BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kerajinan merupakan budaya tradisional yang kini menjadi komoditi negara
untuk meningkatkan devisa. Diantara sejumlah kerajinan Nusantara, ada kerajinan
yang tetap mempertahankan bentuk dan ragam hias tradisionalnya, tetapi ada pula
yang telah dikembangkan sesuai dengan tuntutan pasar.
Seperti yang sudah dipelajari pada pembahasaan
sebelumnya, bahwa produk kerajinan dapat dibagi menjadi dua, yaitu produk
kerajinan dari bahan lunak maupun produk kerajinan dari bahan keras. Produk
kerajinan dari bahan keras merupakan produk kerajinan yang menggunakan bahan
dasar yang bersifat keras, contohnya dari kayu.
Negara Indonesia merupakan daerah tropis yang sebagian besar wilayahnya
diisi oleh lautan dan juga hutan. Hutan yang tersebar di banyak tempat di
Indonesia tentu menjadi keuntungan tersendiri bagi para perajin. Karya
kerajinan ukir kayu adalah karya kerajinan yang menggunakan bahan dari kayu
yang dikerjakan atau dibentuk menggunakan
tatah ukir. Kerajinan ukiran memang lebih banyak menggunakan bahan baku
kayu sebagai bahan utamanya. Kayu yang biasanya digunakan adalah: kayu jati,
mahoni, waru, sawo, nangka, dan lain-lain.
Kerajinan ukir kayu banyak diminati oleh masyarakat Indonesia, dengan
memanfaatkan motif ragam hias pada masing-masing daerah serta jenis kayu yang
berkualitas tinggi sehingga dapat menghasilkan suatu karya kerajinan yang
bernilai tinggi. Dari kerajinan bernilai tinggi tersebut dapat memungkinkan
terjadinya proses perekonomian antar
masyarakat suatu daerah sehingga meninggikan tingkat kesejahteraan
masyarakat.
Kaligrafi Islam, yang dalam juga sering
disebut sebagai kaligrafi Arab, merupakan suatu seni artistik tulisan tangan,
atau kaligrafi, serta meliputi hal penjilidan
yang berkembang di negera-negera yang umumnya memiliki warisan budaya
Islam. Bentuk seni ini berdasarkan pada tulisan Arab, yang dalam waktu lama
pernah digunakan oleh banyak umat Islam untuk menulis dalam bahasa
masing-masing. Kaligrafi adalah seni yang dihormati di antara berbagai seni
rupa Islam, karena merupakan alat utama untuk melestarikan Al-Qur'an. Penolakan
penggambaran figuratif karena dapat mengarah pada penyembahan berhala,
menyebabkan kaligrafi dan penggambaran abstrak menjadi bentuk utama ekspresi
seni dalam berbagai budaya Islam, khususnya dalam konteks keagamaan. Sebagai
contoh, kaligrafi nama Tuhan diperkenankan sementara penggambaran figuratif
Tuhan tidak diizinkan. Karya kaligrafi banyak dijadikan koleksi dan adalah hasil
seni yang dihargai.
Kaligrafi Arab, Persia dan Turki Utsmaniyah
memiliki hubungan dengan motif arabesque abstrak yang terdapat di
dinding-dinding dan langit-langit masjid maupun di halaman buku. Para seniman
kontemporer di dunia Islam menggali warisan kaligrafi mereka dan menggunakan
tulisan kaligrafi atau abstraksi dalam berbagai karya seni mereka.
1.2
Tujuan
Adapun tujuan dalam pembuatan karya kerajinan dari ukir kayu adalah sebagai
berikut:
·
Mengapresiasi keanekaragaman produk kerajinan dari bahan
keras dan wirausaha di wilayah setempat dan lainnya sebagai ungkapan rasa
bangga dan wujud rasa syukur sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa.
·
Mengidentifikasi bahan, motif hias, teknik pembuatan, dan
fungsi produk kerajinan dari bahan keras di wilayah setempat dan lainnya
berdasarkan rasa ingin tahu dan peduli lingkungan.
·
Menganalisis unsur estetika dan ergonomis produk
kerajinan dari bahan keras serta menunjukkan inovasi dalam berkarya dan
semangat kewirausahaan.
·
Merancang pembuatan produk kerajinan dari bahan keras dan
pengemasannya dengan menerapkan prinsip perencanaan produksi kerajinan serta
menunjukkan perilaku jujur, percaya diri, dan mandiri.
·
Mendesain produk dan pengemasan karya kerajinan dari
bahan keras berdasarkan konsep berkarya dengan pendekatan budaya setempat dan
lainnya berdasarkan orisinilitas ide dan cita rasa estetis diri sendiri.
·
Membuat produk kerajinan dari bahan keras di wilayah
setempat dan lainnya dengan sikap bekerja sama, gotong royong, bertoleransi,
disiplin, bertanggung jawab, kreatif dan inovatif.
·
Menganalisis keberhasilan dan kegagalan serta peluang
usaha kerajinan dari bahan keras di wilayah setempat dan lainnya dengan
memperhatikan estetika dan ergonomis produk akhir untuk membangun semangat
usaha.
1.3
Manfaat
Manfaat dari pembuatan karya kerajinan dari bahan keras adalah:
·
Menghasilkan produk-produk terbaru yang berasal dari
bahan keras
·
Mengeksplorasikan karya-karya pola motif ragam hias yang
kreatif dan inovatif
·
Memberikan ilmu dan pengalaman dalam pembuatan kerajinan
dari bahan keras yang pada nantinya ilmu dan pengalaman itu sendiri akan kita
petik hasilnya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
2.1.1 Kerajinan Bahan Keras
Kerajinan bahan keras merupakan suatu
kerajinan yang tahap pembuatannya memakai bahan yang bersifat keras.
Kerajinan merupakan budaya tradisional yang
kini menjadi komoditi negara untuk meningkatkan devisa. Di antara sejumlah
kerajinan Nusantara, ada kerajinan yang tetap mempertahankan bentuk dan ragam
hias tradisionalnya, tetapi ada pula yang telah dikembangkan sesuai dengan
tuntutan pasar. Sedangkan Kerajinan bahan keras merupakan produk
kerajinan yang menggunakan bahan dasar yang bersifat keras. Beberapa bahan yang
digunakan dalam pembuatan produk kerajinan dapat dibagi menjadi dua yaitu,
bahan keras alami dan bahan keras buatan. Dari kerajinan bahan keras ini dapat
dijadikan kerajinan – kerajinan unik yang tentunya sangat bermanfaat dan
memiliki nilai jual di pasaran.
Tahukah kita bahwa benda - benda seperti biji
- bijian, kayu bekas bahkan benda lain yang tidak berharga dengan kreatifitas
kita, benda yang tadinya tidak berguna bisa memiliki nilai seni bahkan nilai
jual.
Dari penjelasan tersebut dapat diambil
kesipulan bahwa, produk kerajinan dari bahan keras merupakan produk kerajinan
yang menggunakan bahan dasar yang bersifat keras. Beberapa bahan keras yang
digunakan dalam pembuatan produk kerajinan dapat dibagi menjadi dua.
Kerajinan bahan keras dibedakan menjadi 2 :
1)
Kerajinan Bahan Keras Alami
Kerajinan bahan keras alami merupaka suatu
kerajinan yang terbuat dari bahan baku pembuatannya yang berasal dari alam
ataupun mengalami pengolahan tidak mengakibatkan perubahan wujud benda itu.
Bahan Keras Alami amat mudah didapatkan dan relatif murah sebab beberapa bahan
bisa diambil langsung di sekitar kita.
Contohnya yaitu :
·
Kayu
·
Tulang
·
Biji – Bijian
·
Bambu
·
Batu
·
Pasir
·
Kerang
·
Rotan
2)
Kerajinan Bahan Keras Buatan
Berbeda dengan kerajinan bahan keras yang
alami, kerajinan bahan keras buatan yaitu kerajinan suatu yang bahannya sudah
mengalami pengolahan kembali.
Contoh kerajinan bahan keras buatan :
·
Besi
·
Kaca
·
Kaleng
·
Kawat
·
Logam ( Tembaga, Kuningan, Perak, Emas dan Alumunium )
·
Semen
·
Timah
Contoh kerajinan bahan keras
Berikut adalah beberapa contoh kerajinan yana terbuat dari bahan keras
·
Lemari rotan
·
Patung yang di cetak
·
Kursi kayu jati
·
Kalung dari bahan Kerang
·
Bingkai Foto
·
Cincin Emas
·
Gong
·
Angklung
·
Uang Logam
·
Meja
2.1.2 Seni Kaligrafi Islam
Berasal dari bahasa Yunani kallos berarti keindahan dan grafien
sama dengan menulis. Dalam bahasa Jepang Nihongo (日本語)
adalah seni menulis dengan indah dengan pena sebagai hiasan. Jadi Seni
Kaligrafi : seni menulis rapi dan indah, atau aksara yang sudah dibentuk dengan
menekankan keindahan yang terdapat pada bentuk-bentuk huruf yang telah
dimodifikasi atau digayakan sehingga mempunyai nilai estetika.
Dalam kebudayaan Islam merupakan salah satu bentuk keindahan
Alquran disebut seni Khath. Kaligrafi dalam bahasa kita sering diasosiasikan
terhadap tulisan Arab. Padahal tidak. Semua tulisan tangan yang indah bisa
disebut dengan kaligrafi. Mungkin karena bahasa indonesia yang tidak mempunyai
keaksaraan yang kuat, sehingga tulisan indah dalam bahasa Indonesia hampir
tidak ada (tulisan memang ada, tetapi tidak mementingkan unsur keindahan
aksara).
Sejak ditemukan kertas sebagai media, kaligrafi berkembang
sangat pesat. Di Tiongkok, Jepang dan
Erop misalnya, budaya menulis kaligrafi menjadi sebagai ciri khas para
terpelajar. Kaligrafi mengiringi kecermelangan ilmu pengetahuan saat itu.
Dengan bermodalkan sebuah kwas dan tinta, para sarjana di Tiongkok menorehkan
puisi ke selembar kertas. Catatan-catatan penting di zaman Renaissance juga
ditorehkan di dalam sebuah buku. Kini perkembangan tulis menulis sudah mulai
bergeser. Sejak memasuki era digital –dengan diperkenalkannya sistem operasi
komputer– seolah-olah kaligrafi sudah menjadi barang “jadul” nan usang. Bentuk
dan ukuran huruf (font) bisa peroleh dengan menggunakan aplikasi (software) dan
bisa di cetak dengan mesin (printer)
a.
Asal-Usul Kaligrafi
Para pakar Arab mencatat, bahwa Nabi Adam As-lah yang pertama kali
mengenal kaligrafi. Pengetahuan tersebut datang dari Allah SWT, sebagaiman firman-Nya
dalam surat al-Baqarah ayat 31:“Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama
seluruhya…“
Cerita-cerita keagamaan lainnya, misalnya saja, banyak yang percaya
bahwa bahasa atau sistem tulisan berasal dari dewa-dewa
Muncul tafsiran-tafsiran baru tentang asal-usul tulisan indah atau
kaligrafi yang lahir dari ide “menggambar” atau “lukisan” yang dipahat atau
dicoretkan pada benda-benda tertentu seperti daun, kulit, kayu, tanah, dan
batu. “
Pada mulanya tulisan tersebut berdasarkan pada gambar-gambar. Kaligrafi
Mesir Kuno yang disebut Hieroglyph berkembang menjadi Hieratik, yang
dipergunakan oleh pendeta-pendeta Mesir untuk keperluan keagamaan.
Dari huruf Hieratik muncul huruf Demotik yang dipergunakan oleh
rakyat umum selama beberapa ribu tahun.9 Tulisan yang ditemukan 3200 SM di
lembah Nil ini bentuknya tidak berupa kata-kata terputus seperti tulisan
paku,10 tetapi disederhanakan dalam bentuk-bentuk gambar sebagai simbol-simbol
pokok tulisan yang mengandung isyarat pengertian yang dimaksud. Kaligrafi bentuk
inilah yang diduga sebagai cikal bakal kaligrafi Arab
b.
Kaligrafi Masuk Indonesia
·
Muncul di Nusantara pada abad XIII setelah Islam berkembang
·
Perpaduan seni Islam dengan seni tradisional Indonesia
(Hindu-Buddha)
·
Berawal di kalangan istana kemudian menyebar ke masyarakat hingga
sekarang
c.
Macam-Macam Huruf Kaligrafi
Huruf kaligrafi terdiri dari macam-macam huruf diantaranya huruf
Hijaiyah (Arab), huruf Latin, huruf China, huruf Jepang, huruf India, huruf
Sansekerta maupun huruf Jawa, dll
Macam-Macam Gaya Tulisan Kaligrafi
Sebagai sebuah seni tulis yang bernilai seni tinggi, kaligrafi
memiliki aturan dan teknik khusus dalam teknik penulisannya. Lebih lanjut,
terdapat pula aturan-aturan terhadap pemilihan warna, bahan tulisan, medium,
hingga jenis pena. Secara teknis, kaligrafi juga sangat bergantung pada prinsip
geometri dan aturan tentang keseimbangan. Aturan keseimbangan ini secara
fundamental didukung oleh huruf alif dan titik yang menjadi penanda dan pembeda
bagi beberapa huruf Arab. Meski dalam perkembangannya muncul ratusan gaya
penulisan kaligrafi, tidak semua gaya tersebut bertahan hingga saat ini.
Setidaknya ada sembilan gaya penulisan kaligrafi yang populer yang dikenal oleh
para pecinta seni kaligrafi
1)
Kufi
Gaya
penulisan kaligrafi ini banyak digunakan untuk penyalinan Alquran periode awal.
Karena itu, gaya Kufi ini adalah model penulisan paling tua di antara semua
gaya kaligrafi. Gaya ini pertama kali berkembang di Kota Basrah dan Kufah,
Irak, yang merupakan salah satu kota terpenting dalam sejarah peradaban Islam
sejak abad ke-7 M. Gaya penulisan kaligrafi yang diperkenalkan oleh Bapak
Kaligrafi Arab, Ibnu Muqlah, memiliki karakter huruf yang sangat kaku,
patah-patah, dan sangat formal. Gaya ini kemudian berkembang menjadi lebih
ornamental dan sering dipadu dengan ornamen floral. Dari kata Kufah maka
tulisan ini dikenal dengan Kufi.
2)
Tsuluts
Seperti
halnya gaya Kufi, kaligrafi gaya Tsuluts diperkenalkan oleh Ibnu Muqlah yang
merupakan seorang menteri (wazii) di masa Kekhalifahan Abbasiyah. Tulisan
kaligrafi gaya Tsuluts sangat ornamental, dengan banyak hiasan tambahan dan
mudah dibentuk dalam komposisi tertentu untuk memenuhi ruang tulisan yang
tersedia. Karya kaligrafi yang menggunakan gaya Tsuluts bisa ditulis dalam
bentuk kurva, dengan kepala meruncing dan terkadang ditulis dengan gaya sambung
dan interseksi yang kuat. Karena keindahan dan keluwesannya ini, gaya Tsuluts
banyak digunakan sebagai ornamen arsitektur masjid, sampul buku, dan dekorasi
interior.
3)
Nasakh atau Naskhi
Pertama
kali diperkenalkan oleh seorang master kaligrafer bernama Imam Muqlah pada abad
ke-10. Kaligrafi gaya Naskhi paling sering dipakai umat Islam, baik untuk
menulis naskah keagamaan maupun tulisan sehari-hari. Gaya Naskhi termasuk gaya
penulisan kaligrafi tertua. gaya
kaligrafiini sangat populer digunakan untuk menulis mushaf Alquran sampai
sekarang.
Merupakan
modifikasi dari Thuluth dengan memperkenalkan ukuran-ukuran yang kecil dan
halus, sederhana, nyaris tanpa hiasan tambahan, sehingga mudah ditulis dan
dibaca. Karena jenis ini relatif sangat mudah dibaca dan ditulis, paling banyak
digunakan oleh para muslim dan orang Arab di belahan dunia.
4)
Ta'liq/Farisi
Ta'liq artinya
menggantung, karena tulisan gaya ini terkesan menggantung. Seperti tampak dari
namanya, kaligrafi gaya Farisi dikembangkan oleh orang Persia (Iran).Ta'liq
disebut juga Farisi, termasuk gaya tulisan yang sederhana dan digunakan sejak
awal abad ke-9 dan menjadi huruf resmi bangsa ini sejak masa Dinasti Safawi
sampai sekarang. Kaligrafi Farisi sangat mengutamakan unsur garis, ditulis
tanpa harakat, dan kepiawaian penulisnya ditentukan oleh kelincahannya
mempermainkan tebal-tipis huruf dalam ‘takaran’ yang tepat. Gaya ini banyak
digunakan sebagai dekorasi eksterior masjid di Iran, yang biasanya dipadu
dengan warna-warni arabes.
5)
Ijazah (Raihani)
Gaya
Ijazah (Raihani) merupakan perpaduan antara gaya Tsuluts dan Naskhi, yang
dikembangkan oleh para kaligrafer Daulah Usmani. Gaya ini lazim digunakan untuk
penulisan ijazah dari seorang guru kaligrafi kepada muridnya. Karakter hurufnya
seperti Tsuluts, tetapi lebih sederhana, sedikit hiasan tambahan, dan tidak
lazim ditulis secara bertumpuk (murakkab). Huruf - hurufnya agak lebih lebar
dan panjang serta ditambah dengan tanda - tanda syakal Tulisan ini adalah satu
- satunya yang paling fleksibel , elastis dan mudah dibentuk untuk disesuaikan
dengan tempat tanpa menhilangkan keasliannya.
6)
Riq’ah
Kaligrafi gaya
Riq’ah merupakan hasil pengembangan kaligrafi gaya Naskhi dan Tsuluts.
Sebagaimana halnya dengan tulisan gaya Naskhi yang dipakai dalam tulisan
sehari-hari. Riq’ah dikembangkan oleh kaligrafer Daulah Usmaniyah, lazim pula
digunakan untuk tulisan tangan biasa atau untuk kepentingan praktis lainnya.
Karakter hurufnya sangat sederhana, tanpa harakat, sehingga memungkinkan untuk
ditulis cepat.
7)
Diwani
Gaya
kaligrafi Diwani dikembangkan oleh kaligrafer Ibrahim Munif. Kemudian,
disempurnakan oleh Syaikh Hamdullah dan kaligrafer Daulah Usmani di Turki akhir
abad ke-15 dan awal abad ke-16. Gaya ini digunakan untuk menulis kepala surat
resmi kerajaan. Karakter gaya ini bulat dan tidak berharakat. Keindahan tulisannya
bergantung pada permainan garisnya yang kadang-kadang pada huruf tertentu
meninggi atau menurun, jauh melebihi patokan garis horizontalnya. Model
kaligrafi Diwani banyak digunakan untuk ornamen arsitektur dan sampul buku.
8)
Diwani Jali
Kaligrafi
gaya Diwani Jali merupakan pengembangan gaya Diwani. Gaya penulisan kaligrafi
ini diperkenalkan oleh Hafiz Usman, seorang kaligrafer terkemuka Daulah Usmani
di Turki. Anatomi huruf Diwani Jali pada dasarnya mirip Diwani, namun jauh
lebih ornamental, padat, dan terkadang bertumpuk-tumpuk. Berbeda dengan Diwani
yang tidak berharakat, Diwani Jali sebaliknya sangat melimpah. Harakat yang
melimpah ini lebih ditujukan untuk keperluan dekoratif dan tidak seluruhnya
berfungsi sebagai tanda baca. Karenanya, gaya ini sulit dibaca secara selintas.
Biasanya, model ini digunakan untuk aplikasi yang tidak fungsional, seperti
dekorasi interior masjid atau benda hias.
9)
Moalla
Walaupun belum
cukup terkenal, gaya kaligrafi Moalla merupakan gaya yang tidak standar, dan
tidak masuk dalam buku panduan kaligrafi yang umum beredar. Meski tidak begitu
terkenal, kaligrafi ini masih masuk dalam daftar jenis-jenis kaligrafi dalam
wikipedia Arab, tergolong bagian kaligrafi jenis yang berkembang di Iran.
Kaligrafi ini diperkenalkan oleh Hamid Ajami, seorang kaligrafer kelahiran
Teheran.
2.2 Aneka Produk Kerajinan dari Bahan Keras
Produk kerajinan sangat beraneka ragam. Berikut ini contoh produk
kerajinan dari bahan keras.
a.
Kerajinan Logam
Kerajinan logam menggunakan bahan logam seperti besi, perunggu, emas,
perak, dan lain-lain. Teknik yang digunakan biasanya menggunakan sistem cor,
ukir, tempa atau sesuai dengan bentuk yang diinginkan. Bahan logam banyak
dibuat sebagai perhiasan atau aksesoris, kemudian berkembang pula sebagai benda
hias dan benda fungsional lainnya, seperti: gelas, kap lampu, perhiasan, wadah
serbaguna bahkan sampai piala sebagai simbol kejuaraan. Logam memiliki sifat
keras, sehingga dalam pengolahannya memerlukan teknik yang tidak mudah, seperti
diolah dengan teknik bakar/pemanasan dan tempa.
b.
Kerajinan Kayu
Negara Indonesia merupakan daerah tropis yang sebagian besar wilayahnya
diisi oleh lautan dan juga hutan. Hutan yang tersebar di banyak tempat di
Indonesia tentu menjadi keuntungan tersendiri bagi para perajin. Karya
kerajinan ukir kayu adalah karya kerajinan yang menggunakan bahan dari kayu
yang dikerjakan atau dibentuk menggunakan tatah ukir. Kerajinan ukiran memang
lebih banyak menggunakan bahan baku kayu sebagai bahan utamanya. Kayu yang
biasanya digunakan adalah: kayu jati, mahoni, waru, sawo, nangka, dan
lain-lain.
c.
Kerajinan Bambu
Bambu dapat dijadikan berbagai produk kerajinan yang bernilai estetis dan
ekonomi tinggi. Sejak ratusan tahun lalu, orang Indonesia telah menggunakan
bambu untuk berbagai kebutuhan, mulai dari yang paling sederhana sampai yang
rumit. Sampai saat ini, bambu masih digunakan untuk keperluan tersebut. Bahkan
saat ini, produk kerajinan bambu tampil dengan desain lebih menarik dan
artistik. Beberapa teknik dalam pembuatan kerajinan bahan alam dari bambu
adalah teknik anyaman dan teknik tempel atau sambung. Anyaman Indonesia sangat
dikenal di mancanegara dengan berbagai motif dan bentuk yang menarik.
d.
Kerajinan Rotan
Rotan merupakan hasil kekayaan alam yang sangat besar di Indonesia. Pulau
yang paling banyak menghasilkan rotan adalah Kalimantan. Tumbuhan rotan
bersifat kuat dan lentur sehingga sangat cocok sebagai benda kerajinan dengan
teknik anyaman. Contoh produk kerajinan dari bahan rotan banyak digunakan pada
meja kursi, almari, tempat makanan, dan lain-lain.
e.
Kerajinan Batu
Indonesia sangat kaya dengan bebatuan, jenisnya beraneka ragam. Daerah
Kalimantan merupakan penghasil batu warna yang dinilai sangat unik. Banyak
daerah di Indonesia menjadikan bebatuan warna sebagai produk kerajinan seperti:
aksesoris pelengkap busana, juga sebagai penghias benda. Batu hitam yang keras
dan batu padas berwarna putih/cokelat yang lunak banyak dimanfaatkan untuk
produk kerajinan. Teknik pengolahan untuk batu hitam dan batu padas banyak
menggunakan teknik pahat dan teknik ukir. Kerajinan batu banyak digunakan untuk
hiasan interior dan eksterior.
f.
Kerajinan Kaca Serat (Fiberglass)
Kaca serat (fiberglass) adalah serat gelas berupa kaca cair yang ditarik
menjadi serat tipis. Serat ini dapat dipintal menjadi benang atau ditenun
menjadi kain, kondisi sudah siap pakai. Kemudian, diresapi dengan resin
sehingga menjadi bahan yang kuat dan tahan korosi. Oleh sebab, itu fiberglass
biasa digunakan sebagai badan mobil dan bangunan kapal. Dia juga digunakan
sebagai agen penguat untuk banyak produk plastik. Kerajinan fiberglass
membutuhkan beberapa campuran dalam proses pembuatannya. Campuran fiberglass
terdiri atas cairan resin (minyak resin bahan dasarnya minyak bumi dan residu),
katalis, met atau serat fiber, polish atau sabun krim silicon untuk membuat
cetakan, serta talk untuk memekatkan warna. Proses pembuatan perlu perbandingan
agar memperoleh hasil yang baik. Jika zat cair (resin dan katalis) dicampur,
akan bereaksi dari cair berubah menjadi padat dan keras, serta berwarna bening
mengilap. Berikut contoh kerajinan dari fiberglass.
2.3 Fungsi Produk Kerajinan dari Bahan Keras
Benda pakai, adalah karya kerajinan yang
diciptakan mengutamakan fungsinya. Unsur
keindahannya hanyalah sebagai pendukung.
Benda hias, adalah karya kerajinan yang dibuat
sebagai benda pajangan atau hiasan. Jenis ini
lebih menonjolkan aspek keindahan daripada aspek kegunaan atau segi
fungsinya.
2.4 Unsur Estetika dan Ergonomis Produk
Kerajinan dari Bahan Keras
Pembuatan produk kerajinan harus memperhatikan
unsur estetika dan ergonomis.
a.
Unsur Estetika
Unsur estetika sering
kita kenal dengan
istilah keindahan.
Keindahan adalah nilai-nilai
estetis yang menyertai
sebuah karya seni. Keindahan
juga diartikan sebagai
pengalaman estetis yang diperoleh
ketika seseorang mencerap
objek seni atau dapat pula
dipahami sebagai sebuah objek yang memiliki unsur keindahan. Nilai-nilai
keindahan (estetik) atau keunikan karya seni memiliki prinsip: kesatuan
(unity), keselarasan (harmoni), keseimbangan (balance), dan
kontras (contrast) sehingga
menimbulkan perasaan haru, nyaman, nikmat, bahagia, agung, ataupun rasa
senang.
b.
Unsur Ergonomis
Unsur ergonomis karya
kerajinan selalu dikaitkan
dengan aspek fungsi atau
kegunaan. Adapun unsur
ergonomis karya kerajinan adalah
seperti berikut:
·
Keamanan
(security) yaitu jaminan
tentang keamanan orang
menggunakan produk kerajinan tersebut.
·
Kenyamanan
(comfortable), yaitu kenyamanan
apabila produk kerajinan tersebut
digunakan. Barang yang
enak digunakan disebut barang terap. Produk kerajinan terapan
adalah produk kerajinan
yang memiliki nilai
praktis yang tinggi.
·
Keluwesan
(flexibility), yaitu keluwesan
penggunaan. Produk kerajinan adalah
produk terap/pakai, yaitu
produk kerajinan yang wujudnya
sesuai dengan kegunaan
atau terapannya. Produk terap/pakai
dipersyaratkan memberi
kemudahan dan keluwesan
penggunaan agar pemakai tidak mengalami kesulitan dalam
penggunaannya.
2.5 Kerajinan Bahan Baku Alami Batu
Kali ini saya ingin membahas macam-macam
kerajinan dari bahan dasar batu. Disini saya akan menjelaskan tentang kerajinan
bahan dasar batu untuk benda pakai dan benda hias, yakni:
1)
Hias
Disini, saya mengambil contoh untuk benda hias
dari bahan dasar batu, yaitu Cara Membuat Patung Batu Resin.
Banyak cara membuat patung (juga relief) batu
cetak yang bisa dilakukan, setiap pembuat patung memiliki cara masing-masing.
Bahan 'batu' yang digunakan juga berbeda-beda. Yang akan saya sampaikan disini
adalah cara membuat batu cetak dengan bahan resin atau sering disebut batu
fiber.
Prinsip dan tujuan pembuatan patung batu cetak
adalah membuat "patung batu" menggunakan teknik cetak supaya waktu
penyelesaian bisa lebih cepat dengan bentuk yang tidak berubah alias bentuknya
sama. Sehingga teknik ini cocok untuk membuat reproduksi patung batu dalam
jumlah banyak. Dengan kata lain, untuk melayani pesanan pembuatan patung batu
dengan kuantitas atau jumlah besar.
Teknik membuat patung batu inilah yang banyak
diaplikasi oleh pengrajin patung batu di Borobudur, Muntilan, Prambanan, juga
di Bantul Jogja untuk membuat patung Buddha, relief Candi Borobudur dan
Prambanan, replika stupa, replika candi dan patung dewa Hindu - Buddha.
Bahan yang digunakan:
·
Serbuk atau Mill Batu. Mill batu adalah batu yang sudah
digiling menjadi serbuk batu. Jadi bahan utamanya tetap batu (bukan semen atau
pasir).
·
Resin. Bahan resin berfungsi untuk mengikat serbuk batu
sehingga bisa disatukan menjadi bentuk tertentu.
·
Talk bubuk (talc powder). Talk digunakan sebagai bahan
finishing.
·
Cairan Katalis untuk membuat semua komponen bahan menjadi
'bekerja'. Dalam hal ini patung yang dicetak menjadi kering.
·
Cobalt sebagai akselerator mempercepat pengeringan.
·
MAA untuk melapisi permukaan cetakan.
·
Fiberglass Mat untuk tulangan/perkuatan.
Alat yang digunakan:
·
Cetakan. Bisa terbuat dari silikon, resin fiber, sealant,
atau cetakan yang lain.
·
Sarungtangan
·
Masker
·
Kayu dan alas untuk mencampur adonan.
·
Kuas
·
Sikat
·
pisau dan sejenisnya.
Proses dan Cara membuat:
Proses mencetak:
·
Siapkan cetakan. Dalam penjelasan cara membuat batu cetak ini kita akan
menggunakan cetakan silikon. Cetakan silikon kita pilih karena memiliki banyak
keunggulan.
·
Bersihkan permukaan cetakan dengan kuas atau sikat lembut secara perlahan
supaya tidak sampai cacat. Dengan menggunakan kuas, olesi permukaan cetakan
dengan MAA supaya nantinya cetakan tidak lengket atau mudah dilepas.
·
Buat adonan / campuran bahan untuk isian patung (cor) dengan komposisi, 1
bagian resin dan 5 bagian mill. Untuk membuat patung batu hitam (batu candi)
gunakan mill batu hitam dan untuk patung batu putih gunakan mill batu putih.
·
Untuk memulai, tambahkan cairan katalis secukupnya lalu aduk adonan mill
dan resin sampai benar-benar tercampur.
·
Prinsip pemakaian katalis adalah semakin banyak katalis, semakin cepat
kering adonannya. Perlu latihan berulang-ulang supaya menemukan takaran dan
tekanan saat mencampur dengan pas. Resin memiliki sifat plastik, sehingga
terlalu banyak resin, permukaan patung
yang dihasilkan akan terlihat mengkilat, sebaliknya terlalu sedikit
resin dan terlalu lemah mengaduk, membuat patung mudah patah (bhs.jawa-
mripil).
·
Isikan adonan resin dan mill kedalam cetakan. Masukkan dengan tangan dengan
hati-hati dan teliti supaya semua bagian cetakan terisi.
·
Gunakan bahan penguat atau tulangan untuk bentuk-bentuk rawan atau yang
berukuran besar supaya nantinya patung tidak mudah patah. Bisa gunakan
fiberglass mat, besi, atau bahan yang lain.
·
Untuk mempercepat pengeringan, bisa digunakan cairan cobalt (dicampurkan
saat membuat adonan).
·
Diamkan, tunggu sampai kering dan keluarkan hasil cetakan patung dari
cetakan.
Proses Revisi dan Finishing:
·
Ketidakrapian saat menyiapkan cetakan dan mengisikan
adonan kedalam cetakan biasanya akan membuat patung hasil cetakan tidak rapi.
Garis cetakan terekam terlihat jelas, banyak lubang dan banyak sisa kotoran
adonan yang mengering dan menempel pada patung. Untuk itu diperlukan proses
revisi untuk merapikan. Gunakan kuas, sikat, pisau atau apa saja yang bisa
digunakan.
·
Patung yang baru keluar dari cetakan memiliki warna hitam
kelam (warna batu basah). Untuk membuat patung nampak seperti patung batu alam
yang asli, taburkan bubuk talk ke seluruh permukaan patung.
·
Patung batu cetak telah selesai dibuat. Untuk
kelengkapannya, biasanya ditambahkan alas karet (rubber pad) pada bagian alas.
Catatan Penting:
·
Gunakan masker dan sarung tangan karena bahan adonan
resin dan mill batu mengeluarkan bau menyengat dan apabila terlalu lama
bersentuhan dengan kulit mengakibatkan iritasi.
·
Fiberglass mat kalau bersentuhan langsung dengan kulit
akan menyebabkan rasa gatal.
Alat dan Bahan :
-
Batu Herbal
-
Pahat atau Obeng
-
Cat
Proses pembuatan
1.
Kita harus menyiapkan alat-lalat dan bahan yang di
perlukan.
2.
Siap kan sebuah batu herbal yang sudah di potong sesuai
bentuk yang di ingin kan.
3.
Buatkan sketsa di atas batu tersebut agar dapat mempermudah
proses pembentukan gambar.
4.
Setelah itu gunakan pahat atau bisa juga menggunakan obeng untuk mengukir
bentuk dari sketsa tadi.
5.
Bagian yang telah di beri gambar biar kan seperti bentuk
semula.
6.
Lalu Bagian yg di pahat atau di keruk yaitu bagian dasar
dari sketsa.
7.
Setelah itu Bentuk dan ukir dengan perlahan agar tidak
mengenai gambar.
8.
Setelah proses pembuatan gambar selesai.
9.
Lalu amplas permukaan dasar agar menjadi halus.
10.
Kemudian cat bentuk sketsa yang telah kita buat tadi.
11.
Bisa menggunakan cat tembok ataupun cat kayu.
12.
Cat hingga merata tapi, berikan warna yang berbeda pada
dasar gambar agar lebih terlihat jelas bentuk ukiran nya.
13.
Setelah itu jemur batu tersebut hingga cat nya mengering,
jika sudah kering berikan lubang di bangian belakang batu untuk menggantung
batu kaligrafi tersebut.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dengan makalah ini banyak manfaat yang bisa
diambil seperti untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang kerajinan dari
bahan keras. Untuk mengetahui aspek apa saja yang diperlukan dalam memasarkan
produk kerajinan yang dibuat. Fungsi kerajinan kali grafi dari batu sangat
banyak diminati oleh para konsumennya. Maka itu kerajinan kali grafi dari batu merupakan
produksi kerajinan yang sangat fungsional.
3.2 Saran
Kita sudah mengetahui bagaimana rumah
kerajinan produksi kali grafi dari batu itu berjalan. Dengan hal itu kita bisa
lebih mengeksplorasi dan mengetahui bagaimana cara mereka bekerja. Kita juga
bisa memulai atau mengancang-ancang jika kita ingin membuat produksi kerajinan
yang sama.
No comments:
Post a Comment