herpes kompleks di seminata
Bentuk herpes ini
terjadi pada anak-anak usia 6 bulan sampai 3 tahun, dimulai dengan herpes
gingivostomatitis berat. Jenis ini dapat mengenai paru-paru dan menimbulkan
viremia masif, yang berakibat gastroenteritis disfungsi ginjal dan kelenjar adrenal,
serta ensefalitis. Kematian banyak
terjadi pada stadium viremia yang berat.
4. Herpes genitalis (proge nitalis)
Infeksi primer
terjadi setelah melalui masa tunas 3-5 hari. Penularan dapat melalui hubungan
seksual secara genito-genital,
orogenital, maupun anogenital.
Erupsinya juga berupa vesikel tunggal atau menggerombol,
bilateral, pada dasar kulit yang eritematus, kemudian berkonfluensi, memecah, membentuk erosi atau ulkus yang dangkal disertai rasa nyeri.
31% penderita mengalami gejala konstitusi
berupa demam, malaise, mialgia, dan sakit kepala; dan 50% mengalami limfadenopati inguinal.
e. Penatalaksanaan
Medis
Karena infeksi HSV
tidak dapat disembuhkan, maka terapi ditujukan untuk mengendalikan
gejala
dan menurunkan pengeluaran
virus.
Obat antivirus analognukleosida merupakan terapi yang dianjurkan. Obat-obatan ini bekerja dengan menyebabkan deaktivasi
atau mengantagonisasi DNA polymerase HSV yang pada gilirannya menghentikan sintesis
DNA dan replikasi virus. Tiga obat
antivirus yang dianjurkan oleh
petunjuk CDC 1998 adalak asiklovir, famsiklovir, dan valasiklovir. Obat
antivirus harus dimulai sejak awal tanda kekambuhan untuk mengurangi dan
mempersingkat gejala. Apabila obat
tertunda sampai lesi kulit muncul, maka gejala hanya memendek 1 hari. Pasien
yang mengalami kekambuhan 6 kali atau lebih setahun sebaiknya ditawari terapi
supresif setiap hari yang dapat mengurangi frekuensi kekambuhan sebesar
75%. Terapi topical dengan krim atau salep antivirus tidak
terbukti efektif. Terapi supresif
atau profilaksis dianjurkan untuk
mengurangi resiko infeksi
perinatal dan keharusan melakukan seksioses area pada wanita yang positif
HSV. Vaksin untuk mencegah infeksi HSV-2 sekarang sedang diteliti.
f. Pencegahan
Karena kemungkinan tertular penyakit ini
meningkat dengan jumlah pasangan seksual seseorang, membatasi jumlah pasangan
adalah langkah pertama menuju pencegahan. Untuk menjaga dari penyebaran herpes,
kontak intim harus dihindari ketika luka pada tubuh. Gatal, terbakar atau
kesemutan mungkin terjadi sebelum luka berkembang. Hubungan seksual harus
dihindari selama waktu ini. Herpes bahkan dapat menyebar ketika tidak ada luka
atau gejala. Untuk meminimalkan risiko penyebaran herpes, kondom lateks harus
digunakan selama semua kontak seksual. Busa spermisida dan jeli mungkin
menawarkan perlindungan tambahan meskipun bukti mengenai hal ini kontroversial.
Virus herpes juga dapat menyebar dengan menyentuh luka dan kemudian menyentuh
bagian lain dari tubuh. Jika Anda menyentuh luka, cuci tangan Anda dengan sabun
dan air sesegera mungkin. Juga, tidak berbagi handuk atau pakaian dengan siapa
pun.
2.
HERPES GENITALIS
a. Definisi
Herpes genitalis adalah suatu penyakit menular seksual di daerah kelamin,
kulit di sekeliling rektum atau daerah disekitarnya yang disebabkan oleh virus
herpes simpleks.
b. Etiologi
Penyebabnya adalah virus herpes simpleks. Ada 2 jenis virus herpes simpleks
yaitu HSV-1 dan HSV-2. HSV-2 biasanya ditularkan melalui hubungan seksual,
sedangkan HSV-1 biasanya menginfeksi mulut. Kedua jenis virus herpes simpleks
tersebut bisa menginfeksi kelamin, kulit di sekeliling rektum atau tangan
(terutama bantalan kuku) dan bisa ditularkan kebagian tubuh lainnya (misalnya
permukaan mata). Luka herpes bisanya tidak terinfeksi oleh bakteri, tetapi
beberapa penderita juga memiliki organisme lainnya pada luka tersebut yang
ditularkan secara seksual (misalnya sifilis atau cangkroid).
c. Patofisiologi
Gejala awalnya mulai timbul pada hari ke
4-7 setelah terinfeksi. Gejala awal biasanya berupa gatal, kesemutann dan
sakit. Lalu akan muncul bercak kemerahan yang kecil, yang diikuti oleh
sekumpulan lepuhan kecil yang terasa nyeri. Lepuhan ini pecah dan bergabung
membentuk luka yang melingkar. Luka yang terbentuk biasanya menimbulkan nyeri
dan membentuk keropeng. Penderita bisa mengalami kesulitan dalam berkemih dan
ketika berjalan akan timbul nyeri.
Luka akan membaik dalam waktu 10 hari tetapi bisa meninggalkan jaringan parut.
Luka akan membaik dalam waktu 10 hari tetapi bisa meninggalkan jaringan parut.
Kelenjar getah bening selangkangan
biasanya agak membesar.
Gejala awal ini sifatnya lebih nyeri, lebih lama dan lebih meluas dibandingkan gejala berikutnya dan mungkin disertai dengan demam dan tidak enak badan.
Gejala awal ini sifatnya lebih nyeri, lebih lama dan lebih meluas dibandingkan gejala berikutnya dan mungkin disertai dengan demam dan tidak enak badan.
Pada pria, lepuhan dan luka bisa terbentuk di setiap bagian penis,
termasuk kulit depan pada penis yang tidak disunat. Pada wanita, lepuhan dan
luka bisa terbentuk di vulva dan leher rahim. Jika penderita
melakukan hubungan seksual melalui anus, maka lepuhan dan luka bisa
terbentuk di sekitar anus atau di dalam rektum.
Pada penderita gangguan sistem kekebalan
(misalnya penderita infeksi HIV), luka herpes bisa sangat berat,
menyebar ke bagian tubuh lainnya, menetap selama beberapa minggu atau lebih
dan resisten terhadap pengobatan dengan asiklovir.
Gejala-gejalanya cenderung kambuh
kembali di daerah yang sama atau di sekitarnya, karena virus menetap di saraf
panggul terdekat dan kembali aktif untuk kembali menginfeksi kulit. HSV-2
mengalami pengaktivan kembali di dalam saraf panggul. HSV-1 mengalami pengaktivan
kembali di dalam saraf wajah dan menyebabkan fever blister atau herpes
labialis. Tetapi kedua virus bisa menimbulkan penyakit di kedua daerah
tersebut. Infeksi awal oleh salah satu virus akan memberikan kekebalan parsial
terhadap virus lainnya, sehingga gejala dari virus kedua tidak terlalu berat.
d.
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik dari infeksi HSV
tergantung pada tempat infeksi, dan status imunitas host. Infeksi primer dengan
HSV berkembang pada orang yang belum punya kekebalan sebelumnya terhadap HSV-1
atau HSV-2, yang biasanya menjadi lebih berat, dengan gejala dan tanda sistemik
dan sering menyebabkan komplikasi.
Berbagai macam manifestasi klinis:
1. infeksi oro-fasial
2. infeksi genital
3. infeksi kulit lainnya
4. infeksi okular
5. kelainan neurologist
6. penurunan imunitas
7. herpes. neonatal
e. Penatalaksanaan
Sampai sekarang belum ada obat yang
memuaskan untuk terapi herpes genitalis, namun pengobatan secara umum perlu
diperhatikan, seperti:
a) menjaga kebersihan lokal, b) menghindari trauma atau faktor pencetus.
Penggunaan idoxuridine mengobati lesi herpes simpleks secara lokal sebesar 5% sampai 40% dalam dimethyl sulphoxide sangat bermanfaat. Namun, pengobatan ini memiliki beberapa efek samping, di antaranya pasien akan mengalami rasa nyeri hebat, maserasi kulit dapat juga terjadi. Meskipun tidak ada obat herpes genital, penyediaan layanan kesehatan anda akan meresepkan obat anti viral untuk menangani gejala dan membantu mencegah terjadinya outbreaks. Hal ini akan mengurangi resiko menularnya herpes pada partner seksual. Obat-obatan untuk menangani herpes genital adalah:
a) menjaga kebersihan lokal, b) menghindari trauma atau faktor pencetus.
Penggunaan idoxuridine mengobati lesi herpes simpleks secara lokal sebesar 5% sampai 40% dalam dimethyl sulphoxide sangat bermanfaat. Namun, pengobatan ini memiliki beberapa efek samping, di antaranya pasien akan mengalami rasa nyeri hebat, maserasi kulit dapat juga terjadi. Meskipun tidak ada obat herpes genital, penyediaan layanan kesehatan anda akan meresepkan obat anti viral untuk menangani gejala dan membantu mencegah terjadinya outbreaks. Hal ini akan mengurangi resiko menularnya herpes pada partner seksual. Obat-obatan untuk menangani herpes genital adalah:
a) Asiklovir (Zovirus)
Pada infeksi HVS genitalis primer,
asiklovir intravena (5 mg/kg BB/8 jam selama 5 hari), asiklovir oral 200 mg (5
kali/hari saelama 10-14 hari) dan asiklovir topikal (5% dalam salf propilen
glikol) dsapat mengurangi lamanya gejala dan ekskresi virus serta mempercepat
penyembuhan.
b) Famsiklovir
Adalah jenis pensiklovir, suatu analog
nukleosida yang efektif menghambat replikasi HSV-1 dan HSV-2.
c)
Valasiklovir (Valtres)
adalah suatu ester dari asiklovir yang
secara cepat dan hampir lengkap berubah menjadi asiklovir oleh enzim hepar dan
meningkatkan bioavaibilitas asiklovir sampai 54%. Oleh karena itu dosis oral
1000 mg valasiklovir menghasilkan kadar obat dalam darah yang sama dengan
asiklovir intravena. Valasiklovir 1000 mg telah dibandingkan asiklovir 200 mg 5
kali sehari selama 10 hari untuk terapi herpes genitalis episode awal.
f. Pencegahan
Untuk mencegah herpes genitalis adalah
sama dengan mencegah penyakit menular seksual lainnya. Kuncinya adalah untuk
menghindari terinfeksi dengan HSV yang sangat menular pada waktu lesi ada. Cara
terbaik untuk mencegah infeksi adalah menjauhkan diri dari aktivitas seksual
atau membatasi hubungan seksual dengan hanya satu orang yang bebas infeksi.
3. HERPES
ZOSTER
a. Definisi
Herpes zoster disebut juga shingles. Di
kalangan awam populer atau lebih dikenal dengan sebutan “dampa” atau “cacar
air”. Herpes zoster merupakan infeksi virus yang akut pada bagian dermatoma
(terutama dada dan leher) dan saraf. Disebabkan oleh virus varicella zoster
(virus yang juga menyebabkan penyakit varicella atau cacar/chickenpox.
b. Etiologi
Herpes zoster disebabkan oleh virus
varicella zoster . virus varicella zoster terdiri dari kapsid berbentuk
ikosahedral dengan diameter 100 nm. Kapsid tersusun atas 162 sub unit
protein–virion yang lengkap dengan diameternya 150–200 nm, dan hanya virion
yang terselubung yang bersifat infeksius. Infeksiositas virus ini dengan cepat
dihancurkan oleh bahan organic, deterjen, enzim proteolitik, panas dan suasana
Ph yang tinggi. Masa inkubasinya 14–21 hari.
c. Patofisiologi
Pada episode infeksi primer, virus dari
luar masuk ke tubuh hospes (penerima virus). Selanjutnya, terjadilah
penggabungan virus dengan DNA hospes, mengadakan multiplikasi atau replikasi
sehingga menimbulkan kelainan pada kulit. Virua akan menjalar melalui serabut
saraf sensorik ke ganglion saraf dan berdiam secara permanen dan bersifat
laten. Infeksi hasil reaktivasi virus varicella yang menetap di ganglion
sensori setelah infeksi chickenpox pada masa anak – anak. Sekitar 20% orang
yang menderita cacar akan menderita shingles selama hidupnya dan biasanya hanya
terjadi sekali. Ketika reaktivasi virus berjalan dari ganglion ke kulit area
dermatom.
d. Manifestasi Klinis
a. Pengobatan
1)
Pengobatan topical
· Pada stadium vesicular
diberi bedak salicyl 2% atau bedak kocok kalamin untuk mencegah vesikel pecah
· Bila vesikel pecah dan
basah, diberikan kompres terbuka dengan larutan antiseptik atau kompres dingin
dengan larutan burrow 3x sehari selama 20 menit
· Apabila lesi berkrusta
dan agak basah dapat diberikan salep
antibiotik (basitrasin / polysporin
) untuk mencegah infeksi sekunder selama 3x sehari.
2) Pengobatan sistemik
Drug of choice-nya adalah acyclovir
yang dapat mengintervensi sintesis virus dan replikasinya. Meski tidak menyembuhkan
infeksi herpes namun dapat menurunkan keparahan penyakit dan nyeri. Dapat
diberikan secara oral, topical atau parenteral. Pemberian lebih efektif pada
hari pertama dan kedua pasca kemunculan vesikel. Namun hanya memiliki efek yang
kecil terhadap postherpetic neuralgia. Antiviral lain yang dianjurkan adalah
vidarabine (Ara–A, Vira–A) dapat diberikan lewat infus intravena atau salep
mata. Kortikosteroid dapat digunakan untuk menurunkan respon inflamasi dan
efektif namun penggunaannya masih kontroversi karena dapat menurunkan
penyembuhan dan menekan respon immune. Analgesik non narkotik dan narkotik
diresepkan untuk manajemen nyeri dan antihistamin diberikan untuk menyembuhkan
priritus.
b. Penderita dengan keluhan mata
Keterlibatan seluruh mata atau ujung
hidung yang menunjukan hubungan dengan cabang nasosiliaris nervus optalmikus,
harus ditangani dengan konsultasi opthamologis. Dapat diobati dengan salaep
mata steroid topical dan mydriatik, anti virus dapat diberikan
c.
Neuralgia Pasca Herpes zoster
1) Bila nyeri masih
terasa meskipun sudah diberikan acyclovir pada fase akut, maka dapat diberikan
anti depresan trisiklik ( misalnya: amitriptilin 10–75 mg/hari)
2) Tindak lanjut ketat
bagi penanganan nyeri dan dukungan emosional merupakan bagian terpenting
perawatan
3) Intervensi bedah atau
rujukan ke klinik nyeri diperlukan pada neuralgi berat yang tidak teratasi.
e. Pencegahan
Untuk mencegah herper zoster, salah satu
cara yang dapat ditempuh adalah pemberian vaksinasi. Vaksin
berfungsi untuk meningkatkan respon spesifik limfosit sitotoksik terhadap virus
tersebut pada pasien seropositif usia lanjut.Vaksin herpes zoster dapat berupa
virus herpes zoster yang telah dilemahkan atau komponen selular virus tersebut
yang berperan sebagai antigen. Penggunaan virus yang telah
dilemahkan telah terbukti dapat mencegah atau mengurangi risiko terkena
penyakit tersebut pada pasien yang rentan, yaitu orang lanjut usia dan
penderita imunokompeten, serta imunosupresi.
BAB
III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Herpes simpleks
adalah infeksi akut yang disebabkan oleh
virus herpes simpleks (virus herpes hominis)
tipe I atau tipe II yang ditandai oleh adanya vesikel yang berkelompok di atas kulit yang sembab dan eritematosa pada daerah dekat mukokutan, sedangkan infeksi dapat berlangsung baik
primer maupun rekurens.
Herpes genitalis adalah suatu penyakit
menular seksual di daerah kelamin, kulit di sekeliling rektum atau daerah
disekitarnya yang disebabkan oleh virus herpes simpleks.
Herpes zoster disebut juga shingles. Di
kalangan awam populer atau lebih dikenal dengan sebutan “dampa” atau “cacar
air”. Herpes zoster merupakan infeksi virus yang akut pada bagian dermatoma
(terutama dada dan leher) dan saraf. Disebabkan oleh virus varicella zoster
(virus yang juga menyebabkan penyakit varicella atau cacar/chickenpox.
B. Saran
Lebih
baik mencegah daripada mengobati. Oleh karena itu jagalah kesehatan dengan cara
pola hidup sehat, dan segeralah periksa jika ada tanda-tanda yang mengarah pada
penyakit herpes.
Semoga Bermanfaat :)
No comments:
Post a Comment