REMEDIAL TEKNIK
PEMBUATAN SEDIAAN OBAT
“Salep”
Disusun Oleh :
Nama
NPM
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN WIRASABA PROGRAM KEAHLIAN FARMASI KLINIS
DAN KOMUNITAS
KARAWANG
2020/2021
LAPORAN TUGAS TEORI REMEDIAL TEKNIK PEMBUATAN SEDIAAN OBAT
DI SMK WIRASABA
Nama
NPM
Menyetujui :
Guru Mapel
SMK Wirasaba Karawang |
|
Kepala Prodi SMK Wirasaba Karawang |
Ahmad
Dzul Fikri Ashari. S.Farm |
|
Apt.
Sintha Rachmawati.
S.Farm |
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang
Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga
saya dapat menyelesaikan penyusunan Makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang
sangat sederhana. Semoga Makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu
acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.
Harapan saya
semoga Makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca.
Makalah ini saya akui masih banyak
kekurangan karena pengalaman yang saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu
saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang
bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Karawang, 30 Januari 2021
Penulis,
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................................................ iii
BAB I
PENDAHULUAN............................................................................................................ 1
1.1 Latar belakang.......................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................... 1
1.3 Tujuan........................................................................................................................ 2
1.4 Manfaat...................................................................................................................... 2
BAB II
PEMBAHASAN.............................................................................................................. 3
2.1 Pengertian Salep........................................................................................................ 3
2.2 Persyaratan Salep...................................................................................................... 3
2.3 Penggolongan Dasar Salep....................................................................................... 3
2.4 Kualitas Dasar Salep................................................................................................ 5
2.5 Penggolongan Menurut
Konsistensi Salep............................................................ 5
2.6 Menurut Terapeutis
Penetrasi................................................................................ 6
2.7 Ketentuan Umum Cara
Pembuatan Salep............................................................ 6
2.8 Cara Pembuatan Salep
ditinjau dari zat khasiat utamanya................................ 7
2.9. Bahan yang ditambahkan
terakhir pada suatu massa salep ............................ 11
BAB III
PENUTUP...................................................................................................................... 12
iii
3.1 Kesimpulan.............................................................................................................. 12
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Salep merupakan salah
satu bentuk sediaan farmasi yang digunakanpada kulit, yang sakit atau terluka
dimaksudkan untuk pemakaian topikal.Salep digunakan untuk mengobati penyakit
kulit yang akut atau kronis,sehingga diharapkan adanya penetrasi kedalam
lapisan kulit agar dapatmemberikan efek yang diinginkan. Salep dapat diartikan
sebagai sediaansetengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit atau
selaputlendir . Bahan obatnya larut atau terdispersi homogen dalam dasar
salepyang cocok .Salep tidak boleh berbau tengik.Kecuali dinyatakan lainkadar
bahan obat dalam salep yang mengandung obat keras atau narkotikadalah 10 %.
Sediaan salep harus
memiliki kualitas yang baik yaitu stabil, tidakterpengaruh oleh suhu dan
kelembaban kamar, dan semua zat yangdalam salep harus halus.oleh karena itu
pada saat pembuatan salepterkadang mangalami banyak masalah, salep yang harus
digerus denganhomogen, agar semua zat aktifnya dapat masuk ke pori-pori kulit
dandiserab oleh kulit.
Pelepasan obat dari
basisnya merupakan faktor penting dalamkeberhasilan terapi dengan menggunakan
sediaan salep.Pelepasan obatdari sediaan salep sangat dipengaruhi oleh sifat
kimia fisika obat sepertikelarutan, ukuran partikel dan kekuatan ikatan antara
zat aktif denganpembawanya serta untuk basis yang berbeda.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diketahui rumusan
masalah sebagai berikut.
a)
Apa
yang dimaksud dengan Salep ?
b)
Apa
saja Persyaratan Salep ?
c)
Apa
sajakah Penggolongan dasar Salep?
d)
Bagaimana
Kualitas Dasar Salep ?
e)
Apa
saja penggolongan menurut konstitensi salep ?
f)
Apa
saja penggolongan menurut terapeutis penetrasi?
g)
Bagaimana
Cara pembuatan salep ?
1.3 Tujuan
Berdasarkan perumusan masalah
diatas maka dapat diketahui tujuan dari
pembuatan makalah ini adalah sebagai
berikut.
a)
Untuk
mengetahui yang dimaksud dari salep.
b)
Untuk
mengetahui persyaratan salep.
c)
Untuk
mengetahui Penggolongan dasar salep.
d)
Untuk
mengetahui kualitas dasar salep.
e)
Untuk
mengetahui penggolongan menurut konsistensi salep.
f)
Untuk
memenuhi penggolongan menurut terapeutis penetrasi.
g)
Mengetahui
bagaimana cara pembuatan salep.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari
makalah ini adalah agar dapat dimanfaatkan sebaik mungkin sehingga dapat
memenuhi tugas farmasetik dasar yang diberikan dan sebagai sarana media
pembelajaran serta menambah wawasan pengetahuan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Salep
Menurut FI. IV, salep
adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit atau
selaput lendir.
Menurut FI III, Bahan
obatnya larut atau terdispersi homogen dalam
dasar salep yang cocok. Salep
tidak boleh berbau tengik. Kecuali dinyatakan lain kadar bahan obat dalam salep yang mengandung
obat keras atau narkotik adalah 10 %.
2.2 Persyaratan Salep
Persyaratan salep Menurut FI III, yaitu :
1.
Pemerian
: tidak boleh berbau tengik
2.
Kadar
: kecuali dinyatakan lain dan untuk salep yang mengandung obat keras atau
narkotik, kadar bahan obat adalah 10%.
3.
Dasar
salep : kecuali dinyatakan lain, sebagai
bahan dasar salep (basis salep) digunakan vaselin putih (vaselin album).
Tergantung dari sifat bahan obat dan tujuan pemakaian salep.
4.
Homogenitas
: jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lai n yang cocok,
harus menunjukkan susunan yang homogen.
5.
Penandaan
: pada etiket harus tertera “obat luar”
2.3 Penggolongan Dasar Salep
1.
Dasar
Salep Hidrokarbon
Dasar salep ini dikenal sebagai
dasar salep berlemak, antara lain vaselin putih dan salep putih. Hanya sejumlah
kecil komponen berair yang dapat dicampurkan kedalamnya. Salep ini dimaksudkan
untuk memperpanjang kontak bahan obat dengan kulit dan bertindak sebagai
pembalut penutup. Dasar salep hidrokarbon digunakan terutama sebagai emolien,
sukar dicuci, tidak mengering dan tidak tampak berubah dalam waktu lama.
Contoh : Vaselin putih, vaselin
kuning, paraffin cair, paraffin padat, minyak nabati.
2.
Dasar
Salep Serap
Dasar salep serap ini dibagi dalam 2 kelompok. Kelompok pertama
terdiriatas dasar salep yang dapat bercampur dengan air membentuk emulsi air
dalam minyak (parafin hidrofilik dan lanolin anhidrat), dan kelompok kedua
terdiri atas emulsi air dalam minyak yang dapat bercampur dengan sejumlah
larutanair tambahan (lanolin). Dasar salep ini juga berfungsi sebagai emolien.
Contoh : Adeps Lanae, Unguentum
Simplex
3.
Dasar
Salep yang dapat dicuci dengan air.
Dasar salep ini adalah emulsi minyak
dalam air, antara lain salep hidrofilik(krim). Dasar salep ini dinyatakan juga
sebagai dapat dicuci dengan air, karena
mudah dicuci dari kulit atau dilap basah sehingga lebih dapat diterima untuk
dasar kosmetika. Beberapa bahan obat dapat menjadi lebih efektif menggunakan dasar salep ini dari pada dasar
salep hidrokarbon. Keuntungan lain dari dasar salep ini adalah dapat diencerkan
dengan air dan mudah menyerap cairan yang terjadi pada kelainan dermatologik.
Contoh: Dasar salep emulsi tipe m/a
(seperti vanishing cream), emulsifying wax.
4.
Dasar
Salep Larut Dalam Air
Kelompok ini disebut juga dasar salep tak berlemak dan terdiri dari
konstituen larut air. Dasar salep jenis ini memberikan banyak keuntungannya
seperti dasar salep yang dapat dicuci dengan air dan tidak mengandung bahan tak
larut dalam air, seperti paraffin, lanolin anhidrat atau malam. Dasar salep ini
lebih tepat disebut gel.
Pemilihan dasar salep tergantung
pada beberapa faktor yaitu khasiat yang diinginkan, sifat bahan obat yang
dicampurkan, ketersediaan hayati, stabilitas dan ketahanan sediaan jadi. Dalam
beberapa hal perlu menggunakan dasar salep yang kurang ideal untuk mendapatkan
stabilitas yang diinginkan. Misalnya obat-obat yang cepat terhidrolisis, lebih
stabil dalam dasar salep hidrokarbon daripada dasar salep yang mengandung air,
meskipun obat tersebut bekerja lebih efektif dalam dasar salep yang mangandung
air.
Contoh : Poly Ethylen Glycol (PEG)
2.4 Kualitas Dasar Salep
1)
Stabil,
selama dipakai harus bebas dari inkompatibilitas, tidak terpengaruh oleh suhu
dan kelembaban kamar.
2)
Lunak,
semua zat yang ada dalam salep harus dalam keadaan halus, dan seluruh produk
harus lunak dan homogen.
3)
Mudah
dipakai.
4)
Dasar
salep yang cocok.
5)
Dapat
terdistribusi merata
2.5 Penggolongan Menurut Konsistensi
Salep
1)
Unguenta
adalah salep yang mempunyai konsistensi seperti mentega, tidak mencair pada
suhu biasa tetapi mudah dioleskan tanpa memakai tenaga.
2)
Krim
(Cream) adalah salep yang banyak mengandung air, mudah diserap kulit. Suatu
tipe yang dapat dicuci dengan air
3)
Pasta
adalah suatu salep yang mengandung lebih dari 50% zat padat (serbuk). Suatu
salep tebal karena merupakan penutup atau pelindung bagian kulit yang diberi.
4)
Cerata
adalah suatu salep berlemak yang mengandung persentase tinggi lilin (waxes),
sehingga konsistensinya lebih keras.
5)
Gelones / Spumae / Jelly adalah suatu salep yang lebih halus.
Umumnya cair dan mengandung sedikit atau tanpa lilin digunakan terutama pada
membran mukosa sebagai pelicin atau basis. Biasanya terdiri dari campuran
sederhana minyak dan lemak dengan titik lebur yang rendah
2.6 Menurut Terapeutis
Penetrasi
a.
Salep
Epidermic (Salep Penutup)
Digunakan pada permukaan kulit yang berfungsi hanya untuk
melindungi kulit dan menghasilkan efek lokal, karena bahan obat tidak
diabsorbsi. Kadang-kadang ditambahkan antiseptik, astringen untuk meredakan
rangsangan. Dasar salep yang terbaik adalah senyawa hidrokarbon (vaselin).
b.
Salep
Endodermic
Salep dimana bahan obatnya menembus ke dalam tetapi tidak melalui
kulit dan terabsorbsi sebagian. Untuk melunakkan kulit atau selaput lendir
diberi lokal iritan. Dasar salep yang baik adalah minyak lemak.
c.
Salep
Diadermic (Salep Serap).
Salep dimana bahan obatnya menembus ke dalam melalui kulit dan
mencapai efek yang diinginkan karena diabsorbsi seluruhnya, misalnya pada salep
yang mengandung senyawa Mercuri, Iodida, Belladonnae. Dasar salep yang baik
adalah adepslanae dan oleum cacao.
2.7 Ketentuan Umum Cara
Pembuatan Salep
1)
Peraturan
Salep Pertama
Zat-zat yang dapat larut dalam campuran lemak dilarutkan
kedalamnya, jika perlu dengan pemanasan.
2)
Peraturan
Salep Kedua
Bahan-bahan yang dapat larut dalam air, jika tidak ada
peraturan-peraturan lain dilarutkan lebih dahulu dalam air, asalkan air yang
digunakan dapat diserap seluruhnya oleh basis salep. Jumlah air yang dipakai
dikurangi dari basis.
3)
Peraturan Salep Ketiga.
Bahan-bahan yang sukar atau hanya sebagian dapat larut dalam lemak
dan air, harus diserbuk lebih dahulu kemudian diayak dengan pengayak B40.
4)
Peraturan
Salep Keempat
Salep-salep yang dibuat dengan jalan mencairkan, campurannya harus
digerus sampai dingin.
2.8 Cara Pembuatan Salep
ditinjau dari zat khasiat utamanya
1.
Zat padat
a. Zat padat dan larut dalam dasar salep
Camphorae
a)
Dilarutkan
dalam dasar salep yang sudah dicairkan didalam pot salep tertutup (jika tidak dilampaui
daya larutnya)
b)
Jika
dalam resepnya terdapat minyak lemak (Ol. sesami), camphorae dilarutkan lebih
dahulu dalam minyak tersebut
c)
Jika
dalam resep terdapat salol, menthol, atau zat lain yang dapat mencair jika
dicampur (karena penurunan titik eutektik), camphorae dicampurkan supaya
mencair, baru ditambahkan dasar salepnya
d)
Jika
camphorae itu berupa zat tunggal, camphorae ditetesi lebih dahulu dengan eter
atau alkohol 95%, kemudian digerus dengan dasar salepnya.
Pellidol
a)
Larut
3% dalam dasar salep, pellidol dilarutkan bersama-sama dengan dasar salepnya
yang dicairkan (jika dasar salep disaring tetapi jangan lupa harus ditambahkan
pada penimbangannya sebanyak 20% ).
b)
Jika
pellidol yang ditambahkan melebihi daya larutnya, maka digerus dengan dasar
salep yang mudah dicairkan.
Iodum
a)
Jika
kelarutannya tidak dilampaui, kerjakan seperti pada camphorae
b)
Larutkan
dalam larutan pekat KI atau NaI (seperti pada unguentum iodii dari Ph. Belanda
V)
c)
Ditetesi
dengan etanol 95% sampai larut, baru ditambahkan dasar salepnya
b. Zat padat larut dalam air
Protargol
a)
Taburkan
diatas air, diamkan ditempat gelap selama ¼ jam sampai larut
b)
Jika
dalam resep terdapat gliserin, tambahkan
gliserin tersebut, baru ditambahkan airnya dan tidak perlu ditunggu ¼
jam lagi karena dengan adanya gliserin, protargol atau mudah larut.
Colargol
a)
Dikerjakan
seperti protargol
Argentum nitrat (AgNO3)
a)
Walaupun
larut dalam air, zat ini tidak boleh dilarutkan dalam air karena akan
meninggalkan bekas noda hitam pada kulit yang disebabkan oleh terbentuknya
Ag2O, kecuali pada resep obat wasir.
Fenol/fenol
a)
Sebenarnya
fenol mudah larut dalam air, tetapi dalam salep tidak dilarutkan karena akan
menimbulkan rangsangan atau mengiritasi kulit dan juga tidak boleh diganti
dengan Phenol liquifactum (campuran fenol dan air 77-81,5% FI ed.III).
Bahan obat yang larut dalam air tetapi tidak boleh dilarutkan dalam
air, yaitu :
a)
Argentum
nitrat : stibii et kalii tartras
b)
Fenol
: oleum iocoris aselli
c)
Hydrargyri
bichloridum : zink sulfat
d)
Chrysarobin
: antibiotik (misalnya penicilin)
e)
Pirogalol
: chloretum auripo natrico.
c. Zat padat tidak larut dalam air
Umumnya dibuat serbuk halus dahulu, misalnya :
a)
Belerang
(tidak boleh diayak)
b)
Ac.
Boricum (diambil bentuk yang pulveratum)
c)
Oxydum
zincicum (diayak dengan ayakan No. 100/B40).
d. Zat Berkhasiat Berupa cairan
a) Air
a)
Terjadi
reaksi, Contohnya, jika aqua calcis bercampur dengan minyak lemak akan terjadi
penyabunan sehingga cara penggunaannya adalah dengan diteteskan sedikit demi
sedikit kemudian dikocok dalam sebuah botol bersama dengan minyak lemak, baru
dicampur dengan bahan lainnya.
b)
Tak
terjadi reaksi
Jumlah sedikit : teteskan terakhir sedikit demi sedikit
Jumlah banyak : diuapkan atau diambil bahan berkhasiatnya saja dan
berat airnya diganti dengan dasar salepnya
b) Spiritus/etanol/alkohol
a)
Jumlah
sedikit : teteskan terakhir sedikit demi sedikit
b)
Jumlah
banyak :
o
Tahan panas : Tinct. Ratanhiae, panaskan diatas tangas air sampai
sekental sirop atau sepertiga bagian.
o
Tak
tahan panas :
-
Diketahui
pembandingnya, maka diambil bagian-bagiannya saja, misalnya tinct. Iodii
-
Tak
diketahui pembandingnya, teteskan terakhir sedikit demi sedikit
-
Jika
dasar salep lebih dari 1 macam, harus diperhitungkan menurut perbandingan dasar
salepnya.
c) Cairan kental
Umumnya dimasukan
sedikit demi sedikit.Contohnya : gliserin, pix lithantratis, pix liquida,
balsem peruvianum, ichtyol, kreosot.
e. Zat Berkhasiat berupa ekstrak/extractum
a)
Extractum
sicccum /kering
Umumnya larut dalam air, maka dilarutkan dalam air, dan berat air
dapat dikurangkan dari dasar salepnya
b)
Extractum
spissum/kental
Diencerkan dahulu dengan air atau etanol
c)
Extractum
liquidum
Dikerjakan seperti pada cairan dengan alcohol yang tahan panas.
f. Bahan-bahan lain
a)
Hydrargyrum
Gerus dengan adeps lanae dalam lumpang dingin, sampai halus
(<20µg) atau gunakan resep standar, misalnya : Unguentum Hydrargyri
(Ph.Belanda V) yang mengandung 30% dan Unguentum Hydrargyri Fortio (C.M.N)
mengandung 50%
b)
Naphtolum
Dapat larut dalam sapo kalicus, larutkan dalam sapo tersebut.Jika
tidak ada sapo, dikerjakan seperti Camphorae.Mempunyai D.M/T.M untuk obat luar.
c)
Bentonit
Serbuk
halus yang dengan air akan membentuk massa seperti salep.
2.9. Bahan yang ditambahkan
terakhir pada suatu massa salep :
a)
Ichtyol
Jika ditambahkan pada massa salep yang masih panas atau digerus
terlalu lama, akan terjadi pemisahan.
b)
Balsem-balsem
dan minyak yang mudah menguap.
Balsem merupakan campuarn damar dan minyak mudah menguap ; jika
digerus terlalu lama, damarnya akan keluar.
c)
Air
Ditambahkan terakhir karena berfungsi sebagai pendingin; disamping
itu, untuk mencegah permukaan mortir menjadi licin.
d)
Gliserin
Harus ditambahkan ke dalam dasar salep yang dingin, karena tidak
bisa bercampur dengan bahan dasar salep yang sedang mencair dan harus
ditambahkan sedikit demi sedikit karena tidak mudah diserap oleh dasar salep.
e)
Marmer
album
Dimasukkan
terakhir karena dibutuhkan dalam bentuk kasar, yang akan memberikan pengaruh
percobaan pada kulit.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasaan
diatas dapat disimpulkan bahwa salep adalah sediaan sete ngah padat ditujukan
untuk pemakaian topical pada kulit atau selaput lendir. Salep tidak boleh
berbau tengik. Kecuali dinyatakan lain
kadar bahan obat dalam salep yang mengandung obat keras atau narkotik adalah 10 %. Untuk dasar
salep kecuali dinyatakan lain, sebagai bahan dasar salep (basis salep)
digunakan vaselin putih (vaselin album). Penggolongan dasar salep terdiri dari
: dasar salep hidrokarbon, dasar salep serap, dasar salep yang dapat dicuci
dengan air, dan dasar salep larut dalam air. Jikadioleskan pada sekeping kaca
atau bahan transparan lain yang cocok, harus menunjukkan susunan yang homogen
dan Penandaan pada etiket tertera “obat Luar”. Salep juga digolongkan menurut
konsistensinya yaitu : unguenta, cream, pasta, cerata, dan Jelly, ada juga
penggolongan salep menurut efek terapinya yaitu : salep penutup, salep serap,
dan salep endodermic. Cara Pembuatan salep dapat ditinjau dari zat berkhasiat
utamanya.