KATA PENGANTAR
Rasa syukur yang dalam kami sampaikan ke hadirat Tuhan
Yang Maha Esa, karena
berkat kemurahan-Nya
makalah ini dapat kami selesaikan sesuai yang diharapkan. Dalam makalah ini
kami membahas “Biaya”.
Makalah ini dibuat dalam
rangka memperdalam pemahaman kita mengenai materi Teori Akuntansi khususnya Bab
yang kami bahas yaitu mengenai Biaya .
Pengertian Biaya tidak
dapat dipisahkan dengan pengertian kos,asset dan juga rugi. Kos sebagai bahan
olah akuntansi akan mengalami tiga tahap perlakuan yaitu pengukuran,penelusuran
dan pembebanan. Secara konseptual dan atas dasar konsep kontinuitas usaha,kos
akan diperlakukan mula-mula sebagai asset dan baru kemudian diperlakukan
sebagai beban pendapatan atau biaya.
Demikianlah secara ringkas materi
ini dan dalam menulis makalah ini kami telah berusaha dengan semaksimal mungkin
untuk menjadikan makalah ini lebih menarik , mudah dibaca dan mudah dipahami.
Selamat membaca dan semoga sukses.
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Asset
sebagai potensi jasa atau manfaat ekonomik dipresentasi dengan kos sebagai
penguantifikasi besar-kecilnya potensi tersebut. Kos sebagai bahan olah
akuntansi akan mengalami tiga tahap perlakuan yaitu pengukuran,penelusuran dan
pembebanan.
Oleh karena
itu secara konseptual dan atas dasar kontinuitas usaha ,kos akan diperlakukan
mula-mula sebagai asset dan baru kemudian diperlakukan sebagai bebabukan
pendapatan atau biaya.
Akan tetapi operasi perusahaan pada umumnya merupakan
usaha berlanjut yang kompleks dan menuntut perolehan potensi jasa bukan untuk
jangka pendek melainkan jangka panjang sehingga jasa tersebut tidak akan segera
habis dalam waktu singkat. Jadi secara konseptual kos diperlukan dahulu sebagai
asset dan baru kemudian sebagai biaya.
Dengan
landasan konsep dasar kontinuitas usaha serta upaya dan hasil masalah teoritis
dalam tahap pembebanan adalah pemecahan aliran kos yang telah diakui sebagai
asset yang menjadi bagian yang merupakan biaya periode berjalan dalam rangka
penentuan laba periode dan bagian yang baru akan menjadi biaya dalam
periode-periode berikutnnya.
1.2.
Rumusan
Permasalahan
§ Apa yang dimaksud dengan biaya ?
§ Apa saja karakteristik dari biaya ?
§ Bagaimana landasan pikiran dan kriteria pengakuan biaya ?
§ Apa saja basis asosiasi antara biaya dan pendapatan ?
§ Bagaimana proses saat pengakuan biaya ?
1.3.
Tujuan
§ Menjelaskan pengertian biaya.
§ Menyebut dan menjelaskan karakteristik
biaya.
§ Menjelaskan landasan pikiran dan
kriteria pengakuan biaya.
§ Menyebut dan menjelaskan basis asosiasi
antara biaya dan pendapatan.
§ Menyebut dan menjelaskan saat pengakuan
biaya.
BAB II ISI DAN PEMBAHASAN
Pengertian
Secara umum,dapat dikatakan bahwa cost
yang telah dikorbankan dalam rangka menciptakan pendapatan disebut dengan
biaya.
FASB (1980)
mendefinisiakan biaya sebagai berikut : “Biaya adalah aliran keluar (outflows)
atau pemakaian aktiva atau timbulnya hutang (atau kombinasi keduanya) selama satu
periode yang berasal dari pemjualan atau produksi barang atau penyerahan jasa
atau pelaksanaan kegiatan yang lain yang merupakan kegitan utama suatu entitas.
IAI (IASC) mendefinisi
biaya dalam Standar Akuntansi Keuangan (2002) sebagai berikut:
“Beban adalah penurunan manfaat
ekonomi selama satu perioda akuntansi dalam bentuk arus keluar atau terjadinya
kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian
kepada penanam modal.”
Karakteristik Biaya
Biaya mempunyai dua karakteristik
utama yaitu :
1.
Aliran keluar atau penurunan asset
2.
Akibat kegiatan yang membentuk operasi utama yang menerus
Selain dua karakteristik utama di
atas, terdapat karakteristik lain yang bersifat sebagai konsekuensi, pendukung,
atau penjelas.
Penurunan Aset
Untuk dapat mengatakan bahwa biaya
timbul, harus terjadi transaksi atau kejadian yang menurunkan asset atau
menimbulkan aliran keluar asset atau sumber ekonomik. Pemakaian bahan baku
untuk pembuatan produk tidak dapat disebut sebagai biaya kalau produk tersebut
belum terjual (keluar dari kesatuan usaha) karena kalau produk belum
terjual sebenarnya belum terjadi penurunan asset. Yang terjadi hanyalah
perubahan bentuk asset sebagai potensi jasa.
Operasi Utama yang Menerus
Tidak semua penurunan atau konsumsi
asset membentuk biaya. Agar menjadi biaya konsumsi tersebut harus berkaitan
dengan kegiatan utama atau sentral kesatuan usaha. Perusahaan dianggap ingin
mendapatkan dan mengukur laba dengan tepat, harus ada kaitan yang logis antara
biaya dan pendapatan
Kenaikan Kewajiban
Semua badan autoritatif mendefinisi
biaya tidak hanya dari sudut penurunan asset tetapi juga dari kenaikan
kewajiban. Alasannya adalah agar makna biaya cukup luas untuk mencukupi pula
pos-pos yang timbul dalam penyesuaian akhir tahun. Sebagai contoh adalah tarif
pengiriman barang oleh perusahaan ekspedisi yang belum dibayar perusahaan. Jasa
pengiriman telah dikonsumsi dan menimbulkan pendapatan sehingga biaya harus
timbul diikuti dengan kenaikan kewajiban.
Penurunan Ekuitas
Penurunan ekuitas lebih menegaskan
pengertian biaya karena tidak setiap penurunan asset mengakibatkan penurunan
ekuitas. Misalnya pembagian deviden kas merupakan penurunan asset tetapi tidak
dapat disebut sebagai biaya. Jadi, penurunan ekuitas hanya merupakan
karakteristik pendukung makna biaya. Hal ini serupa dengan keteridentifikasian
terbayar sebagai karakteristik pendukung pengertian kewajiban.
Aliran Fisis atau Moneter ?
Biaya timbul dari
penyerahan/produksi barang atau dari pelaksanaan jasa memberi isyarat bahwa
FASB memaknai biaya sebagai kejadian fisis. Bila asset diganti dengan barang
dan jasa (seperti yang disarankan Kam), aliran tersebut jelas menunjukkan
aliran fisis. Secara semantic, biaya seharusnya didefinisi sebagai perubahan
atau penurunan nilai sehingga timbulnya biaya harus merupakan kejadian moneter.
Rugi
Kata-kata kunci yang melekat pada
pengertian rugi adalah: 1) Penurunan ekuitas (asset bersih); 2) Transaksi
peripheral atau incidental; 3) Selain apa yang didefinisi sebagai biaya atau
selain distribusi ke pemilik.
Seperti untung, empat sumber rugi
yang di identifikasi FASB adalah (SFAC No.6, prg. 85):
a.
Peripheral dan incidental
b.
Transfer nontimbal-balik
c.
Penahanan asset
d.
Factor lingkungan
Pengakuan Biaya
Pengakuan
menyangkut masalah criteria pengakuan yaitu apa yang harus dipenuhi agar
penurunan nilai asset yang memenuhi definisi biaya atau rugi dapat diakui dan
masalah saat pengakuan yaitu peristiwa atau kejadian apa yang menandai bahwa criteria
pengakuan telah dipenuhi. Biaya dan rugi tidak mengalami masalah pembentukan
dan realisasi. Oleh karena itu, criteria pengakuan tidak dibedakan dengan
kaidah pengakuan sehingga masalah pengakuan biaya (rugi) adalah kapan penurunan
nilai asset dapat dikatakan telah terjadi atau kapan biaya (rugi) tealh timbul
sehingga jumlah rupiah biaya (rugi) dapat diakui.
Kriteria Pengakuan
Biaya atau rugi pada umumnya diakui
bilamana salah satu dari dua criteria berikut terpenuhi (SFAC No. 5,prg. 85) :
a. Konsumsi manfaat
Biaya atau rugi diakui bilamana
manfaat ekonomik yang dikuasai suatu entitas telah dimanfaatkan atau dikonsumsi
dalam pengiriman atau pembuatan barang, penyerahan atau pelaksanaan jasa, atau
kegiatan lain yang merepresentasi operasi utama atu sentral entitas tersebut.
b. Lenyapnya atau berkurangnya manfaat
masa datang
Biaya atau rugi diakui bilamana
asset yang telah diakui sebelumnya diperkirakan telah berkurang manfaat
ekonomiknya atau tidak lagi mempunyai manfaat ekonomik.
FASB memberikan pedoman umum
saat pengakuan seperti dibawah ini.
Hubungan Kos dan Biaya
Biaya selalu dapat disebut kos
karena kos melekat di dalamnya (konsep dasar kos melekat). Akan tetapi, kos
tidak selalu dapat disebut biaya karena kos dapat juga merepresentasi asset.
Dengan kos sebagai pengukur, criteria konsumsi manfaat dan kenyelapan manfaat
dapat dinyatakan dalam bentuk keterhabisan kos.
Proses dan
Konsep Penandingan
Dua tahap kritis perlakuan kos
adalah pengakuan (aliran masuk sebagai asset) dan pembebanan (aliran keluar
sebagai biaya). Proses penandingan adalah proses penentuan laba dengan dengan
cara mengukur atau menakar dahulu pendapatan untuk suatu perioda dan barulah
kemudian menentukan biaya yang berkaitan dengan pendapatan tersebut. Konsep
atau prinsip penandingan adalah dasar pemikiran untuk menghubungkan pendapatan
dan biaya sehingga laba yang dihasilkan bermakna. Prinsip penandingan menjadi
suatu kebutuhan dalam akuntansi karena alasan berikut:
1. Pengakuan pendapatan tidak langsung
dikaitkan dengan pengakuan biaya karena teknik pembukuan tidak memungkinkan hal
tersebut.
2. Transaksi terjadinya pendapatan pada
umumnya tidak berkaitan langsung dengan transaksi terjadinya biaya.
Atas dasar konsep upaya dan capaian,
konsep penandingan menyatakan bahwa untuk mendapatkan laba periodic yang yang
bermakna maka pendapatan yang diakui untuk suatu perioda harus ditandingkan
(diasosiasi) dengan biaya yang dianggap telah menciptakan pendapatan tersebut.
Menandingkan Bukan Mengkompensasi
Aliran pendapatan dan kos berbeda
dan keduanya mencerminkan dua factor yang berbeda (upaya dan hasil) sehingga
tipa factor harus ditunjukkan secara utuh sesuai dengan fungsinya. Pos yang
satu tidak selayaknya dikompensasi dengan pos yang lain.
Basis Asosiasi
Dalam rangka menghubungkan biaya dan
biaya, perlu dipertimbangkan basis asosiasi yang menggambarkan penandingan yang
secara ekonomik layak. Berbagai basis asosiasi diantaranya sebagai berikut.
Asosiasi Sebab dan Akibat
Konsep upaya dan capaian menyatakan
bahwa biaya merupakan upaya dalam rangka mendapatkan capaian berupa pendapatan.
Ini berati ada hubungan sebab-akibat antara biaya dan pendapatan. Oleh Karena
itu, basis penandinagn yang paling masuk akal adalah sebab-akibat walaupun
basis ini lebih merupakan asumsi daripada kenyataan karena dalam banyak hal
sulit untuk dibuktikan secara menyakinkan bahwa biaya menyebabkan pendapatan
Paton dan Littleton (1970)
menyatakan dasar ini adalah yang paling ideal karena paling merepresentasi
konsep upaya dan hasil. Namun penandingan langsung menghadapi beberapa masalah
teknis diantaranya :
Identifikasi Kos Produk
Karena produk terjual merupakan
takaran penandingan, kos produk akan dipecah menjadi dua komponen yaitu kos
produk yang telah terjual dan kos produk yang belum terjualdan masih menjadi
asset perusahaan. Kos yang melekat pada produk terjual akan langsung dibebenkan
sebagai biaya. Kos sediaan baru dibebankan sebagai biaya kalau produk telah
terjual.
Produk Usang atau Musiman
Masalah lain yang berkaitan dengan penandingan atas dasar
sebab akibat adalah adanya produk musiman yang tidak laku dijual. Persoalannya
adalah apakah kos produk musiman yang tidak terjual merupakan sebab (sebagai
biaya) atau bukan (sebagai rugi) . Sediaan akhir yang tidak terjual sebenarnya
merupakan upaya (biaya) atau sebab untuk mendatangkan penjualan yang dicapai
musim tertentu. Jadi tidak selayaknyalah kos sediaan yang tidak terjual
diperlakukan sebagai rugi.
Barang Rusak
Kelayakan ekonomik menuntut
pertimbangan dengan memperhatikan kondisi yang melingkupi suatu masalah. Bila
kerusakan produk merupakan hal yang normal atau bahkan merupakan prasyarat
untuk menghasilkan barang dengan kualitas baik, kos barang yang rusak dapat
dianggap sebagai upaya menghasilkan pendapatan. Sebaliknya, kalau kerusakan
atau cacatnya produk merupakan hal yang tidak biasa terjadi (karena kelalaian
atau musibah) maka jumlah rupiah tersebut dapat diperlakukan sebagai rugi.
Identifikasi Kos Nonproduk
Dalam kaitannya dengan penandingan
sebab-akibat ,kos nonproduksi tidak harus ditunda pembebanannya untuk dikeitkan
dengan pendapatan masa datang kalau tidak ada kepastian tentang pendapatan masa
datang yang dapat dikaitkan dengan kos nonproduksi. Ini berarti asosiasi produk
diganti dengan asosiasi perioda.
Biaya Antisipasian
Biaya antisipasian (anticipated
expenses) adalah biaya yang dianggap menyebabkan timbulnya pendapatan tetapi
baru terjadi seteleh pendapatan diakui. Sebagai contoh adalah kos yang
berkaitan dengan kegiatan purna-jual seperti jaminan penjualan, jaminan
reparasi gratis, dan pengumpulan piutang. Bila penandingan sebab-akibat
dipertahankan , kos semacam itu harus diantisipasi dan diakui pada periode
terjadinya penjualan meskipun kos belum terjadi.
Alokasi Sistematik dan Rasional
Alokasi sistematik dan rasional
merupakan proses penandingan dengan perioda sebagai penakar pendapatan dan
biaya. Proses ini sering disebut penandingan perioda. Dalam pengakuan biaya,
diasumsi bahwa yang menerima manfaat dari potensi jasa adalah perioda bukan
produk. Keberatan terhadap penandingan ini adalah bahwa proses alokasi
menimbulkan banyak metoda alokasi. Sebenarnya , adanya berbagai metoda alokasi
menunjukkan bahwa akuntansi berusaha untuk menyelaraskan pola penyerapan kos
yang kira-kira mendekati pola pemanfaatan potensi jasa sehingga konsep
penandingan yang tepat dapat dicapai. Depresiasi asset tetap merupakan contoh
masalah ini. Alasan lain yang mendukung dasar penandingan ini adalah:
1. Banyak jenis biaya perioda yang
berkaitan secara tidak langsung dengan pendapatan perioda berjalan sehingga
tidaklah terlalu menyimpang dari asosiasi sebab-akibat meskipun kos potensi
jasa diakui dan dilaporkan sebagai biaya pada saat potensi jasa tersebut
dikonsumsi.
2. Dalam banyak hal, memang sulit untuk
mencari kaitan langsung antara biaya-biaya tertentu dengan pendapatan. Meskipun
demikian, kalau biaya-biaya tersebut memang diperlukan untuk operasi perusahaan
secara keseluruhan maka meretia harus dibebankan pada periode berjalan.
3. Bila biaya tidak dapat diasosiasi
dengan cukup pasti dengan pendapatan masa datang atau manfaat ekonomik tidak
dapat dikaitkan dengan perioda-perioda masa datang.
4. Kalau kegiatan atau kejadian
sifatnya normal dan berulang serta jumlahnya relatif konstan, pembebanan
langsung tidak mempengaruhi laba secara material meskipun hal tersebut tidak
menggambarkan penandingan yang sempurna atau bahkan salah tanding.
5. Alokasi sistemik dan rasional
memmeng merupakan kebutuhan.
Kriteria Penangguhan
Kos non operasi yang berulang
terjadinya cukup beralasan untuk langsung dibebankan daripada ditunda atau
disediakan untuk mencapai tepat-tanding.
Alokasi
Kos Bergabung atau
Bersama
Alokasi kos bergabung atau bersama
bersifat internal dalam suatu perioda sehingga hasilnya tidak mempengaruhi kos
operasi total untuk perioda tersebut meskipun dasar alokasi agak arbitrer.
Alokasi semacam ini hendaknya tidak diterapkan untuk alokasi kos faktor jasa
antarperioda. Hendriksen menyatakan bahwa alokasi secara arbitrer antarperioda
akan lebih menyesatkan hasilnya daripada tidak dilakukan alokasi karena alokasi
memberi kesan adanya ketepatan yang dalam kondisi tertentu mungkin tidak dapat
dipenuhi.
Alokasi Bukan Sarana Pemerataan Laba
Fungsi akuntansi adalah untuk
mengungkapkan kondisi perusahaan dengan jelas bukan malahan menutupinya dengan
pemerataan laba. Kemajuan dan reputasi suatu perusahaan harus ditunjukkan
dengan kinerja yang sebenarnya bukan semata-mata dengan permainan angka. Untuk
mengatasi fluktuasi laba tahunan, cara terbaik adalah menerbitkan serangkaian
statemen laba-rugi tahunan seperti apa adanya bukan serangakaian statemen laba
yang diratakan.
Pendekatan Nonalokasi
Pendapat yang cukup kontroversal dan
eksterm dikemukakan oleh Thomas (1987) tentang alokasi dalam akuntansi. Thomas
menyatakan bahwa alokasi hanya dapat dipertahankan bila tiga karakteristik
berikut dipenuhi:
1. Ketertambahan
2. Ketakraguan
3. Keterpertahankan
PENANDINGAN DAN PENYAJIAN POS-POS
BIAYA
Idealnya tiap unit produk menyerap
semua jenis kos operasi (produksi, penjualan, administrasi dan pengumpulan
piutang). Akan tetapi, karena tidak mudahnya untuk menghubungkan secara layak
kos kegiatan non produksi ke produk, penakar yang umum dipakai adalah perioda.
Penakaran berbasis perioda menjadikan alokasi sistematik dan rasional suatu hal
tidak dapat dihindari.
Masalah pembebanan kos dan basis
asosiasi di atas berlaku untuk semua jenis potensi jasa. Masalah khusus terjadi
dalam hal sediaan dan asset tetap, khususnya fasilitas fisis yaitu
gedung/pabrik dan perlengkapan (plant and equipments). Uraian berikut membahas
masalah teoritis yang menyangkut pos-pos tersebut.
SEDIAAN
Masalah pengukuran dan penilaian
sediaan pada akhir perioda dapat dinyatakan sebagai berikut :
1. Penentuan besarnya kos barang yang
terjual untuk ditandingkan dengan penjualan sehingga dapat ditentukan besarnya
laba perusahaan.
2. Penentuan nilai sediaan sebagai
unsure asset lancer perusahaan. Penentuan nilai sediaan sangat penting untuk
menilai likuiditas operasi perusahaan.
Karena aliran kos tidak selalu
mengikuti secara persis aliran fisis barang, diperlukan metoda asosiasi yang
paling menggambarkan kegiatan operasi sesungguhnya sehingga penandingan yang
tepat antara biaya (kos barang terjual) dan pendapatan dapat dicapai.
Metoda Asosiasi
Metoda asosiasi menjadi basis untuk
menentukan unit fisik terjual dan kos yang melekat dengan jumlah rupiah
penjualan. Dengan demikian metoda asosiasi dapat pula diartikan sebagai asumsi
aliran kos dalam memgikuti aliran fisis barang.
Dasar
pemilihan metoda sangat tergantung pada tujuan dan kondisi yang dihadapi
perusahaan. Beberapa perimbangan yang dapat dijadikan dasar pemilihan metoda
dapat disebutkan sbb :
1. Bila dimungkinkan, Kos harus
diidentifikasi dengan unit fisis barang yang diukur.
2. Operasi perusahaan harus dipandang
sebagai serangkaian kegiatan yang berturutan dan kontinus bukannya serangkaian
projek-projek yang terpisah-pisah.
3. Kalau tujuan ditekankan pada
penilaian sediaan dengan haraga paling akhir, asosiasi kos akan ditujukan pada
sediaan barang dengan menggunakan kos yang paling akhir dan kos barang terjual
merupakan angka residual.
4.
Kalau untung dan rugi akibat fluktuasi harga (holding gains and loses) akan
diidentifikasi dan dilaporkan secara terpisah dengan kos harga terjual, kos
historis jelas tidak akan dapat digunakan untuk mencapai tujuan tersebut.
Berbagai metoda asosiasi akan
dibahas dalam kaitannya dengan beberapa pertimbangan di atas.
Identifikasi
Khusus
Untuk jenis barang mahal dan
perputarannya rendah, metoda ini sangat cocok sekali untuk tujuan pengendalian
di samping tujuan penandingan yang tepat. Namun demikian metode ini mengandung
beberapa kelemahan antara lain :
a. Jarang sekali pendapatan khusus
ditandingkan dengan kos khusus karena pendapatan perusahaan merupakan hasil
dari seluruh upaya perusahaan sebagai kesatuan.
b. Untuk jenis barang yang homogen dan
harganya relative murah, metoda ini menjadi terlalu mahal dan tidak sepadan
dengan nilai tambahan informasi yang diperoleh
c. Kalau fluktuasi harga sangat
mencolok, metoda ini dapat digunakan sebagai alat manipulasi laba atau earnings
management.
Metoda Masuk
Pertama Keluar Pertama (MPKP)
Metoda ini sangat logis dalam
merefleksi asosiasi sebab-akibat karena sangat sederhana dan jelas untuk
memecah kos ke dalam dua komponen (sediaan dan barang terjual) atas dasar kos
yang benar-benar melekat dalam kedua komponen tersebut.
Jadi, kalau penandingan secara tepat
biaya dan pendapatan menjadi tujuan metoda ini paling didukung atas dasar argument
berikut :
a. Metoda ini mendekati metoda
identifikasi khusus yang menjadi standar pemecahan kos.
b. Untung atau rugi karena fluktuasi harga dengan
sendirinya terealisasi dan diakui bersamaan dengan terjualnya barang walaupun
tidak disajikan secara terpisah dan melekat dalam angka laba.
c. Penyajian sediaan akhir dalam neraca
akan menggambarkan kos yang mendekati kos sekarang atau kos pengganti.
Rata-Rata Berbobot
Metoda ini menganggap bahwa dalam
proses produksi terjadi peleburan factor produksi yang sama selama satu perioda
menjadi satu masa yang homogenus. Artinya, bahan baku tertentu yang dibeli
berkali-kali atau produk yang dihasilkan dari beberapa angkatan produk dalam
suatu periode dianggap sebagai satu kesatuan (massa).
Sediaan Normal
Metode ini sering disebut dengan
metoda sediaan permanen (iron-stock method). Tujuannya adalah penandingan
pendapatan sekarang sekaligus meniadakan kebutuhan pelaporan untung atau rugi
menahan sediaan atau fluktuasi harga. Metoda ini menyajikan sediaan di neraca dengan
harga satuan yang cukup pasti.
Masuk Terakhir Keluar Pertama
Metoda ini sangat popular di Amerika
karena metoda tersebut dapat digunakan dalam penilaian sediaan untuk
kepentingan pengisian surat pemberitahuan pajak (tax-return) walaupun di satu
sisi MTKP mempunyai beberapa keunggulan untuk pelaporan keuangan, beberapa
kritik diajukan terhadap metoda ini yaitu antar lain :
a. Penilaian sediaan untuk tujuan
penyajian di neraca tidak menggambarkan potensi jasa yang sesungguhnya dan
kemungkinan tidak mempunyai arti ekonomik lagi karena kos yang digunakan adalah
kos yang sudah using.
b. Metoda MTKP bukan merupakan metoda untuk
mengatasi perubahan tingkat harga umum (daya beli) yang sering dijadikan alasan
untuk penggunaan metoda ini.
c. Metoda ini bertentangan dengan aliran fisis
yang sesungguhnya sehinga tidak menggambarkan laba operasi perusahaan atas
dasar kegiatan yang kronologis.
Implikasi
Metoda Asosiasi Terhadap Laba
Seandainya metoda yang layak telah
ditetapkan, keterandalan kos sediaan akhirnya sangat bergantung pada system
penelusuran factor produksi yang membentuk produk atau barang. Jadi, dalam
kondisi operasi perusahaan modern yang kompleks, apa yang dapat dicapai dalam
penentuan laba periodic sebenarnya tidak dapat diharapkan lebih daripada pengukuran
yang mendekati ideal.
FASILITAS FISIS
Dalam hal fasilitas fisik, kos yang
terjadi pada saat pemerolehan pada umumnya diakui sebagai asset dan baru
kemudian kos tersebut diakui sebagai biaya sesuai dengan pola penyerapan
manfaat yang direpresentasi dengan kos.
Karakteristik dan Tujuan Pelaporan
Semua asset mempunyai karakteristik
umum yaitu merupakan potensi jasa yang dapat dimanfaatkan oleh perusahaan dalam
kegiatan operasinya. Fasilitas fisis mempunyai karakteristik sbb :
a. Berwujud fisis dan dikuasai oleh
perusahaan untuk mengolah dan memperlancar kegiatan operasi perusahaan.
b. Pada umumnya berumur panjang
walaupun terbatas sehingga perlu penggantian.
c. Bernilai bagi perusahaan lantaran
kekuasaan atau hak perusahaan untuk menggunakannya bukan lantaran hak miliknya.
d. Pada umunya erupakan asset
nonmoneter dan manfaat yang dapat diberikan berupa potensi jasa (service
potentials) bukan daya beli atau ketertukarannya (exchangeability).
Karateristik yang demikian
menyebabkan tujuan pelaporan dan pengukuran fasilitas fisis ini adalah untuk
menentukan penggunaan jasa dalam suatu perioda yang diperkirakan telah
menghasilkan pendapatan.
Istilah
Istilah yang digunakan untuk
menunjukan asset yang mempunyai karakterisitik di atas tentunya harus cukup deskriptif
untuk memudahkan klasifikasi. Istilah yang palling deskriptif dan banyak
digunakan oleh banyak literature dewasa ini adalah
tanah,pabrik/gedung,perlengkapan serta fasilitas fisik.
Basis Pembebanan
Fasilitas fisis memberi kontriusi
jasa ke opreasi berupa kapasitas atau daya. Oleh karena itu kos daya atau
kapasitas fasilitas fisis tersebut jelas harus diserap menjadi bagian kos
produksi dan akhirnya menjadi bahan pendapatan.
Jadi, pembebanan kos fasilitas fisis
untuk suatu perioda tidak dapat ditentukan atas dasar pengukuran fisis yang
objektif tetapi lebih merupakan suatu hasil pertimbangan (judgement) atas dasar
taksiran factor-faktor penentu (yaitu umur ekonomik, kapasitas ekonomik, dan
nilai residual) yang sering tidak dapat diuji validitasnya secara objektif.
Makna Depresiasi
Dari segi akuntansi, depresiasi
merupakan suatu proses alokasi kos secara sistematik dan rasional dan jumlah
rupiahnya diukur atas dasar bagian kos potensi jasa yang dianggap telah
dimanfaatkan dalam menciptakan pendapatan. Depresiasi sebagai biaya tidak
berbeda dengan jenis biaya operasi lainnya.
Jadi dapat dikatakan bahwa kos
fasilitas fisis merupakan suatu bentuk ekstrem biaya dibayar dimuka; akuntansi
depresiasi merupakan sarana untuk membebankan biaya dibayar di muka tersebut ke
produksi atau perioda berjalan. Untuk tujuan pengembangan pelaporan keuangan,
depresiasi secara teoritis dapat dimaknai selain sebagai prosedur atau alokasi
sistematik dalam rangka penandingan biaya dan pendapatan yang tepat.
1.
Depresiasi
Sebagai Proses Akumulasi Dana
Pengertian ini didasari oleh gagasan
bahwa untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidup, perusahaan harus dapat
mengganti fasilitas fisik yang habis umurnya. Akibatnya, perusahaan harus
menyisihkan dana dari pendapatan yang diperoleh. Pengakuan biaya depresiasi
tidak mempunyai kaitan langsung dengan masalah penggantian.
2.
Depresiasi
Sebagai Pemulihan Investasi
Secara konseptual sama dengan
pandangan di atas tetapi dianggap bahwa fasilitas fisis didanai dengan utang.
Agar perusahaan mampu membayar kembali investasinya maka harus dilakukan
penyisihan dana dengan cara mengurangi pendapatan perusahaan sebesar
depresiasi.
3.
Depresiasi
sebagai Proses Penilaian
Salah satu pendefinisian secara
semantic adalah depresiasi dipandang sebagai penurunan potensi jasa (decline in
serve potential) selama periode operasi akibat keausan fisis, konsumsi manfaat
atau keusangan teknologis. Dengan demikian penurunan potensi jasa selama
perioda dapat dipandang sebagai selisih penilaian antara potensi jasa awal dan
potensi jasa akhir baik secara fisis maupun moneter.
4.
Nilai
Setara Tunai (current cash equivalents)
Dengan basis ini penurunan nilai
fasilitas fisis ditentukan dengan cara menghitung selisih nilai setara tunai
pada awal dan akhir perioda. Nilai ini adalah harga pasar asset yang sama dalam
kondisi yang sama sebagai barang bekas. Di sini dianggap bahwa daya beli uang
stabil.
5.
Kontribusi
pendapatan Neto Diskunan (discounted net revenue contribution)
Dengan penilaian ini, depresiasi ditentukan
dengan cara menghitung selisih nilai diskunan aliran kontribusi pendapatan neto
pada awal dan akhir perioda. Kontribusi pendapatan neto adalah tambahan aliran
kas masuk (pendapatan) karena adanya investasi fasilitas fisis bersangkutan.
Penilaian ini memerlukan informasi tariff diskun yang biasanya didasarkan atas
tingkat kembalian (rate of return) investasi bebas resiko atau tingkat bunga
umum yang berlaku.
6.
Depresiasi
sebagai Sarana Penandingan Kos dengan Kontribusi Pendapatan Neto
Pendapatan neto disini adalah
pendapatan yang dihasilkan oleh fasilitas fisis dikurangi biaya pengoprasian
fasilitas fisis. Hal ini didasarkan atas pemikiran bahwa variasi pendapatan
merefleksi variasi penyerapan jasa fasilitas fisik.
Metoda Alokasi
Metoda yang paling rasional adalah
metoda yang mendasarkan diri pada aliran penyerapan kapasitas jasa tersebut.
Dengan kata lain, metoda yang paling tepat adalah metoda unit produksi
(production or output method). Kesulitan utama yang dihadapi metoda ini adalah
penentuan kapasitas total yang dapat dihasilkan selama umur ekonomik asset
bersangkutan.
Jadi yang paling diperlukan adalah
suatu kebijakan depresiasi yang sistematik dan logis didasarkan atas berbagai
kemungkinan dan factor yang melingkupi fasilitas fisis yang bersangkutan.
Hubungan Depresiasi dan Laba
Ini berarti besarnya biaya
depresiasi bergantung pada besarnya pendapatan dalam perioda tertentu.
Implikasinya adalah dalam hal pendapatan cukup kecil, akan terjadi semacam
penundaan biaya depresiasi atau “tahun gemuk menutup tahun kurus”. Jadi
meskipun tetap dituntut untuk menaksir depresiasi tahunan secara seksama,
rasional dan objektif, hendaknya tidak ada pikiran sama sekali untuk
mempengaruhi besarnya laba.
Koreksi Terhadap Kesalahan Taksiran
Program depresiasi harus direvisi
bilamana kenyataan jelas menunjukkan bahawa revisi tersebut diperlukan. Yang
penting adalah semua penyesuaian yang berlaku surut harus dilaporkan melalui
statement laba rugi.
Jadi, kalau pemberhentian dari
penggunaan sudah pasti terjadi maka kos yang melekat pada fasilitas tersebut
juga harus dihentikan, artinya tidak dapat lagi dibebankan ke produksi setelah
pemberhentian. Mengkapitalisasi rugi pemberhentian sama saja dengan menyangkal
adanya rugi tersebut. Kos yang harus dibebankan ke operasi selama umur
fasilitas fisis yang baru adalah terbatas pada kos unit baru tersebut. Sisa
kapasitas fasilitas fisis lama tidak menambah daya atau kapasitas fasilitas
fisis baru.
TANAH
Oleh karenanya, dapat dianggap bahwa
kos tanah tidak perlu didepresiasi atau diamortisasi menjadi biaya depresiasi.
Dengan kata lain, fungsi tanah untuk menyediakan jasa ditempati tanpa
batas waktu (selamanya) cukup menjadi alas an kebijakan untuk memperlakukan kos
tanah sebagai investasi permanen dalam fasilitas produksi.
Tanah Bukan Hak Milik Permanen
Dalam keadaan seperti ini, akuntansi
yang sehat menghendaki pemisahan kos tanah menjadi bagian yang dimasukkan
sebagai kos sisa tanah (kalau ada) dan bagian yang menunjukkan kos elemen tanah
yang dapat habis jasanya (potensi jasa tanah untuk ditanami), kemudian
ditentukan alokasi kos semantic yang tepat untuk bagian kedua tersebut. Jadi,
dengan akuntansi seperti di atas, pengeluaran-pengeluaran untuk mengembalikan
kesuburan tanah akan menjadi bagian kos tanah yang pada akhirnya harus
didepresiasi.
Sumber Alam
Kos sumber alam tersebut (tidak
termasuk sisa nilai tanah) harus diserap secara sistematik ke produksi atas
dasar pengambilan atau konsumsi. Kos yang diserap ini disebut deplesi. Seperti
juga depresiasi, deplesi sebagai kos atau upaya untuk menghasilkan pendapatan
harus ditentukan secara objektif dan rasional tanpa memperhatikan pengaruhnya
terhadap laba bersih.
ASET TAK BERWUJUD
Penghapusan langsung seluruh kos
sebagai rugi harus segera dilakukan kalau kondisi menunjukkan bahwa asset tak
berwujud tersebut tidak lagi mempunyai arti ekonomik yang penting. Karena
banyak masalah teoritis yang timbul, dua jenis asset tak berwujud yaitu
goodwill dan kos organisasi dibahas di bawah ini.
Goodwill
Goodwill adalah selisih lebih jumlah
rupiah tunai atau setaranya yang dibayarkan oleh perusahaan pembeli di atas
nilai pasar wajar atau nilai buku kekayaan fisis perusahaan yang dibeli. Kos
goodwill yang melekat pada harga beli suatu perusahaan yang sudah beroperasi
pada dasarnya merupakan nilai sekarang atau nilai diskunan (present or
discounted value) kelebihan laba yang dihasilkan. Dengan demikian, sangat masuk
akal kalau kos yang diperhitungkan sebagai goodwill harus diserap dan
dibebankan ke pendapatan selama kurun waktu yang dijadikan dasar dalam
mempertimbangkan kos pemerolehan perusahaan sehingga laba yang tampak dalam
statement laba rugi menunjukkan laba bersih normal.
Oleh karena itu, goodwill sebenarnya
dapat diakui dalam satu akun debit dan dimaknai sebagai akun penilaian induk
(master valuation account) terhadap semua asset sebagai satu kesatuan.
Kos Organisasi
Kos organisasi diperlakukan sebagai
asset tak berwujud karena kos tersebut tidak dapat dikaitkan dengan asset tetap
berwujud yang ada dalam perusahaan. Akan tetapi kos pendirian tersebut
harus mulai diserap atau dihapuskan bila terjadi penurunan laba dan
pengerutan kekayaan yang terus menerus akibat kegagalan usaha atau proses
likuidasi.
Jadi kos organisasi tidak semestinya
diamortisasi dalam hal perusahaan barjalan terus dan berkembang tetapi tidak
semestinya dipertahankan tetap utuh dalam hal perusahaan mengalami kemunduran
yang terus menerus. Untuk perusahaan yang bergerak dalam bidang
usahaeksploitasi sumber daya alam, penyerapan secara sistematik kos organisasi
selama umur fasilitas fisis (pabrik) adalah perlakuan yang paling layak. Dengan
dasar pikiran yang sama, jumlah rupiah komisi atau berbagai pengeluaran yang
lain yang berkaitan dengan penerbitan surat-surat berharga harus diserap
(dihapuskan) selama sisa umur surat berharga tersebut.
PENYAJIAN BIAYA
Penyajian biaya tidak dapat
dilepaskan dari penyajian pendapatan dan saran untuk itu adalah statemen laba
rugi.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Biaya adalah penurunan manfaat ekonomik selama suatu periode
akuntansi dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva atau terjadinya
kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian
kepada penanam modal. Biaya memiliki dua karakteristik utama yaitu :
1. Aliran kas keluar atau penurunan
asset
2. Akibat kegiatan yang membentuk
operasi utama yang menerus
Rugi dibedakan dengan biaya karena timbul dari sumber yang
secara tidak langsung berkaitan dengan operasi utama sebagai perusahaan. Rugi
berasal dari transaksi,kegiatan,atau sumber berupa kegiatan perferal,transfer
non timbale balik,penahan asset atau factor lingkungan. Criteria pengakuan
adalah pemanfaatn dan kelenyapan. Biaya diakui bilamana manfaat ekonomik telah
dikonsumsi dalam rangka penyerahan barang atau jasa untuk mendatangkan pendapatan
atau bilamana manfaat ekonomik masa dating telah lenyap.
Biaya diukur dengan kos yang melekat pada asset. Biaya dapat
dipandang sebagai bagian kos yang telah terhabiskan dalam rangka menciptakan
pendapatan. Bagaian kos yang terhabiskan dapat dihubungkan dengan pendapatan
atas dasar hubungan sebab akibat,alokasi sistematik dan rasional,atau pengakuan
segera. Basis asosiasi atas dasr sebab akibat atau penandingan langsung atas
dasar produk merupakan basis yang paling ideal. Akan tetapi alasan kepraktisan
dan ketaktersediaan beberapa factor kos menjadikan akuntansi beralih
kepenandingan tak langsung atau penandingan periode. Dengna kata lain,takaran
penandingan bukan lagi produk tetapi periode.
Daftar Pustaka
Referensi buku “Suwardjono Teori Akuntansi Perekayasaan Pelaporan
Keuangan Edisi Ketiga”
No comments:
Post a Comment