KUMPULAN MAKALAH : MAKALAH PERNAPASAN (PENYAKIT EMFISEMA)

Friday, April 2, 2021

MAKALAH PERNAPASAN (PENYAKIT EMFISEMA)

 

KATA PENGANTAR

 

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan Makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga Makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.

            Harapan saya semoga Makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca.

Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

 

Karawang, 30 Januari 2021

 

 Penulis,

 

 

 

 

 

 

ii

 
 


DAFTAR ISI

 

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................... ii

DAFTAR ISI............................................................................................................................................................ iii

 

BAB I

PENDAHULUAN............................................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang.......................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................... 2

1.3 Tujuan........................................................................................................................ 2

 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................................. 3

2.1 Pengertian Emfisema Paru....................................................................................... 3

2.2 Epidemiologi Emfisema Paru................................................................................... 4

2.3 Etiologi Emfisema Paru............................................................................................ 4

2.4 Tanda dan Gejala Emfisema Paru.......................................................................... 6

2.5 Patofisiologi Emfisema Paru.................................................................................... 6

2.6 Komplikasi dan Prognosis Emfisema Paru............................................................ 7

2.6.1 Komplikasi ............................................................................................................. 7

2.6.2 Prognosis................................................................................................................. 7

2.7 Pengobatan Emfisema Paru..................................................................................... 7

2.8 Pencegahan Emfisema paru..................................................................................... 7

 

BAB III

PENUTUP........................................................................................................................ 9

3.1 Kesimpulan................................................................................................................ 9

3.2 Saran........................................................................................................................... 9

iii

 
 



BAB I

PENDAHULUAN

 

1.1 Latar Belakang

Emfisema tergabung dalam Penyakit Paru Obstruktif Kronik yang merupakan salah satu kelompok penyakit yang menjadi masalah kesehatan di Indonesia.Pada Survei Kesehatan Rumat Tangga (SKRT) 1986 emfisema menduduki peringkat ke-5 sebagai penyebab kesakitan terbanyak dari 10 penyebab kesakitan utama. SKRT DepKes RI menunjukkan angka kematian karena emfisema menduduki peringkat ke-6 dari 10 penyebab tersering kematian di Indonesia. Penyakit emfisema di Indonesia meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah orang yang menghisap rokok, dan pesatnya kemajuan industri.

Di negara-negara barat, ilmu pengetahuan dan industri telah maju dengan mencolok tetapi menimbulkan pula pencemaraan lingkungan dan polusi. Ditambah lagi dengan masalah merokok yang dapat menyebabklan penyakit bronkitis kronik dan emfisema.Di Amerika Serikat kurang lebih 2 juta orang menderita .Emfisema menduduki peringkat ke-9 diantara penyakit kronis yang dapat menimbulkan gangguan aktifitas. Emfisema terdapat pada 65% laki-laki dan 15% wanita.

Emfisema merupakan suatu perubahan anatomis paru yang ditandai dengan melebarnya secara abnormal saluran udara bagian distal bronkus terminal, yang disertai kerusakan dinding alveolus. Rokok adalah penyebab utama timbulnya emfisema paru. Biasanya pada pasien perokok berumur 15-25 tahun. Pada umur 25-35 tahun mulai timbul perubahan pada saluran napas kecil dan fungsi paru. Umur 35-45 tahun timbul batuk yang produktif. Pada umur 45-55 tahun terjadi sesak napas, hipoksemia, dan perubahan spirometri. Pada umur 55-60 tahun sudah ada kor-pulmonal yang dapat menyebabkan kegagalan napas dan meninggal dunia.

Saat ini Indonesia menjadi salah satu produsen dan konsumen rokok tembakau serta menduduki urutan kelima setelah negara dengan konsumsi rokok terbanyak di dunia, yaitu China mengkonsumsi 1.643 miliar batang rokok per tahun, Amerika Serikat 451 miliar batang setahun, Jepang 328 miliar batang setahun, Rusia 258 miliar batang setahun, dan Indonesia 215 miliar batang rokok setahun. Kondisi ini memerlukan perhatian semua fihak khususnya yang peduli terhadap kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.Atas dasar itulah, kami membahas lebih lanjut mengenai emfisema yang merupakan salah satu bagian dari PPOK khususnya mengenai Asuhan Keperawatan pada Klien Emfisema. Sehingga diharapkan perawat mampu memberikan asuhan keperawatan yang tepat pada klien emfisema.

 

1.2 Rumusan Masalah

a)        Apa yang dimaksud emfisema paru?

b)        Bagaimana epidemiologi emfisema paru?

c)        Bagaimana etiologi emfisema paru?

d)        Bagaimana tanda dan gejala emfisema paru?

e)        Apa saja komplikasi dan prognosis emfisema paru?

f)         Bagaimana pengobatan emfisema paru?

g)        Bagaimana pencegahan emfisema paru?

h)        Bagaimana gambaran pathway emfisema paru?

i)         Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan emfisema paru?

 

1.3 Tujuan

Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan konsep emfisema paru

a)      Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian emfisema paru

b)      Mahasiswa mampu menjelaskan epidemiologi emfisema paru

c)      Mahasiswa mampu menjelaskan etiologi emfisema paru

d)      Mahasiswa mampu menjelaskan tanda dan gejala emfisema paru

e)      Mahasiswa mampu menjelaskan patofisiologi emfisema paru

f)       Mahasiswa mampu menjelaskan komplikasi dan prognosis emfisema paru

g)      Mahasiswa mampu menjelaskan pengobatan emfisema paru

h)      Mahasiswa mampu menjelaskan pencegahan emfisema paru

i)       Mahasiswa mampu menggambarkan pathway emfisema paru

j)       Mahasiswa mampu menjelaskan asuhan keperawatan pada pasien dengan emfisema paru

 

Text Box: 2
 


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

 

2.1 Pengertian Emfisema Paru

Emfisema merupakan gangguan pengembangan paru-paru yang ditandai oleh pelebaran ruang udara di dalam paru-paru disertai destruksi jaringan. Emfisema adalah suatu penyakit paru obstruktif kronis yang ditandai dengan pernafasan yang pendek yang disebabkan oleh kesulitan untuk menghembuskan seluruh udara keluar dari paru-paru karena tekanan udara yang berlebihan dari kantung udara di dalam paru-paru (alveoli). Normalnya ketika bernafas, alveoli mengembang ketika udara masuk untuk pertukaran gas antara alveoli dan darah. Sewaktu menghembuskan nafas, jaringan elastis di alveoli menyebabkan alveoli kembali menguncup, memaksa udara untuk keluar dari paru-paru melalui saluran pernafasan. Pada emfisema, hilangnya elastisitas yang demikian karena kerusakan akibat bahan kimia dari asap tembakau atau polutan yang menyebabkan alveoli berekspansi terus menerus dan udara tidak dapat keluar sama sekali. Ketika jaringan kehilangan elastisitasnya pada saluran pernafasan kecil di atas alveoli, hal ini menyebabkan terjadinya pengempisan saluran pernafasan, yang lebih lanjut lagi dapat membatasi udara mengalir keluar. Pada kasus berat, hal ini dapat menyebabkan pelebaran rongga dada, yang dikenal dengan nama barrel chest. Orang yang menderita emfisema biasanya bernafas dengan mengerutkan bibir karena bibir hanya sedikit terbuka ketika mereka menghembuskan nafas, meningkatkan tekanan pada saluran pernafasan yang mengempis dan membukanya, membiarkan udara yang terperangkap agar dapat dikosongkan. Pengobatan seperti bronkoldilator dan kortikosteroid, tersedia untuk membantu mengurangi gejala. Berhenti merokok adalah satu-satunya cara untuk mencegah kerusakan lebih lanjut dari kondisi ini.

 

 

 

Terdapat tiga tipe emfisema:

a.         Emfisema sentriolobular

Merupakan tipe yang sering muncul dan memperlihatkan kerusakan bronkiolus, biasanya pada daerah paru-paru atas. Inflamasi merambah sampai bronkiolus tetapi biasanya kantung alveolus tetap bersisa.

 

b.        Emfisema panlobular (panacinar)

Merusak ruang udara pada seluruh asinus dan umunya juga merusak paru-paru bagian bawah. Tipe ini sering disebut centriacinar emfisema, sering kali timbul pada perokok. Panacinar timbul pada orang tua dan pasien dengan defisiensi enzim alfa-antitripsin.

c.         Emfisema paraseptal

Merusak alveoli lobus bagian bawah yang mengakibatkan isolasi blebs (udara dalam alveoli) sepanjang perifer paru-paru. Paraseptal emfisema dipercaya sebagai sebab dari pneumothorax spontan.

 

2.2 Epidemiologi Emfisema Paru

Di Amerika Serikat kurang lebih 2 juta orang menderita emfisema. Emfisema menduduki peringkat ke-9 diantara penyakit kronis yang dapat menimbulkan gangguan aktifitas. Emfisema terdapat pada 65% laki-laki dan 15% wanita.

Data epidemiologis di Indonesia sangat kurang. Nawas dkk melakukan penelitian di poliklinik paru RS Persahabatan Jakarta dan mendapatkan prevalensi PPOK sebanyak 26%, kedua terbanyak setelah tuberkulosis paru (65%). Di Indonesia belum ada data mengenai emfisema paru.

 

2.3 Etiologi Emfisema Paru

1.                  Merokok

Merokok merupakan penyebab utama emfisema. Terdapat hubungna yang erat antara merokok dan penurunan volume ekspirasi paksa (FEV) (Nowak, 2004).

Text Box: 4
 


2.                  Keturunan

Belum diketahui jelas apakan faktor keturunan berperan atau tidak pada emfisema kecuali pada penderita dengan defisiensi enzim alfa 1 antitripsin. Kerja enzim ini menetralkan enzim proteolitik yang sering dikeluarkan pada peradangan dan merusak jaringan, termasuk jaringan paru, karena itu kerusakan jaringan lebih jauh dapat dicegah. Defisiensi alfa 1 antitripsin adalah satu kelainan yang diturunkan secara autosom resesif. Orang yang sering menderita emfisema paru adalah penderita yang memiliki gen S atau Z. Emfisema paru akan lebih cepat timbul bila penderita tersebut merokok.

3.                  Infeksi

Infeksi dapat menyebabkan kerusakan paru lebih hebat sehingga gejala-gejalanya pun menjadi lebih berat. Infeksi saluran pernafasan atas pada seorang penderita bronkhitis kronis hampir selalu melipatkan infeksi paru bagian bawah, dan menyebabkan kerusakan paru bertambah. Eksaserbasi bronkhitis kronis disangka paling sering diawali dengan infeksi virus, yang kemudian menyebabkan infeksi sekunder oleh bakteri.

 

4.                  Hipotesis Elastase-Antielastase

Di dalam paru terdapat keseimbangan antara enzim proteolitik elastase dan antielastase agar tidak terjadi kerusakan jaringan. Perubahan keseimbangan antara keduanya akan menimbulkan kerusakan pada jaringan elastis paru. Struktur paru akan berubah dan timbulah emfisema. Sumber elastase yang penting adalah pankreas, sel-sel PMN, dan makrofag alveolar (pulmonary alveolar macrophag-PAM). Rangsangan pada paru antara lain asap rokok dan infeksi menyebabkan elastase bertambah banyak. Aktivitas sistem antielastase, yaitu sistem enzim alfa 1-protease-inhibitor terutama enzim alfa 1-antitripsin menjadi menurun. Akibat yang ditimbulkan karena tidak ada lagi keseimbangan antara elastase dan antielastase akan menimbulkan kerusakan jaringan elastis paru dan kemudian emfisema.

 

5.                  Polusi

Text Box: 5Polutan industri dan udara juga dapat menyebabkan emfisema. Insiden dan angka kematian emfisema bisa dikatakan selalu lebih tinggi di daerah yang padat industrialisasi, polusi udara seperti halnya asap tembakau, dapat menyebabkan gangguan pada silia menghambat fungsi makrofag alveolar. Sebagai faktor penyebab penyakit, polusi tidak begitu besar pengaruhnya tetapi bila ditambh merokok resiko akan lebih tinggi.

 

2.4 Tanda dan Gejala Emfisema Paru

a.                   Sesak napas

b.                  Batuk kronis

c.                   Sering merasa gelisah

d.                  Penurunan berat badan

e.                   Sering merasa kelelahan

f.                    Berkurangnya nafsu makan

g.                  Edema

h.                  Penurunan kemampuan untuk berolahraga

 

2.5 Patofisiologi Emfisema Paru

            Emfisema merupakan kelainan dimana terjadi kerusakan pada dinding alveolus yang akan menyebabkan over distensi permanen ruang udara. Perjalanan udara akan terganggu akibat dari perubahan ini. Kesulitan selama ekspirasi pada emfisema merupakan akibat dari adanya destruksi dinding (septum) diantara alveoli, jalan napas kolaps sebagian, dan kehilangan elastisitas untuk mengerut atau recoil. Pada saaat alveoli dan septum kolaps, udara akan tertahan diantara ruang alveolus (disebut blebs) dan diantara parenkim paru-paru (disebut bullae). Proses ini akan menyebabkan meningkatkan ventilatori pada ‘dead space’ atau area yang tidak mengalami pertukaran gas atau darah.

Kerja napas meningkat dikarenakan terjadinya kekurangan fungsi jaringan paru-paru untuk melakukan pertukaran O2 dan CO2. Emfisema juga menyebabkan destruksi kapiler paru-paru, selanjutnya terjadi penurunan perfusi O2 dan penurunan ventilasi. Emfisema masih dianggap normal jika sesuai dengan usia, tetapi jika hal ini timbul pada pasien yang berusia muda biasanya berhubungan dengan bronkhitis kronis dan merokok.

Text Box: 6
 


2.6 Komplikasi dan Prognosis Emfisema Paru

2.6.1 Komplikasi

a.                   Sering mengalami infeksi ulang pada saluran pernafasan

b.                  Daya tahan tubuh kurang sempurna

c.                   Proses peradangan yang kronis di saluran napas

d.                  Tingkat kerusakan paru makin parah.

e.                   Pneumonia

f.                    Atelaktasis

g.                  Meningkatkan resiko gagal nafas pada pasien.

 

2.6.2 Prognosis

Prognosis jangka pendek maupun jangka panjang bergantung pada umur dan gejala klinis waktu berobat.

Penderita yang berumur kurang dari 50 tahun dengan :

a.                  Sesak ringan, 5 tahun kemudian akan terlihat ada perbaikan.

b.                  Sesak sedang, 5 tahun kemudian 42 % penderita akan sesak lebih berat dan meninggal.

 

2.7 Pengobatan Emfisema Paru

Jenis obat yang diberikan pada penderita emfisema paru adalah

1.                  Bronkodilaor

2.                  Terapi aerosol

3.                  Pengobatan infeksi

4.                  Kortikosteroid

5.                  oksigenisasi

 

2.8 Pencegahan Emfisema paru

a.                  Berhenti merokok.

b.                  Menghindari hal-hal yang membuat iritasi pada pernapasan seperti asap knalpot dan lain sebagainya.

c.                  Text Box: 7Berolahraga secara teratur untuk meningkatkan kapasitas paru-paru.

d.                  Menghindari diri dari udara yang dingin karena mampu menghambat pernapasan.

e.                  Makanlah makanan yang mengandung banyak nutrisi.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Text Box: 8
 


BAB III

PENUTUP

 

3.1 Kesimpulan

Emfisema merupakan gangguan pengembangan paru-paru yang ditandai oleh pelebaran ruang udara di dalam paru-paru disertai destruksi jaringan. Emfisema paru adalah suatu penyakit paru obstruktif kronis yang ditandai dengan pernafasan yang pendek yang disebabkan oleh kesulitan untuk menghembuskan seluruh udara keluar dari paru-paru karena tekanan udara yang berlebihan dari kantung udara di dalam paru-paru (alveoli).Terdapat tiga tipe emfisema yaitu  emfisema sentriolobular, Emfisema panlobular (panacinar), Emfisema paraseptal.

 

3.2 Saran

1.             Diharapkan bagi masyarakat mampu menjaga kesehatan dengan mencegah timbulnya masalah kesehatan dan mampu meningkatkan status kesehatannya.

2.             Pemerintah perlu mempermudah masyarakat dalam mengakses pelayanan kesehatan dan sarana dan prasarananya perlu ditambah.

3.             Seorang perawat harus bisa melakukan asuhan keperawatan secara professional kepada kliennya, terutama anak-anak karena tumbuh kembang mereka dapat terganggu karena adanya penyakit tesebut. Perawat juga harus mampu berperan sebagai pendidik. Dalam hal ini melakukan penyuluhan mengenai pentingnya  hal-hal yang dapat memperberat penyakit, hal-hal yang harus dihindarkan dan bagaimana cara pengobatan dengan baik.





DAFTAR PUSTAKA

 

Baughman,D.C& Hackley,J.C. 2000. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC

Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II Balai Penerbit FKUI, Jakarta 2001.

Mills,John& Luce,John M.1993. Gawat Darurat Paru-Paru.Jakarta: EGC.

Perhimpunan Dokter Sepesialis Penyakit Dalam Indonesia. Editor Kepela: Prof.Dr.H.Slamet

Suryono Spd,KE.

Soemarto,R.1994. Pedoman Diagnosis dan Terapi.Surabaya: RSUD Dr.Soetomo

Somantri,Irman. 2012. Asuhan Kesempatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan.edisi 2: Jakarta. Salemba Medika

Suradi. 2004. Peran il-ib, il-12, ifn-y, dan il-10 Terhadap Kadar Elastase mmp-9 di Paru,

Suatu Pendekatan Imunologi Patogenesis Emfisema Paru. Disertasi. Pasca Sarjana UNAIR Surabaya.

2005. Pedoman Diagnosis dan Terapi BAG/SMF Ilmu Penyakit Paru.edisi III. Rumah Sakit

 

Umum Dokter Soetomo Surabaya.

Somantri,Irman.2012.Asuhan Kesempatan pada Klien dengan Gangguan Sistem

Pernapasan.edisi 2:Jakarta.Salemba Medika


No comments:

Post a Comment