BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Koran, radio, televisi, dan majalah merupakan sumber
informasi. Sumber informasi tersebut disampaikan dalam bentuk lisan dan
tulisan. Teks cerita sejarah juga dapat menjadi informasi karena di dalamnya
memuat fakta atau informasi-informasi pada masa lalu yang berhubungan dengan
peristiwa sejarah.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), teks berarti
naskah berupa kata-kata asli dari pengarang, kutipan dari kitab suci untuk
pangkat ajaran atau asalan dan bahan tertulis untuk dasar memberikan pelajaran
berpidato, atau yang lainnya.
Teks cerita sejarah adalah naskah cerita atau nasrasi rekaan
yang mengandung unsur-unsur sejarah. Dalam teks cerita sejarah, ada beberapa
unsur nyata, misalnya tokoh, nama tempat dan peristiwa. Namun, dalam teks
cerita sejarah terdapat pula cerita yang sifatnya rekaan, misalnya mitos
asal-usul raja, mitos pembukaan negeri, mitos kedatangan sebuah agama, dan
mitos alegori.
B. Rumusan Masalah
Dengan memperhatikan latar belakang di atas maka yang akan
menjadi rumusan masalah, ialah:
- Apa
pengertian konteks dan permodelan teks cerita sejarah?
- Bagaimana
struktur dan ciri kebahasaan teks cerita sejarah?
- Bagaimana
membandingkan teks cerita sejarah?
- Bagaimana
cara menyunting dan mengabstraksi dalam teks cerita sejarah?
- Bagaimana
memproduksi teks cerita sejarah?
- Bagaiamana
cara mengonversi teks cerita sejarah kedalam bentuk lain?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan kami membuat makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kelompok
Bahasa Indonesia yang diberikan oleh guru bidang studi kami. Adapun tujuan
khusus dibuatnya makalah ini adalah:
- Memahami
konteks dan permodelan teks cerita sejarah.
- Menjelaskan
struktur teks cerita sejarah.
- Menjelaskan
citi kebahasaan teks cerita sejarah.
- Mengetahui
cara menyunting dan mengabstraksi teks cerita sejarah.
- Memproduksi
teks cerita sejarah.
- Mengonversi
teks cerita sejarah kedalam bentuk lain.
D. Manfaat Penulisan
Diharapkan dengan adanya makalah ini, dapat membantu pembaca
maupun penulis untuk mengetahui pembangunan konteks dan permodelan dalam teks
cerita sejarah.
E. Metode Penelitian
Metode penelitian dalam pembangunan konteks dan pemodelan
teks cerita sejarah adalah sebagai berikut :
- Penelitian kepustakaan (Library
Research)
Mencari literature dan referensi yang berasal dari buku-buku
dan browsing dengan menggunakan internet mengenai informasi
tambahan lainnya seputar pembangunan konteks dan pemodelan teks cerita sejarah
serta referensi-referensi lain yang dapat membantu dalam penelitian ini.
F.
Sistematika
Penulisan
Sistematika penulisan dalam
laporan tugas ini adalah sebagai berikut :
- Halaman Depan : Berisikan cover makalah, halaman
pengesahan, kata pengantar dan daftar isi.
- BAB I Pendahuluan : Berisi tentang latar
belakang, rumusan permasalahan, metode penelitian, tujuan penelitian,
manfaat penulisan, dan sistematika penulisan.
- BAB II Landasan Teori : Berisikan teori-teori yang
digunakan untuk pembengunan konteks dan pemodelan cerita sejarah.
- BAB III Pembahasan : Berisi cara pembengunan
konteks dan pemodelan cerita sejarah.
- BAB IV Penutup : Berisi tentang kesimpulan,
saran-saran, daftar pustaka, dan lampiran untuk pengembangan pembengunan
konteks dan pemodelan cerita sejarah.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Konteks dan Permodelan Teks Cerita Sejarah
Konteks adalah kondisi dimana suatu kejadian itu terjadi .
Ada beberapa jenis konteks. Konteks fisik meliputi ruangan, objek nyata,
pemandangan, dan lain sebagainya. Dimensi pemilihan waktu atau tempo suatu
konteks meliputi hari dan rentetan peristiwa yang dirasakan terjadi sebelum
peristiwa komunikasi. Teks cerita sejarah merupakan karangan berbentuk narasi
atau wacana yang menceritakan peristiwa dalam kurun waktu tertentu. Narasi
tersebut dapat berisi fakta atau fiksi.
Teks sejarah merupakan peristiwa yang terjadi pada masa
lampau. Kejadian dalam peristiwa tersebut dianggap sebagai proses atau dinamika
suatu konteks historis. Sejarah termasuk ilmu empiris, karena sejarah sangat
bergantung pada pengalaman manusia. Oleh sebab itu, sejarah kerap dimasukkan
dalam ilmu kemanusiaan. Akan tetapi, sejarah berbeda dengan antropologi dan
sosiologi, sejarah membicarakan manusia dari segi waktu, seperti perkembangan
masyarakat dari suatu bentuk ke bentuk lainnya, kesinambungan yang terjadi pada
suatu masyarakat, pengulangan peristiwa yang terjadi pada masa lampau, dan
perubahan yang terjadi dalam masyarakat yang biasanya disebabkan oleh pengaruh
dari luar masyarakat itu sendiri.
Peristiwa sejarah ini bukan semata-mata cerita turun-temurun,
tetapi sebagai negara yang cerdas kita harus mampu menggali nilai dan kearifan
yang terdapat dalam sebuah cerita sejarah. Dalam menyusun teks cerita sejarah,
langkah-langkah yang dilakukan adalah mencari informasi, mengumpulkan data yang
tepat, akurat, serta autentik, kemudian di teliti secara cermat,
diinterpretasikan kemudian direkontruksi sehingga menghasilkan kisah sejarah
yang mudah dipahami.
B.
Memahami
Struktur Dan Ciri Kebahasaan Teks Cerita Sejarah
o
Struktur Teks
Cerita sejarah
Teks cerita sejarah mempunyai struktur yang
membedakannya dengan jenis karangan lainnya. Struktur teks cerita sejarah
terbagi menjadi enam, yaitu abstrak, orientasi, komplikasi, klimaks, resolusi,
dan koda atau amanat.
1. Abstrak
Abstrak adalah ringkasan atau inti cerita. Abstrak pada
sebuah teks cerita sejarah bersifat opsional. Artinya, sebuah teks cerita
sejarah bisa saja tidak melalui tahapan ini. abstrak biasanya berisi pengenalan
singkat tentang atau tokoh.
2. Orientasi
Orientasi menjadi pembuka dalam teks cerita sejarah.
Orientasi berisi pengenalan tokoh dan latar cerita. Pengenalan tokoh berkaitan
dengan pengenalan pelaku.
3. Komplikasi
Tahapan ini berisi urutan kejadian. Kejadian-kejadian itu
dihubungkan secara sebab-akibat. Peristiwa disebabkan atau menyebabkan
terjadinya pseristiwa lain.
4. Klimaks
Klimaks merupakan puncak konflik dalam sebuah teks cerita
sejarah. Pada saat klimaks inilah konflik mencapai tingkat intensitas
tertinggi.
5. Resolusi
Resolusi adalah suatu keadaan ketika konflik terpecahkan dan
menemukan penyelesaiannya. Tahapan ini ditandai dengan upaya pengarang
mengungkapkan solusi dari berbagai konflik yang dialami tokoh.
6. Koda/Amanat
Koda adalah bagian akhir dari sebuah teks cerita sejarah.
Pengarang teks cerita sejarah mempunya maksud menulis bagian koda ini, yaitu
menyuarakan pesan moral sebagai tanggapan terhadap konflik yang tejadi.
·
Ciri
Kebahasaan Teks Cerita Sejarah
Teks cerita sejarah memiliki kaidah atau ciri kebahasaan,
yaitu :
- Menggunakan
bentuk lampau (peristiwa telah terjadi).
- Menggunakan
kata kerja yang menyatakan tindakan, misalnya pergi, tidur, lari,
dan membeli.
- Penggunaan
konjungsi yang menyatakan urutan peristiwa atau kejadian,
misalnya dan, tetapi, setelah itu, dan kemudian.
Konjungsi adalah kata sambung yang menghubungkan unsur-unsur kalimat.
salah satu fungsi dari konjungsi adalah untuk menyatakan urutan peristiwa,
hal itu seperti yang tampak pada kalimat berikut.
- Soekarno
dan Hatta bersama Soebardjo kemudian ke kantor Bukanfu,
Laksamana Maeda, di Jalan Imam Bonjol No.1 .
- Setelah mendengar desas-desus Jepang bakal
bertekuk lutut, golongan muda mendesak golongan tua untuk segera
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Kata yang bergaris bawah merupakan salah satu contoh
konjungsi yang menyatakan urutan peristiwa. Selain kemudian, setelah, kata
konjungsi lain seperti selanjutnya, lalu (temporal)
- Penggunaan
fungsi keterangan yang mengungkapkan tempat, waktu dan cara. Fungsi dalam
kalimat kita sudah kenali bersama ada subjek (S), objek (O), predikat (P),
dan keterangan. Untuk fungsi keterangan ada yang menerangkan tempat, waktu
dan cara.
Teks Cerita Sejarah dibagi menjadi 2 :
- Teks Cerita Sejarah Fiksi : Teks Cerita
Sejarah yang tidak nyata.
Contoh :
- Novel
- Cerpen
- Legenda
- Roman
- Teks Cerita Sejarah Non-fiksi : Teks Cerita
Sejarah yang nyata.
Contoh :
- Biografi
- Autobiografi
- Certia Perjalanan
- Catatan Sejarah
Perbedaan teks cerita sejarah fiksi dan non-fiksi :
- Teks Cerita Sejarah Fiksi :
- Jalan
pengisahan disusun bedasarkan dunia nyata atau menurunkan pengisahanya
dari dunia nyata.
- Penggambaran
kehidupan batin seorang tokoh lebih mendalam.
- Pengembangan
kharakter tokoh tidak diungkapkan sepenuhnya.
- Menyajikan
kehidupan sesuai dengan pandangan pribadi pengarang.
- Teks
Cerita Sejarah Non-Fiksi :
- Disusun
bedasarkan data atau fakta yang objektif
- Penggambaran
tokoh ditulis lengkap bedasarkan fakta.
- Menyajikan
kehidupan sesuai dengan data atau fakta.
- Membandingkan Teks Cerita Sejarah
Menbandingkan teks cerita sejarah artinya membandingkan isi
kedua teks cerita sejrah meliputi struktur,waktu dan kronologi kejadian.
Untuk membandingkan teks cerita sejarah, dapat di lihat dari
sumber-sumber sejarah yang yang ada. Yang di maksud terdiri dari :
- Sumber Primer
Sumber primer merupakan sumber asli yang diperoleh dari para
pelaku sejarah dan saksi sejarah. Sumber primer ini diperoleh dari orang
sejaman atau orang pertama yang pernah mengalami sendiri secara langsung
peristiwa sejarah yang sesungguhnya. Untuk memperoleh sumber ini maka seorang
peneliti harus melakukan kegiatan wawancara, sehingga dapat diperoleh sejumlah
keterangan lisan terhadap obyek penelitian.
Contoh obyek penelitian sejarah adalah “Peristiwa
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia”Sumber primer yang dibutuhkan adalah para
pelaku atau saksi sejarah seperti Ir. Soekarno, Drs. Mohammad Hatta, Mr. Ahmad
Subardjo dan lain-lain. Terhadap para pelaku atau saksi tersebut maka peniliti
harus melakukan wawancara Secara langsung, sehingga dapat memperoleh keterangan
lisan mengenai peristiwa-peristiwa yang terjadi pada saat proklamasi kemerdekaan
Indonesia.
- Sumber Sekunder
Sumber sekuder merupakan keterangan lisan dari pihak kedua
yaitu orang yang tahu terjadinya peristiwa sejarah tetapi tidak pernah menjadi
pelaku. Pihak kedua ini merupakan saksi ahli yaitu orang-orang yang memiliki
keahlian tertentu.
- Penyuntingan dan Mengabstraksi Teks Cerita
Sejarah
- Penyuntingan
Arti kata menyunting menurut
KBBI adalah menyiapkan naskah siap cetak atau siap terbit dengan memperhatikan
segi sistematika penyajian, isi, dan bahasa (menyangkut ejaan, diksi atau pilihan
kata, dan struktur kalimat).
Ketika menyunting naskah, ada
beberapa aspek yang harus Anda perhatikan. Berikut adalah aspek-aspek dalam
menyunting :
- Ketepatan
penulisan huruf, kata, lambang bilangan, dan tanda baca.
- Ketepatan
penggunaan diksi atau pilihan kata.
- Keefektifan
kalimat.
- Ketepatan
struktur kalimat.
- Keterpaduan
paragraf.
Penyuntingan naskah dapat
dilakukan dengan beberapa langkah berikut :
- Penyunting
harus membaca cermat kalimat demi kalimat dalam naskah untuk menemukan kesalahan-kesalahan.
- Penyunting
membenarkan kesalahan-kesalahan yang terdapat dalam naskah.
- Penyunting
memeriksa keterpaduan antarparagraf.
- Penyunting
memeriksa kebenaran data dan teori jika ada.
- Mengabstraksi
Mengabstraksi atau Cerita
ulang (recount) atau rekon adalah teks yang menceritakan kembali
pengalaman masa lalu secara kronologis dengan tujuan untuk memberi informasi,
atau menghibur pembacanya, atau bisa keduanya.
Cerita ulang terdiri atas
tiga jenis, yaitu rekon pribadi, rekon faktual (informasional), dan rekon
imajinatif.
- Rekon
pribadi adalah cerita ulang yang memuat kejadian di mana penulisnya
terlibat secara langsung.
- Rekon
faktual (informasional) adalah cerita ulang yang memuat kejadian faktual
seperti eksperimen ilmiah, laporan polisi, dan lain-lain.
- Rekon
imajinatif adalah cerita ulang yang memuat cerita imajinatif dengan lebih
detil.
Suatu teks cerita ulang
terdiri atas tiga bagian, yaitu:
- Orientasi
: informasi yang menjawab apa?, di mana?, siapa?, kapan?, dan mengapa?
- Rentetan
peristiwa (events) : Isi cerita ulang atau Terjadinya
Peristiwa.
- Riorientasi
atau kesimpulan penulis akan kejadian-kejadian yang diceritakan ulang.
Teks cerita ulang dapat
diubah menjadi teks lain sesuai dengan kebutuhan. Proses untuk mengubah teks
cerita ulang menjadi bentuk teks lain dinamakan dengan istilah mengonversi.
Dalam mengonversi cerita ulang menjadi teks lain, yang berubah hanya model
teks, sedangkan bagian isi tetaplah sama.
- Memproduksi
Teks Cerita Sejarah
Cerita sejarah yang masih
dalam bentuk lisan atau naskah kuno yang merupakan kendala, tidak menjadi
halangan untuk memindahkan cerita sejarah ke dalam bentuk teks.
Teks cerita sejarah dapat
dibuat dengan langkah-langkah berikut :
- Bertanya
atau menggali informasi mengenai suatu peristiwa sejarah. Pencarian
inormasi ini berfungsi untuk mengumpulkan bukti-bukti sejarah berupa kata.
- Mengumpulkan
cerita-cerita mengenai sejarah tersebut. Cerita sejarah dapat mempunyai
beberapa versi, terutama berkaitan dengan unsur cerita yang sifatnya
fiktif.
- Menentukan
cerita sejarah yang akan ditulis. Dalam penentuan ini jangan melupakan
bahwa cerita sejarah mengandung fakta. Jadi ambillah cerita sejarah yang
mengandung fakta paling banyak di dalamnya.
- Membuat
urutan peristiwa dalam cerita sejarah. Urutan ini membantu Anda memahami
cerita sejarah yang terjadi.
- Membuat
narasi cerita sejarah berdasarkan informasi dan urutan peristiwa yang
telah dikumpulkan . Cerita sejarah dapat dinarasikan dengan gaya bahasa
pengarang. Pengembangan cerita sejarah tentu saja bukan pada unsur fakta,
melainkan unsur-unsur fiktifnya.
- Mengonversi
teks cerita sejarah kedalam bentuk lain
Teks cerita sejarah umumnya
berbentuk narasi. Namun, teks cerita sejarah dapat diubah kedalam bentuk lain,
misalnya teks drama dan puisi. Kegiatan mengubah ini disebut dengan konversi.
Menurut KBBI, Konversi adalah perubahan dari suatu sistem pengetahuan ke sistem
yang lain. Dengan demikian, verba mengonversi berarti mengubah atau melakukan
perubahan.
Proses yang harus dilakukan
dalam mengonversi teks cerita ulang, berikut:
- Membaca
teks ulang secara keseluruhan.
- Mencermati
pilihan kata (diksi) yang tepat dalam teks cerita ulang.
- Merangkum
isi teks cerita ulang secara menyeluruh.
- Menentukan
jenis teks apa yang digunakan sebagai konversi.
- Menulis
ulang teks cerita ulang dalam bentuk lain.
- Merevisi
bentuk teks baru jika memungkinkan ada kesalahan.
BAB III
PEMBAHASAN
A.
Ciri
Kebahasaan Teks Cerita Sejarah
Peristiwa
Rengasdengklok
- Pada
tanggal 15 Agustus 1945 sekitar pukul 22.30 malam utusan dari golongan
pemuda, Darwis dan Wikana, menemui Bung Karno di kediaman Jalan Pegangsaan
Timur No. 56 Jakarta. Wikana menyampaikan tuntutan agar Bung Karno
mengumumkan proklamasi kemerdekaan Indonesia esok hari, yaitu pada tanggal
16 Agustus 1945. Bung Karno menolak permintaan tersebut. Terjadilah
ketegangan akibat pertentangan pendapat antara golongan tua dan muda.
Wikana mengancam bahwa esok hari akan terjadi pertumpahan darah yang
dahsyat dan besar.
- Menghindari
hal-hal yang tidak diinginkan, maka pada tanggal 16 Agustus 1945, tiga
tokoh pemuda yang terdiri atas Sukarni, Yusuf Kunto, dan Singgih membawa
Bung Karno dan Bung Hatta ke Rengasdengklok, kira-kira 15 km dari
Karawang. Mereka memilih Rengasdengklok karena tempat tersebut telah
diamankan dari pengaruh Jepang oleh Komandan Kompi Subeno.
- Maksud
dan tujuan para pemuda membawa ke Rengasdengklok adalah agar Bung Karno
dan Bung Hatta mengumumkan proklamasi kemerdekaan Indonesia secepatnya.
- Bung
Karno dan Bung Hatta adalah pemimpin yang punya pendirian teguh. Beliau
tetap berpegang pada pendirian semula, tidak mau menyerah kepada kemauan
pemuda. Untunglah perbedaan pendapat tersebut dapat dijembatani oleh Mr.
Ahmad Subardjo. Mr. Ahmad Subardjo, Yusuf Kunto, dan Wikana sepakat untuk
membawa kembali kedua tokoh itu ke Jakarta guna membicarakan proklamasi
melalui sidang PPKI yang anggotanya telah ditambah dengan wakil pemuda.
- Setelah
mengetahui bahwa Somubuco dan Jendral Nasimura tidak menghalangi
proklamasi asal tidak ada pernyataan yang anti Jepang, maka dimulailah
pertemuan. Pertemuan ini dilakukan di rumah seorang pembesar angkatan laut
Jepang, Laksamana Muda Maeda, di Jalan Imam Bonjol No. 1 Jakarta.
- Informasi Setiap Paragraf
Paragraf |
Informasi
dalam Teks |
I |
·
Peristiwa yang diidentifikasi pada urutan orientasi ini adalah pertemuan
golongan pemuda denga Bung Karno di kediaman Jalan Pegangsaan Timur No. 56
Jakarta. ·
Pelaku dalam peristiwa tersebut ialah golongan muda (Darwis dan Wikana),
golongan tua dan juga Bung Karno. ·
Peristiwa tersebut terjadi pada 15 Agustus 1945 pukul 22.30. ·
Peristiwa tersebut terjadi di Indonesia. ·
Peristiwa tersebut terjadi karena proses proklamasi kemerdekaan yang ingin di
percepat. ·
Dalam peristiwa tersebut terjadi pengancaman pertumpahan darah yang dahsyat
dan besar. |
II |
·
Peristiwa yang diidentifikasi pada paragraf ini adalah pengasingan Bung Karno
dan Bung Hatta ke Rengasdengklok. ·
Pelaku dalam peristiwa tersebut yaitu golongan muda, Bung Karno dan Bung
Hatta. ·
Peristiwa tersebut terjadi untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan
yang datang dari pengaruh Jepang oleh Komandan Kompi Subeno. |
III |
·
Peristiwa tersebut bertujuan agar Bung Karno dan Bung Hatta mengumumkan
proklamasi kemerdekaan Indonesia. ·
Peristiwa tersebut melibatkan Bung Karno dan Bung Hatta. |
IV |
·
Peristiwa yang diidentifikasi yaitu dibawanya kembali Bung Karno dan Bung
Hatta untuk membicarakan proklamasi melalui siding PPKI. ·
Peristiwa tersebut melibatkan Mr. Ahmad Subardjo, Bung Karno, Bung Hatta,
Yusuf Kunto, dan Wikana. ·
Dalam peristiwa tersebut menjelaskan bahwa Bung Karno dan Bung Hatta
merupakan pemimpin yang punya pendirian teguh. |
V |
·
Peristiwa yang diidentifikasi yaitu dimulainya pertemuan yang dilakukan di
rumah pembesar AL Jepang, Laksamana Muda Maeda, di Jalan Imam Bonjol No.1
Jakarta. ·
Yang terlibat dalam peristiwa pada paragraf ini adalah Somubuco dan Nasimura,
Laksamana Muda Maeda. |
- Kronologi Peristiwa Sejarah
No. |
Waktu |
Peristiwa |
1 |
15 Agustus 1945 |
Pertemuan golongan pemuda dengan Bung Karno. |
2 |
16 Agustus 1945 |
Pengasingan Bung Karno dan Bung Hatta ke rengasdengklok. |
- Penanda Waktu Peristiwa Sejarah
Paragraf |
Penanda Waktu |
Kata dalam kalimat |
I |
Pada tanggal 15 Agustus
1945 |
Pada tanggal 15 Agustus
1945 sekitar pukul 22.30 malam utusan dari golongan pemuda, Darwis dan
Wikana, menemui Bung Karno di kediaman Jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta. |
Pada Tanggal 16 Agustus
1945 |
Wikana menyampaikan
tuntutan agar Bung Karno mengumumkan proklamasi kemerdekaan Indonesia esok
hari, yaitu pada tanggal 16 Agustus 1945. |
|
Esok hari |
Wikana mengancam bahwa esok
hari aka terjadi pertumpahan darah yang dahsyat dan besar. |
|
II |
Pada tanggal 16 Agustus
1945 |
Menghindari hal-hal yang
tidak diinginkan, maka pada tanggal 16 Agustus 1945, tiga tokoh pemuda yang
terdiri atas Sukarni, Yusuf Kunto, dan Singgih membawa Bung Karno dan Bung
Hatta ke Rengasdengklok, kira-kira 15 km dari Karawang. |
III |
Secepatnya |
Maksud dan tujuan para
pemuda membawa ke Rengasdengklok adalah agar Bung Karno dan Bung Hatta
mengumumkan proklamasi kemerdekaan Indonesia secepatnya. |
IV |
– |
– |
V |
Setelah |
Setelah mengetahui bahwa
Somubuco dan Jendral Nasimura tidak menghalangi proklamasi asal tidak ada
pernyataan yang anti Jepang, maka dimulailah pertemuan. |
- Struktur Teks Cerita Sejarah
Struktur Teks |
Kalimat dalam Teks |
Orientasi |
1.
Pada tanggal 15 Agustus 1945 sekitar pukul 22.30 malam utusan dari golongan
pemuda, Darwis dan Wikana, menemui Bung Karno di kediaman Jalan Pegangsaan
Timur No. 56 Jakarta. Wikana menyampaikan tuntutan agar Bung Karno mengumumkan
proklamasi kemerdekaan Indonesia esok hari, yaitu pada tanggal 16 Agustus
1945. Bung Karno menolak permintaan tersebut. Terjadilah ketegangan akibat
pertentangan pendapat antara golongan tua dan muda. Wikana mengancam bahwa
esok hari akan terjadi pertumpahan darah yang dahsyat dan besar. |
Urutan Peristiwa sejarah Tahap 1 |
2.
Menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, maka pada tanggal 16 Agustus 1945,
tiga tokoh pemuda yang terdiri atas Sukarni, Yusuf Kunto, dan Singgih membawa
Bung Karno dan Bung Hatta ke Rengasdengklok, kira-kira 15 km dari Karawang.
Mereka memilih Rengasdengklok karena tempat tersebut telah diamankan dari
pengaruh Jepang oleh Komandan Kompi Subeno. |
Urutan peristiwa sejarah Tahap 2 |
3.
Maksud dan tujuan para pemuda membawa ke Rengasdengklok adalah agar Bung
Karno dan Bung Hatta mengumumkan proklamasi kemerdekaan Indonesia secepatnya. |
Urutan peristiwa sejarah Tahap 3 |
4.
Bung Karno dan Bung Hatta adalah pemimpin yang punya pendirian teguh. Beliau
tetap berpegang pada pendirian semula, tidak mau menyerah kepada kemauan
pemuda. Untunglah perbedaan pendapat tersebut dapat dijembatani oleh Mr.
Ahmad Subardjo. Mr. Ahmad Subardjo, Yusuf Kunto, dan Wikana sepakat untuk
membawa kembali kedua tokoh itu ke Jakarta guna membicarakan proklamasi
melalui sidang PPKI yang anggotanya telah ditambah dengan wakil pemuda. |
Reorientasi |
5.
Setelah mengetahui bahwa Somubuco dan Jendral Nasimura tidak menghalangi
proklamasi asal tidak ada pernyataan yang anti Jepang, maka dimulailah pertemuan.
Pertemuan ini dilakukan di rumah seorang pembesar angkatan laut Jepang,
Laksamana Muda Maeda, di Jalan Imam Bonjol No. 1 Jakarta. |
- Penyuntingan Teks Cerita Sejarah
Berikut ini contoh teks yang belum di sunting!
Sejarah
Pertempuran Ambarawa
Pertempuran Ambarawa terjadi pada tgl 20
November sampai 15 Desember 1945 antara pasukan TKR melawan pasukan Sekutu.
Insiden bersenjata mulai timbul di Magelang dan meluas menjadi pertempuran
ketika tentara Sekutu dan NICA membebaskan secara sepihak pra interniran
Belanda di Magelang dan Ambarawa. Insiden ini berakhir pada tgl 2
November 1945 setlah dilakukan perundingan antara Presiden
Soekarno dan Brigadir Jenderal Bethel di Magelang.
Semntara itu,
secara diam2 pasukan Sekutu meninggalkan Magelang dan mundur
ke kota Ambarawa yaitu pada tgl 21 November 1945. Resimen Kedu
Tengah di bawah pimpinan Letnan Kolonel M. Sarbini segera mengadakan
pengejaran. Pd saat pengunduran itu, pasukan Sekutu
mencoba menunduki dua desa di sekitar Ambarawa. Dalam pertempuran
untuk membebaskan dua desa tersebut, pada tgl 26 November 1945
gugurlah Letnan Kolonel Isdiman, Komandan Resimen Banyumas. Dg gugurnya
Letnan Kolonel Isdiman maka Kolonel Soedirman, Panglima Divisi Banyumas
mengambil alih pimpinan pasukan.
Pada tanggal 12 Desember 1945 dalam waktu setengah jam
pasukan TKR berhasil mengepung kedudukan musuh dalam kota. Kota Ambarawa
dikepung selama 4 hari 4 malam. Pada tanggal 15 Desember 1945, pasukan Sekutu
meninggalkan kota Ambarawa dan mundur menuju ke Semarang.
Jika kita membaca dan mengamati teks diatas, akan ditemukan
beberapa penulisan-penulisan yang tidak sesuai dengan kaidah. Dalam menyunting
sebuah teks atau naskah, maka penyunting harus membaca terlebih dahulu teks
tersebut dan menandai kesalahan-kesalahan yang terjadi. Selain itu, penyunting
menganalisis kalimat yang ditulis, menimbang dan melihat keefektifan, diksi,
serta konsep yang tertera dalam teks tersebut. Seperti pada contoh paragraf di
atas, kita menemukan kesalahan-kesalahan yang sudah di beri tanda underline.
Berikut merupakan hasil penyuntingan berdasarkan kesalahan yang sudah ditandai.
Sejarah Pertempuran Ambarawa
Pertempuran Ambarawa terjadi pada tanggal 20 November sampai
15 Desember 1945 antara pasukan TKR melawan pasukan Sekutu. Insiden bersenjata
mulai timbul di Magelang dan meluas menjadi pertempuran ketika tentara Sekutu
dan NICA membebaskan secara sepihak para interniran Belanda di Magelang dan
Ambarawa. Insiden ini berakhir pada tanggal 2 November 1945 setelah dilakukan
perundingan antara Presiden Soekarno dan Brigadir Jenderal Bethel di Magelang.
Sementara itu, secara diam-diam pasukan Sekutu meninggalkan
Magelang dan mundur ke kota Ambarawa yaitu pada tanggal 21 November 1945.
Resimen Kedu Tengah di bawah pimpinan Letnan Kolonel M. Sarbini segera
mengadakan pengejaran. Pada saat pengunduran itu, pasukan Sekutu mencoba
menunduki dua desa di sekitar Ambarawa. Dalam pertempuran untuk membebaskan dua
desa tersebut, pada tanggal 26 November 1945 gugurlah Letnan Kolonel Isdiman, Komandan
Resimen Banyumas. Dengan gugurnya Letnan Kolonel Isdiman maka Kolonel
Soedirman, Panglima Divisi Banyumas mengambil alih pimpinan pasukan.
Pada tanggal 12 Desember 1945 dalam waktu setengah jam
pasukan TKR berhasil mengepung kedudukan musuh dalam kota. Kota Ambarawa
dikepung selama 4 hari 4 malam. Pada tanggal 15 Desember 1945, pasukan Sekutu
meninggalkan kota Ambarawa dan mundur menuju ke Semarang.
- Mengabstraksi Teks Cerita Sejarah
Berikut ini contoh mengabstraksi teks cerita
sejarah!
Peristiwa Rengasdengklok
Peristiwa bersejarah Negara Republik Indonesia,
Rengasdengklok di mulai, pada tanggal 15 Agustus 1945 sekitar pukul 22.30 malam
utusan dari golongan pemuda, Darwis dan Wikana, menemui Bung Karno di kediaman
Jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta. Wikana menyerukan agar Bung Karno dapat
mengumumkan proklamasi kemerdekaan Indonesia secepatnya esok hari, yaitu pada
tanggal 16 Agustus 1945. Namun, Bung Karno menolak permintaan tersebut. Karena
hal tersebut, terjadi ketegangan akibat pertentangan pendapat antara golongan
tua dan muda. Karena hal itu pula, Wikana mengancam bahwa esok hari akan
terjadi pertumpahan darah yang dahsyat dan besar di Indonesia.
Pihak-pihak baik dari pihak golongan muda ataupun tua mencoba
menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, maka pada tanggal 16 Agustus 1945,
tiga tokoh pemuda yaitu Sukarni, Yusuf Kunto, dan Singgih membawa Bung Karno
dan Bung Hatta ke Rengasdengklok, yang berjarak kira-kira 15 km dari Karawang.
Mereka memilih Rengasdengklok karena tempat tersebut telah diamankan dari
pengaruh Jepang oleh Komandan Kompi Subeno.
Maksud dan tujuan para pemuda membawa ke Rengasdengklok
adalah agar Bung Karno dan Bung Hatta mengumumkan proklamasi kemerdekaan
Indonesia secepatnya. Sudah banyak yang mengetahui, Bung Karno dan Bung Hatta
adalah pemimpin yang punya pendirian teguh. Beliau tetap berpegang pada
pendirian semula, tidak mau menyerah kepada kemauan pemuda. Untunglah perbedaan
pendapat tersebut dapat dijembatani oleh Mr. Ahmad Subardjo. Mr. Ahmad
Subardjo, Yusuf Kunto, dan Wikana sepakat untuk membawa kembali kedua tokoh itu
ke Jakarta guna membicarakan proklamasi melalui sidang PPKI yang anggotanya
telah ditambah dengan wakil pemuda.
Seusai sidang PPKI tersebut, pihak-pihak dari Indoensia
mengetahui bahwa Somubuco dan Jendral Nasimura tidak menghalangi proklamasi
asal tidak ada pernyataan yang anti Jepang, maka dimulailah pertemuan.
Pertemuan ini dilakukan di rumah seorang pembesar angkatan laut Jepang,
Laksamana Muda Maeda, di Jalan Imam Bonjol No. 1 Jakarta.
- Memproduksi Teks Cerita Sejarah
Produksi Teks Cerita Sejarah dapat dilihat
sebagai berikut :
Peristiwa
Rengasdengklok
Pada tanggal 15 Agustus 1945 sekitar pukul 22.30 malam utusan
dari golongan pemuda, Darwis dan Wikana, menemui Bung Karno di kediaman Jalan
Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta. Wikana menyampaikan tuntutan agar Bung Karno
mengumumkan proklamasi kemerdekaan Indonesia esok hari, yaitu pada tanggal 16
Agustus 1945. Bung Karno menolak permintaan tersebut. Terjadilah ketegangan
akibat pertentangan pendapat antara golongan tua dan muda. Wikana mengancam
bahwa esok hari akan terjadi pertumpahan darah yang dahsyat dan besar.
Menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, maka pada tanggal
16 Agustus 1945, tiga tokoh pemuda yang terdiri atas Sukarni, Yusuf Kunto, dan
Singgih membawa Bung Karno dan Bung Hatta ke Rengasdengklok, kira-kira 15 km
dari Karawang. Mereka memilih Rengasdengklok karena tempat tersebut telah
diamankan dari pengaruh Jepang oleh Komandan Kompi Subeno.
Maksud dan tujuan para pemuda membawa ke Rengasdengklok
adalah agar Bung Karno dan Bung Hatta mengumumkan proklamasi kemerdekaan
Indonesia secepatnya.
Bung Karno dan Bung Hatta adalah pemimpin yang punya
pendirian teguh. Beliau tetap berpegang pada pendirian semula, tidak mau
menyerah kepada kemauan pemuda. Untunglah perbedaan pendapat tersebut dapat
dijembatani oleh Mr. Ahmad Subardjo. Mr. Ahmad Subardjo, Yusuf Kunto, dan
Wikana sepakat untuk membawa kembali kedua tokoh itu ke Jakarta guna
membicarakan proklamasi melalui sidang PPKI yang anggotanya telah ditambah
dengan wakil pemuda.
Setelah mengetahui bahwa Somubuco dan Jendral Nasimura tidak
menghalangi proklamasi asal tidak ada pernyataan yang anti Jepang, maka
dimulailah pertemuan. Pertemuan ini dilakukan di rumah seorang pembesar
angkatan laut Jepang, Laksamana Muda Maeda, di Jalan Imam Bonjol No. 1 Jakarta.
- Mengonversi Teks Cerita Seajarah
Perhatikan teks cerita sejarah yang terdapat
pada
Teks berita tersebut dapat di konversi ke dalam
teks drama. Teks drama terdiri atas dua tipe, yaitu drama monolog dan drama
dialog. Selain itu, teks cerita sejarah tersebut dapat juga dikonversi ke
bentuk teks puisi.
- Mengonversi Teks Cerita Sejarah menjadi
Drama monolog
Peristiwa
Rengasdenglok
Bung Karno dan Bung Hatta merupakan tokoh penting dalam perjuangan
kemerdekaan Indonesia. Dua tokoh yang menjadi cerminan dari semua masyarakat.
Pemimpin yang memiliki pendirian teguh.
Dalam perjuangan kemerdekaan Negara Republik Indonesia, butuh
perjuangan yang sangat kuat dari semua golongan bangsa. Melewati perang fisik,
perang pemikiran dan juga perang batin.
Hingga akhirnya perjuangan Indonesia mencapai peristiwa
Rengasdengklok. Pada tanggal 15 Agustus 1945 sekitar pukul 22.30 malam utusan
dari golongan pemuda ( Darwis dan Wikana), menemui Bung Karno di kediaman Jalan
Pegangsaan Timur No.56 Jakarta.
(Wikana menyampaikan tuntutannya pada Bung Karno)
“Bung, lebih baik kita mengumumkan proklamasi kemerdekaan
Indonesia esok hari.”
(Bung Karno menolak permintaan tersebut).
“Tidak, kita belum siap untuk melakukan proklamasi esok
hari.”
Karena pertentangan antar keduanya pun, menyebabkan munculnya
pertentangan antara golongan muda dan tua.
(Wikana mengancam bahwa esok hari akan terjadi pertumpahan
darah yang dahsyat dan besar).
“Jika memang begitu, bersiap-siaplah besok akan terjadi
pertumpahan darah yang dahsyat dan besar di kalangan masyarakat.”
Kemudian, untuk menghindari hal-hal yang tidak di inginkan,
maka pada tanggal 16 Agustus 1945, tiga tokoh pemuda (Sukarni, Yusuf Kunto, dan
Singgih) membawa Bung Karno dan Bung Hatta ke Rengasdengklok.
(Bung Karno dan Bung Hatta merasa bingung, sehingga Bung
Karno pun bertanya).
“Mengapa kami harus di bawa ke Rengasdengklok?”
(Golongan pemuda saling memandang, hingga Sukarni pun
menjawab).
“Karena Rengasdengkloklah tempat yang paling aman dari
pengaruh Jepang oleh Komandan Kompi Subeno.”
(Bung Karno dan Bung Hatta hanya mengangguk mengerti).
Perbedaan pendapat yang sebelumnya terjadi, akhinya dapat
dijembatani oleh Mr. Ahmad Subardjo. Karena itu, Mr. Ahmad Subardjo, Yusuf Kunto
dan Wikana sepakat untuk membawa kembali kedua tokoh itu ke Jakarta untuk
membicarakan proklamasi melalui sidang PPKI yang anggotanya telah ditambah
dengan wakil pemuda.
(Mr. Ahmad Subardjo pun mengajak kedua rekannya untuk pergi
menjemput Bung Karno dan Bung Hatta).
“Baiklah, lebih baik kita segera menjemput keduanya untuk
mempercepat sidang PPKI yang akan dilaksanakan.”
(Yusuf Kunto dan Wikana mengangguk setuju, dan segera pergi).
Setelah mengetahui bahwa Somubuco dan Jendral Nasimura dari
pihak Jepang tidak menghalangi proklamasi asal tidak ada pernyataan yang anti
Jepang, maka di mulailah pertemuan. Pertemuan ini dilakukan di rumah seorang
pembesar angkatan laut Jepang, Laksamana Muda Maeda, di Jalan Imam Bonjol No.1
Jakarta
- Mengonversi Teks Cerita Sejarah dalam bentuk
puisi
SEJARAH NEGARAKU
Perjuangan bangsaku Indonesia
Melewati berjuta cucuran keringat
Kobaran semangat bangsaku
Menghapus penjajahan
Kemerdekaan bangsaku
Dititik darah penghabisan
Melewati persidangan
Menjalani keputusan
Halangan dari kaum yang kontra
Derita bangsaku
Untuk mencapai kemerdekaan
Sejarah Negaraku Indonesia
BAB IV
PENUTUP
- Kesimpulan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), teks
berarti naskah berupa kata-kata asli dari pengarang, kutipan dari kitab suci
untuk pangkat ajaran atau asalan dan bahan tertulis untuk dasar memberikan
pelajaran berpidato, atau yang lainnya. Teks cerita sejarah adalah naskah
cerita atau nasrasi rekaan yang mengandung unsur-unsur sejarah. Dalam teks
cerita sejarah, ada beberapa unsur nyata, misalnya tokoh, nama tempat dan
peristiwa.
Struktur teks cerita sejarah terdiri dari
abstrak, orientasi, komplikasi, klimaks, resolusi dan koda/amanat. Teks cerita
sejarah yang umumnya berbentuk narasi dapat di konversi ke dalam bentuk lain,
misalnya teks drama monolog/dialog dan juga teks puisi.
- Saran
Setelah membaca makalah ini , kami mengharapkan
makalah ini dapat bermanfaat bagi masyarakat luas umumnya dan pelajar. Dan
beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan pembangunan konteks dan
pemodelan teks cerita sejarah adalah:
- Struktur teks iklan
- Kebahasaan teks iklan
Terakhir kami mengharapkan makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca, dan kami juga mengharapkan kritikan dan saran yang
sifatnya membangun untuk lebih menyempurnakan isi dari makalah ini. Semoga
Tuhan selalu melimpahkan rahmatNya dan kasih sayangNya kepada kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
Sutoyo, Leo Agung. 2007. IPS 5 : Untuk Kelas 5 SD dan MI. Klaten: Sahabat.hendryanggriawan68.blogspot.com/2015/07/teks-cerita-sejarah-pengertian-struktur.html
dedd157.blogspot.com/2015/06/teks-cerita-sejarah-contoh-teks-dan.html
ahmadiyahdamayanti99.blogspot.co.id/2015/08/bahasa-indonesia_17.html
No comments:
Post a Comment