KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang
Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga
saya dapat menyelesaikan penyusunan Makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang
sangat sederhana. Semoga Makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu
acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.
Harapan saya
semoga Makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca.
Makalah ini saya akui masih banyak
kekurangan karena pengalaman yang saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu
saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang
bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Karawang, 30 Januari 2021
Penulis,
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................................................ iii
BAB I
PENDAHULUAN............................................................................................................ 1
1.1 Latar
Belakang.......................................................................................................... 1
1.2 Rumusan
Masalah..................................................................................................... 2
1.3 Tujuan........................................................................................................................ 2
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA.................................................................................................. 3
2.1 Pengertian
Emfisema Paru....................................................................................... 3
2.2
Epidemiologi Emfisema Paru................................................................................... 4
2.3 Etiologi
Emfisema Paru............................................................................................ 4
2.4 Tanda dan
Gejala Emfisema Paru.......................................................................... 6
2.5
Patofisiologi Emfisema Paru.................................................................................... 6
2.6 Komplikasi
dan Prognosis Emfisema Paru............................................................ 7
2.6.1
Komplikasi ............................................................................................................. 7
2.6.2 Prognosis................................................................................................................. 7
2.7 Pengobatan
Emfisema Paru..................................................................................... 7
2.8 Pencegahan
Emfisema paru..................................................................................... 7
BAB III
PENUTUP........................................................................................................................ 9
3.1 Kesimpulan................................................................................................................ 9
3.2 Saran........................................................................................................................... 9
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Emfisema
tergabung dalam Penyakit Paru Obstruktif Kronik yang merupakan salah satu
kelompok penyakit yang menjadi masalah kesehatan di Indonesia.Pada Survei
Kesehatan Rumat Tangga (SKRT) 1986 emfisema menduduki peringkat ke-5 sebagai
penyebab kesakitan terbanyak dari 10 penyebab kesakitan utama. SKRT DepKes RI
menunjukkan angka kematian karena emfisema menduduki peringkat ke-6 dari 10
penyebab tersering kematian di Indonesia. Penyakit emfisema di Indonesia
meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah orang yang menghisap rokok, dan
pesatnya kemajuan industri.
Di
negara-negara barat, ilmu pengetahuan dan industri telah maju dengan mencolok
tetapi menimbulkan pula pencemaraan lingkungan dan polusi. Ditambah lagi dengan
masalah merokok yang dapat menyebabklan penyakit bronkitis kronik dan
emfisema.Di Amerika Serikat kurang lebih 2 juta orang menderita .Emfisema
menduduki peringkat ke-9 diantara penyakit kronis yang dapat menimbulkan
gangguan aktifitas. Emfisema terdapat pada 65% laki-laki dan 15% wanita.
Emfisema
merupakan suatu perubahan anatomis paru yang ditandai dengan melebarnya secara
abnormal saluran udara bagian distal bronkus terminal, yang disertai kerusakan
dinding alveolus. Rokok adalah penyebab utama timbulnya emfisema paru. Biasanya
pada pasien perokok berumur 15-25 tahun. Pada umur 25-35 tahun mulai timbul
perubahan pada saluran napas kecil dan fungsi paru. Umur 35-45 tahun timbul
batuk yang produktif. Pada umur 45-55 tahun terjadi sesak napas, hipoksemia,
dan perubahan spirometri. Pada umur 55-60 tahun sudah ada kor-pulmonal yang
dapat menyebabkan kegagalan napas dan meninggal dunia.
Saat ini
Indonesia menjadi salah satu produsen dan konsumen rokok tembakau serta
menduduki urutan kelima setelah negara dengan konsumsi rokok terbanyak di
dunia, yaitu China mengkonsumsi 1.643 miliar batang rokok per tahun, Amerika
Serikat 451 miliar batang setahun, Jepang 328 miliar batang setahun, Rusia 258
miliar batang setahun, dan Indonesia 215 miliar batang rokok setahun. Kondisi
ini memerlukan perhatian semua fihak khususnya yang peduli terhadap kesehatan
dan kesejahteraan masyarakat.Atas dasar itulah, kami membahas lebih lanjut mengenai
emfisema yang merupakan salah satu bagian dari PPOK khususnya mengenai Asuhan
Keperawatan pada Klien Emfisema. Sehingga diharapkan perawat mampu memberikan
asuhan keperawatan yang tepat pada klien emfisema.
1.2 Rumusan Masalah
a)
Apa yang dimaksud emfisema
paru?
b)
Bagaimana epidemiologi emfisema paru?
c)
Bagaimana etiologi emfisema paru?
d)
Bagaimana tanda dan
gejala emfisema paru?
e)
Apa
saja komplikasi dan prognosis emfisema paru?
f)
Bagaimana pengobatan
emfisema paru?
g)
Bagaimana pencegahan emfisema paru?
h)
Bagaimana gambaran pathway emfisema paru?
i)
Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan
emfisema paru?
1.3 Tujuan
Mahasiswa mampu mengetahui dan
menjelaskan konsep emfisema paru
a) Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian emfisema paru
b) Mahasiswa mampu menjelaskan epidemiologi emfisema paru
c) Mahasiswa mampu menjelaskan etiologi emfisema paru
d) Mahasiswa mampu menjelaskan tanda dan gejala emfisema paru
e) Mahasiswa mampu menjelaskan patofisiologi emfisema paru
f) Mahasiswa mampu menjelaskan komplikasi dan prognosis emfisema paru
g) Mahasiswa mampu menjelaskan pengobatan emfisema paru
h) Mahasiswa mampu menjelaskan pencegahan emfisema paru
i) Mahasiswa mampu menggambarkan pathway emfisema paru
j) Mahasiswa mampu menjelaskan asuhan keperawatan pada pasien dengan emfisema paru
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Pengertian Emfisema Paru
Emfisema merupakan gangguan pengembangan
paru-paru yang ditandai oleh pelebaran ruang udara di dalam paru-paru disertai
destruksi jaringan. Emfisema adalah suatu penyakit paru
obstruktif kronis yang ditandai dengan pernafasan yang pendek yang disebabkan
oleh kesulitan untuk menghembuskan seluruh udara keluar dari paru-paru karena
tekanan udara yang berlebihan dari kantung udara di dalam paru-paru (alveoli).
Normalnya ketika bernafas, alveoli mengembang ketika udara masuk untuk
pertukaran gas antara alveoli dan darah. Sewaktu menghembuskan nafas, jaringan
elastis di alveoli menyebabkan alveoli kembali menguncup, memaksa udara untuk
keluar dari paru-paru melalui saluran pernafasan. Pada emfisema, hilangnya
elastisitas yang demikian karena kerusakan akibat bahan kimia dari asap
tembakau atau polutan yang menyebabkan alveoli berekspansi terus menerus dan
udara tidak dapat keluar sama sekali. Ketika jaringan kehilangan elastisitasnya
pada saluran pernafasan kecil di atas alveoli, hal ini menyebabkan terjadinya
pengempisan saluran pernafasan, yang lebih lanjut lagi dapat membatasi udara
mengalir keluar. Pada kasus berat, hal ini dapat menyebabkan pelebaran rongga
dada, yang dikenal dengan nama barrel chest. Orang yang menderita emfisema
biasanya bernafas dengan mengerutkan bibir karena bibir hanya sedikit terbuka
ketika mereka menghembuskan nafas, meningkatkan tekanan pada saluran pernafasan
yang mengempis dan membukanya, membiarkan udara yang terperangkap agar dapat
dikosongkan. Pengobatan seperti bronkoldilator dan kortikosteroid, tersedia
untuk membantu mengurangi gejala. Berhenti merokok adalah satu-satunya cara
untuk mencegah kerusakan lebih lanjut dari kondisi ini.
Terdapat tiga tipe emfisema:
a.
Emfisema
sentriolobular
Merupakan tipe
yang sering muncul dan memperlihatkan kerusakan bronkiolus, biasanya pada
daerah paru-paru atas. Inflamasi merambah sampai bronkiolus tetapi biasanya
kantung alveolus tetap bersisa.
b.
Emfisema
panlobular (panacinar)
Merusak ruang
udara pada seluruh asinus dan umunya juga merusak paru-paru bagian bawah. Tipe
ini sering disebut centriacinar emfisema, sering kali timbul pada perokok.
Panacinar timbul pada orang tua dan pasien dengan defisiensi enzim
alfa-antitripsin.
c.
Emfisema
paraseptal
Merusak alveoli
lobus bagian bawah yang mengakibatkan isolasi blebs (udara dalam alveoli)
sepanjang perifer paru-paru. Paraseptal emfisema dipercaya sebagai sebab dari
pneumothorax spontan.
2.2
Epidemiologi Emfisema Paru
Di Amerika Serikat kurang lebih 2 juta
orang menderita emfisema. Emfisema menduduki peringkat ke-9 diantara penyakit
kronis yang dapat menimbulkan gangguan aktifitas. Emfisema terdapat pada 65%
laki-laki dan 15% wanita.
Data epidemiologis di Indonesia sangat
kurang. Nawas dkk melakukan penelitian di poliklinik paru RS Persahabatan
Jakarta dan mendapatkan prevalensi PPOK sebanyak 26%, kedua terbanyak setelah
tuberkulosis paru (65%). Di Indonesia belum ada data mengenai emfisema paru.
2.3 Etiologi
Emfisema Paru
1.
Merokok
Merokok merupakan penyebab utama emfisema. Terdapat hubungna yang erat
antara merokok dan penurunan volume ekspirasi paksa (FEV) (Nowak, 2004).
2.
Keturunan
Belum diketahui jelas apakan faktor keturunan berperan atau tidak pada
emfisema kecuali pada penderita dengan defisiensi enzim alfa 1 antitripsin.
Kerja enzim ini menetralkan enzim proteolitik yang sering dikeluarkan pada
peradangan dan merusak jaringan, termasuk jaringan paru, karena itu kerusakan
jaringan lebih jauh dapat dicegah. Defisiensi alfa 1 antitripsin adalah satu
kelainan yang diturunkan secara autosom resesif. Orang yang sering menderita
emfisema paru adalah penderita yang memiliki gen S atau Z. Emfisema paru akan lebih
cepat timbul bila penderita tersebut merokok.
3.
Infeksi
Infeksi dapat menyebabkan kerusakan paru lebih hebat sehingga
gejala-gejalanya pun menjadi lebih berat. Infeksi saluran pernafasan atas pada
seorang penderita bronkhitis kronis hampir selalu melipatkan infeksi paru
bagian bawah, dan menyebabkan kerusakan paru bertambah. Eksaserbasi bronkhitis
kronis disangka paling sering diawali dengan infeksi virus, yang kemudian
menyebabkan infeksi sekunder oleh bakteri.
4.
Hipotesis Elastase-Antielastase
Di dalam paru terdapat keseimbangan antara enzim proteolitik elastase dan
antielastase agar tidak terjadi kerusakan jaringan. Perubahan keseimbangan
antara keduanya akan menimbulkan kerusakan pada jaringan elastis paru. Struktur
paru akan berubah dan timbulah emfisema. Sumber elastase yang penting adalah
pankreas, sel-sel PMN, dan makrofag alveolar (pulmonary alveolar macrophag-PAM).
Rangsangan pada paru antara lain asap rokok dan infeksi menyebabkan elastase
bertambah banyak. Aktivitas sistem antielastase, yaitu sistem enzim alfa
1-protease-inhibitor terutama enzim alfa 1-antitripsin menjadi menurun. Akibat
yang ditimbulkan karena tidak ada lagi keseimbangan antara elastase dan
antielastase akan menimbulkan kerusakan jaringan elastis paru dan kemudian
emfisema.
5.
Polusi
Polutan industri dan udara juga dapat
menyebabkan emfisema. Insiden dan angka kematian emfisema bisa dikatakan selalu
lebih tinggi di daerah yang padat industrialisasi, polusi udara seperti halnya
asap tembakau, dapat menyebabkan gangguan pada silia menghambat fungsi makrofag
alveolar. Sebagai faktor penyebab penyakit, polusi tidak begitu besar
pengaruhnya tetapi bila ditambh merokok resiko akan lebih tinggi.
2.4 Tanda dan
Gejala Emfisema Paru
a.
Sesak napas
b.
Batuk kronis
c.
Sering merasa gelisah
d.
Penurunan berat badan
e.
Sering merasa kelelahan
f.
Berkurangnya nafsu makan
g.
Edema
h.
Penurunan kemampuan untuk berolahraga
2.5
Patofisiologi Emfisema Paru
Emfisema merupakan kelainan dimana terjadi kerusakan
pada dinding alveolus yang akan menyebabkan over distensi permanen ruang udara.
Perjalanan udara akan terganggu akibat dari perubahan ini. Kesulitan selama
ekspirasi pada emfisema merupakan akibat dari adanya destruksi dinding (septum)
diantara alveoli, jalan napas kolaps sebagian, dan kehilangan elastisitas untuk
mengerut atau recoil. Pada saaat alveoli dan septum kolaps, udara akan tertahan
diantara ruang alveolus (disebut blebs) dan diantara parenkim paru-paru
(disebut bullae). Proses ini akan menyebabkan meningkatkan ventilatori
pada ‘dead space’ atau area yang tidak mengalami pertukaran gas atau
darah.
Kerja napas meningkat dikarenakan
terjadinya kekurangan fungsi jaringan paru-paru untuk melakukan pertukaran O2
dan CO2. Emfisema juga menyebabkan destruksi kapiler paru-paru,
selanjutnya terjadi penurunan perfusi O2 dan penurunan ventilasi.
Emfisema masih dianggap normal jika sesuai dengan usia, tetapi jika hal ini
timbul pada pasien yang berusia muda biasanya berhubungan dengan bronkhitis
kronis dan merokok.
2.6 Komplikasi
dan Prognosis Emfisema Paru
2.6.1 Komplikasi
a.
Sering
mengalami infeksi ulang pada saluran pernafasan
b.
Daya
tahan tubuh kurang sempurna
c.
Proses
peradangan yang kronis di saluran napas
d.
Tingkat
kerusakan paru makin parah.
e.
Pneumonia
f.
Atelaktasis
g.
Meningkatkan
resiko gagal nafas pada pasien.
2.6.2
Prognosis
Prognosis jangka pendek maupun jangka panjang bergantung pada umur
dan gejala klinis waktu berobat.
Penderita yang berumur kurang dari 50 tahun dengan :
a.
Sesak ringan, 5 tahun kemudian akan
terlihat ada perbaikan.
b.
Sesak sedang, 5 tahun kemudian 42 %
penderita akan sesak lebih berat dan meninggal.
2.7 Pengobatan Emfisema Paru
Jenis obat yang diberikan pada penderita emfisema
paru adalah
1.
Bronkodilaor
2.
Terapi aerosol
3.
Pengobatan
infeksi
4.
Kortikosteroid
5.
oksigenisasi
2.8 Pencegahan
Emfisema paru
a.
Berhenti merokok.
b.
Menghindari hal-hal yang membuat iritasi pada
pernapasan seperti asap knalpot dan lain sebagainya.
c.
Berolahraga secara teratur untuk
meningkatkan kapasitas paru-paru.
d.
Menghindari diri dari udara yang dingin karena mampu
menghambat pernapasan.
e.
Makanlah makanan yang mengandung banyak nutrisi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Emfisema merupakan gangguan pengembangan
paru-paru yang ditandai oleh pelebaran ruang udara di dalam paru-paru disertai
destruksi jaringan. Emfisema paru adalah suatu penyakit
paru obstruktif kronis yang ditandai dengan pernafasan yang pendek yang
disebabkan oleh kesulitan untuk menghembuskan seluruh udara keluar dari
paru-paru karena tekanan udara yang berlebihan dari kantung udara di dalam
paru-paru (alveoli).Terdapat tiga tipe emfisema yaitu emfisema sentriolobular, Emfisema panlobular
(panacinar), Emfisema paraseptal.
3.2 Saran
1.
Diharapkan bagi masyarakat mampu menjaga
kesehatan dengan mencegah timbulnya masalah kesehatan dan mampu meningkatkan
status kesehatannya.
2.
Pemerintah perlu mempermudah masyarakat dalam
mengakses pelayanan kesehatan dan sarana dan prasarananya perlu ditambah.
3.
Seorang
perawat harus bisa melakukan asuhan keperawatan secara professional kepada
kliennya, terutama anak-anak karena tumbuh kembang mereka dapat terganggu
karena adanya penyakit tesebut. Perawat juga harus mampu berperan sebagai
pendidik. Dalam hal ini melakukan penyuluhan mengenai pentingnya hal-hal
yang dapat memperberat penyakit, hal-hal yang harus dihindarkan dan bagaimana
cara pengobatan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Baughman,D.C& Hackley,J.C. 2000. Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta: EGC
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II Balai Penerbit FKUI,
Jakarta 2001.
Mills,John& Luce,John M.1993. Gawat Darurat Paru-Paru.Jakarta:
EGC.
Perhimpunan Dokter Sepesialis Penyakit Dalam Indonesia. Editor Kepela:
Prof.Dr.H.Slamet
Suryono Spd,KE.
Soemarto,R.1994. Pedoman
Diagnosis dan Terapi.Surabaya: RSUD Dr.Soetomo
Somantri,Irman. 2012. Asuhan
Kesempatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan.edisi
2: Jakarta. Salemba Medika
Suradi. 2004. Peran il-ib,
il-12, ifn-y, dan il-10 Terhadap Kadar Elastase mmp-9 di Paru,
Suatu Pendekatan
Imunologi Patogenesis Emfisema Paru. Disertasi. Pasca Sarjana UNAIR Surabaya.
2005. Pedoman
Diagnosis dan Terapi BAG/SMF Ilmu Penyakit Paru.edisi
III. Rumah Sakit
Umum Dokter Soetomo Surabaya.
Somantri,Irman.2012.Asuhan Kesempatan pada
Klien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan.edisi
2:Jakarta.Salemba Medika
No comments:
Post a Comment