KATA PENGANTAR
Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas
segala rahmatNya sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai.
Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat
menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih
jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak
kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan
pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
2.1 Asal
Mula Kerajaan Tarumanegara
2.2 Kehidupan Kerajaan Tarumanega
2.3 Silsilah Raja-Raja
Tarumanegara
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada pertengahan abad ke-5 M, di daerah lembah Sungai
Citarum, Jawa Barat terdapat kerajaan bernama Tarumanegara (Kerajaan Taruma).
Tarumanegara merupakan kerajaan tertua di Jawa. Jika berita tentang Kutai kita
peroleh dari yupa, berita tentang Tarumanegara kita peroleh dari prasasti dan
berita Cina. Ada tujuh prasasti yang memuat tentang Kerajaan Tarumanegara.
Bila menilik dari catatan sejarah ataupun prasasti yang
ada, tidak ada penjelasan atau catatan yang pasti mengenai siapakah yang
pertama kalinya mendirikan kerajaan Tarumanegara. Raja
yang pernah berkuasa dan sangat terkenal dalam catatan sejarah adalah Purnawarman. Pada tahun 417 ia memerintahkan
penggalian Sungai Gomati dan Candrabaga (Kali Bekasi)
sepanjang 6112 tombak (sekitar 11 km). Selesai penggalian, sang prabu
mengadakan selamatan dengan menyedekahkan 1.000 ekor sapi kepada kaum brahmana.
Bukti keberadaan Kerajaan
Taruma diketahui dengan tujuh buah prasasti batu yang ditemukan.Lima di Bogor, satu di Jakarta dan
satu di Lebak Banten.
Dari prasasti-prasasti ini diketahui bahwa kerajaan dipimpin oleh
Rajadirajaguru Jayasingawarman pada tahun 358 M dan
beliau memerintah sampai tahun 382 M. Makam Rajadirajaguru Jayasingawarman ada
di sekitar sungai Gomati (wilayah Bekasi). Kerajaan Tarumanegara ialah kelanjutan
dari Kerajaan Salakanagara.
Makalah ini kami buat untuk
memenuhi tugas kami mata pelajaran
Sejarah Indonesia. Dan karena begitu pentingnya materi ini dan untuk menambah
pematerian, maka dengan ini kami membuat makalah sejarah Kerajaan Tarumanegara.
1.2 Tujuan Makalah
Makalah
ini dibuat dengan tujuan untuk membantu mempermudah pembelajaran, serta
melengkapi pematerian, mengetahui asal usul pendirian Kerajaan Tarumanegara,
puncak kejayaan dan masa-masa kehancuran kerajaan tarumanegara. Selain itu,
dengan tersusunnya
makalah ini semoga kita semua akan lebih banyak tahu hal–hal yang berkaiatan
dengan Tarumanegara. Dan semoga makalah ini bisa membawa manfaat seperti yang
kami harapkan.
1.3 Ruang Lingkup Materi
Ruang
lingkup dalam makalah ini adalah hal-hal yang berkenaan mengenai Kerajaan
Tarumanegara.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Asal Mula Kerajaan Tarumanegara
Kerajaan Tarumanegara berdiri pada
taahun 450 Masehi dengan raja yang memerintah Purnawarman.Kerajaan Tarumanegara
adalah kerajaan yang pernah berkuasa di wilayah yang sekarang menjadi Provinsi
Banten, Jawa Barat dan Jakarta. Kerajaan ini berdiri kira-kira pada abad ke-4
hingga abad ke-7 M, dan beribu kota di Jayasinghapura. Kerajaan Tarumanegara
adalah kelanjutan dari kerajaan Salakanagara, dan merupakan salah satu kerajaan
tertua yang ada di Indonesia.
Salakanagara,
adalah salah satu kerajaan kuno yang pernah ada di Indonesia. Bahkan, banyak
orang percaya bahwa Salakanagara merupakan kerajaan paling awal yang ada di
Nusantara.Salakanagara kemudian menjadi kerajaan besar yang beribukota di
Rajatapura.Rajatapura ini menjadi pusat pemerintahan raja-raja Dewawarman
(I-VIII) hingga tahun 362.Raja Dewawarman VIII memiliki seorang menantu bernama
Jayasingawarman.Ia adalah seorang Maharesi dari Salankayana di India yang
mengungsi ke Salakanagara karena daerahnya diserang dan ditaklukkan Maharaja
Samudragupta dari Kerajaan Maurya. Jayasingawarman inilah yang kemudian
mendirikan kerajaan baru bernama Tarumanegara.Setelah Kerajaan Tarumanegara
berdiri, pusat pemerintahan beralih dari Rajatapura ke Tarumanegara.Dan
Salakanagara hanya menjadi sebuah Kerajaan Daerah.
Bukti
keberadaan Kerajaan Tarumanegara dapat diketahui dari 7 buah prasasti batu yang
ditemukan.Lima ditemukan di Bogor, satu di Jakarta dan satu di Lebak Banten.
Ketujuh prasasti tersebut adalah :
1. Prasasti
Kebon Kopi, Bogor
2. Prasasti
Tugu, Jakarta
3. Prasasti
Cidanghiyang atau Prasasti Munjul, Banten
4. Prasasti
Ciauteun, Bogor
5. Prasasti
Muara Cianten, Bogor
6. Prasasti
Jambu, Bogor
7. Prasasti
Pasir Awi, Bogor
Dari
prasasti-prasasti itu, diketahui bahwa kerajaan Tarumanegara dibangun oleh
Rajadirajaguru Jayasingawarman pada tahun 358 M. Jayasingawarman kemudian
memerintah sampai tahun 382 M. Setelah meninggal, Jayasingawarman dimakamkan di
sekitar sungai Gomatri (wilayah Bekasi).
Selain
prasasti, bukti lain keberadaan kerajaan Tarumanegara adalah adanya berita dari
China. Orang-orang China mengatakan bahwa kerajaan Tarumanegara beberapa kali
mengirim utusan ke negeri China pada masa Dinasti Sui dan Dinasti Tang.Ini
menunjukkan bahwa Kerajaan Tarumanegara di akui oleh kekaisaran China, dan
hubungan baik telah terjamin di antara keduanya.
Kerajaan
Tarumanegara diperkirakan berkembang antara tahun 400-600 M. berdasarkan
prasasti, diketahui raja yang memerintah pada waktu itu adalah Purnawarman.Pada
saat itu, wilayah kekuasaan Kerajaan Tarumanegara menurut prasasti Tugu
meliputi hampir seluruh Jawa Barat yang membentang dari Banten, Jakarta, Bogor,
dan Cirebon.Raja Purnawarman sendiri terkenal sebagai seorang raja yang arif
dan bijaksana. Salah satu bentuk kearifannya adalah ketika pada tahun ke-22
pemerintahannya, atau tepatnya pada tahun 417 ia memerintahkan penggalian
Sungai Gomati sepanjang 6112 tombak (sekitar 11 km) yang dikerjakan dalam waktu
21 hari. Penggalian Sungai Gomati tersebut untuk menghindari bencana alam berupa
banjir di aliran Sungai Chandrabhaga yang sering terjadi pada masa
pemerintahannya, sekaligus untuk mengatasi kekeringan yang terjadi pada musim
kemarau.Usaha ini membuktikan bahwa Purnawarman penuh perhatian kepada
rakyatnya.Penggalian sungai tersebut dilakukan oleh rakyat secara
bergotong-royong dan tanpa paksaan.Pada akhir penggalian, Raja Purnawarman
kemudian memberikan hadiah seratus ekor lembu kepada para Brahmana.
2.2 Kehidupan Kerajaan
Tarumanega
Kehidupan pada masa Kerjaan
Tarumanegara terdiri dari beberapa bagian yaitu :
2.2.1 Kehidupan
Politik
Raja Purnawarman adalah raja besar yang telah
berhasil meningkatkan kehidupan rakyatnya.Hal ini dibuktikan dari prasasti Tugu
yang menyatakan raja Purnawaman telah memerintah untuk menggali sebuah
kali.Penggalian sebuah kali ini sangat besar artinya, karena pembuatan kali ini
merupakan saluran irigasi untuk memperlancar pengairan sawah–sawah pertanian
rakyat.
2.2.2 Kehidupan
Sosial
Kehidupan sosial kerajaan Tarumanegara sudah
teratur rapi, hal ini terlihat dari upaya raja Purnawarman yang terus berusaha
untuk meningkatkan kesejahteraan kehidupan rakyatnya. Raja Purnawarman juga sangat memperhatikan
kedudukan kaum Brahmana yang dianggap penting dalam melaksanakan setiap upacara
korban yang dilaksanakan di kerajaan sebagai tanda penghormatan kepada para
dewa. Lapisan masyarakat Tarumanegara di duga
terdiri dari :
a. Keluarga raja dan kaum bangsawan
(pangeran) yang memerintah kerajaan.
b. Kaum Brahmana yang memimpin upacara
agama dan mengembangkan agama Hindu.
c. Rakyat yang terdiri dari pemburu,
pedagang, petani, pelayar, penambang, peternak.
2.2.3 Kehidupan
Ekonomi
Prasasti Tugu menyatakan bahwa raja
Purnawarman memerintahkan rakyatnya untuk membuat sebuah terusan sepanjang 6122
tombak.Pembangunan terusan ini mempunyai arti ekonomis yang besar bagi
masyarakat, karena dapat dipergunakan sebagai sarana untuk mencegah banjir
serta sarana lalu lintas pelayaran perdagangan antar daerah di kerajaan Tarumanegara
dengan dunia luar, juga perdagangan daerah disekitarnya.Akibatnya, kehidupan
perekonimian masyarakat kerajaan Tarumanegara sudah teratur.
Mata pencaharian rakyat Tarumanegara di perkirakan :
1. Perburuan disimpulkan dari adanya
perdagangan cula badak dan gading gajah dengan cina.
2. Pertambangan disimpulkan dari banyaknya
perdagangan emas dan perak.
3. Perikanan disimpulkan dari adanya
perdagangan penyu, disamping menangkap penyu juga
menangkap ikan.
4. Pertanian disimpulkan dari penggalian
kali untuk mengairi sawah–sawah.
5. Perdagangan di simpulkan dari adanya
hubungan dagang dengan cina.
6. Pelayaran disimpulkan dari pengiriman
utusan ke cina.
7. Peternakan di simpulkan dari hadiah
1.000 ekor sapi dari Purnawarman
2.2.4
Kehidupan Budaya
Dilihat
dari teknik dan cara penulisan huruf–huruf dari prasasti–prasasti yang
ditemukan sebagai titik kebesaran kerajaan Tarumanegara, dapat diketahui dapat
tingkat kebudayaaan masyarakat pada masa itu sudah tinggi. Selain sebagai
peninggalan budaya, keberadaan prasasti–prasasti tersebut menunjukkan telah
berkembangnya kebudayaan tulis menulis di kerajaan Tarumanegara.
2.3 Silsilah Raja-Raja Tarumanegara
Berikut
adalah raja-raja Tarumanagara:
a.
Jayasingawarman (358 - 382)
Jayasingawarman
pendiri Tarumanagara adalah menantu Raja Dewawarman VIII.Ia sendiri seorang
Maharesi dari SALANKAYANA di India yang mengungsi ke Nusantara karena daerahnya
diserang dan ditaklukkan Maharaja Samudragupta dari Kerajaan Magada. Setelah
Jayasingawarman mendirikan Tarumanagara, pusat pemerintahan beralih dari
Rajatapura ke Tarumanegara.Salakanagara kemudian berubah menjadi Kerajaan
Daerah.Jayasingawarman dipusarakan di tepi kali Gomati (Bekasi).
b. Dharmayawarman (382
- 395 M)
Dipusarakan
di tepi kali Candrabaga.
c.
Purnawarman (395
- 434 M)
Ia
membangun ibukota kerajaan baru dalam tahun 397 yang terletak lebih dekat ke
pantai dan dinamainya "Sundapura". Nama Sunda mulai digunakan oleh
Maharaja Purnawarman dalam tahun 397 M untuk menyebut ibukota kerajaan yang
didirikannya. Pustaka Nusantara,parwa II sarga 3 (halaman 159
- 162) menyebutkan bahwa di bawah kekuasaan Purnawarman terdapat 48 raja daerah
yang membentang dari Salakanagara atau Rajatapura (di daerah Teluk Lada
Pandeglang) sampai ke Purwalingga (sekarang Purbalingga) di Jawa Tengah. Secara
tradisional Ci Pamali (Kali Brebes) memang dianggap batas kekuasaan raja-raja
penguasa Jawa Barat pada masa silam.
d.
Wisnuwarman (434-455)
e.
Indrawarman (455-515)
f.
Candrawarman (515-535 M)
g. Suryawarman (535 - 561 M)
Suryawarman
tidak hanya melanjutkan kebijakan politik ayahnya yang memberikan kepercayaan
lebih banyak kepada raja daerah untuk mengurus pemerintahan sendiri, melainkan
juga mengalihkan perhatiannya ke daerah bagian timur.Dalam tahun 526 M,
misalnya.Manikmaya, menantu
Suryawarman, mendirikan kerajaan baru di Kendan, daerah Nagreg antara Bandung dan Limbangan,
Garut.Sedangkan putera Manikmaya, tinggal bersama kakeknya di ibukota
Tarumangara dan kemudian menjadi Panglima Angkatan Perang
Tarumanagara.Perkembangan daerah timur menjadi lebih berkembang ketika cicit
Manikmaya mendirikan Kerajaan Galuh dalam tahun 612 M.
h.
Kertawarman (561-628)
i.
Sudhawarman (628-639)
j.
Hariwangsawarman (639-640)
k.
Nagajayawarman (640-666
l.
Linggawarman (666-669)
Tarumanagara
sendiri hanya mengalami masa pemerintahan 12 orang raja.Dalam tahun 669, Linggawarman, raja Tarumanagara
terakhir, digantikan menantunya, Tarusbawa.Linggawarman sendiri mempunyai dua
orang puteri, yang sulung bernama Manasih menjadi
istri Tarusbawa dan yang kedua bernama Sobakancana menjadi isteri Dapuntahyang Sri Jayanasa pendiri
Kerajaan Sriwijaya.
m.
Tarusbawa (669 – 723 M)
Tarusbawa
yang berasal dari Kerajaan Sunda Sambawa menggantikan mertuanya menjadi
penguasa Tarumanagara yang ke-13. Karena pamor Tarumanagara pada zamannya sudah
sangat menurun, ia ingin mengembalikan keharuman zaman Purnawarman yang
berkedudukan di purasaba (ibukota) Sundapura. Dalam tahun 670 ia mengganti nama
Tarumanagara menjadi Kerajaan Sunda. Peristiwa ini dijadikan alasan oleh Wretikandayun, cicit Manikmaya, untuk
memisahkan Kerajaan Galuh dari kekuasaan Tarusbawa. Karena Putera Mahkota Galuh
(SENA or SANNA) berjodoh dengan Sanaha puteri Maharani Sima dari Kerajaan Kalingga,
Jepara, Jawa Tengah, maka dengan dukungan Kalingga, Wretikandayun menuntut
kepada Tarusbawa supaya bekas kawasan Tarumanagara dipecah dua. Dalam posisi
lemah dan ingin menghindarkan perang saudara, Tarusbawa menerima tuntutan
Galuh. Dalam tahun 670 M Kawasan Tarumanagara dipecah menjadi dua kerajaan,
yaitu: Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh dengan Citarum sebagai batas.
2.4 Wilayah Kekusaan
Dari sumber–sumber di atas dapat di simpulkan bahwa
Tarumanegara terletak di jawa Barat. Pusatnya belum dapat di pastikan, namun para ahli menduga
kali Chandabagha adalah kali Bekasi, kira–kira antara sungai Citarum dan sungai
Cisadane. Adapun wilayah kekuasaan kerajaan Tarumanegara meliputi daerah
Banten, Jakarta, sampai perbatasan Cirebon.
2.5 Prasasti-Prasasti
No |
Prasasti |
Informasi |
1. |
Prasasti
Ciaruteun |
Terdapat gambar dua telapak kaki dengan tulisan huruf
Palawa dan bahasa Sanskerta: Inilah dua kaki yang seperti kaki Dewa Wisnu,
ialah kaki yang mulia Sang Purnawarman di negeri Taruma, raja yang gagah
berani di dunia. |
2. |
Prasasti
Kebon Kopi |
Terdapat gambar dua kaki gajah. Isinya: 'Inilah dua
telapak kaki gajah yang seperti Airawata, gajah penguasa negeri Taruma yang
gagah perkasa.' Tapak kaki dipuja merupakan ajaran Hindu Vaisnawa: raja
dianggap keturunan Dewa. |
3. |
Prasasti
Jambu |
Terdapat gambar sepasang kaki dengan tulisan 'gagah
mengagumkan dan jujur terhadap tugas adalah pemimpin manusia yang tiada
taranya yang termasyur Sri Purnawarman yang memerintah di Taruma dan baju
zirahnya yang terkenal tidak dapat ditembus senjata musuh. Inilah sepasang
kakinya, yang senantiasa berhasil menggempur kota-kota musuh, hormat kepada
para pangeran, tetapi merupakan duri dalam daging bagi musuhnya. |
4. |
Prasasti
Tugu |
Terdapat di dekat Tanjung Priok, Jakarta Utara. Isinya:
Dahulu sebuah sungai yang bernama Candrabhaga, yang digali oleh seorang guru
Rajadiraja mengalir ke laut setelah melalui puri. Dari tahun ke-22 masa
pemerintahan Purnawarman telah digali Sungai Gomati yang penjangnya 6122
tombak (± 12 km). Penggalian selesai 21 hari dimulai tanggal 6 paro peteng
bulan Phalguna dan selesai tanggal 13 paro terang bulan Caitra. Lalu diadakan
selamatan dan oleh Purnawarman dihadiahkan kepada Brahmana 1.000 ekor sapi. |
5. |
Prasasti
Lebak |
Terdapat di Lebak, Banten. Isinya: Inilah tanda
keperwiraan, keagungan, dan keberanian yang sesungguhsungguhnya dari raja
dunia, yang mulia Purnawarman yang menjadi panji sekalian raja. |
6. |
Prasasti
muara Cianten |
Prasasti ini belum dapat dibaca karena menggunakan huruf ikal |
7. |
Prasasti
Pasir Awi |
Prasasti ini belum dapat dibaca karena menggunakan
huruf ikal |
2.6 Sumber-Sumber
Sejarah
Bukti keberadaan Kerajaan Taruma
diketahui melalui sumber-sumber yang berasal dari dalam maupun luar
negeri.Sumber dari dalam negeri berupa tujuh buah prasasti batu yang ditemukan
empat di Bogor, satu di Jakarta dan satu di Lebak Banten. Dari prasasti-prasasti
ini diketahui bahwa kerajaan dipimpin oleh Rajadirajaguru Jayasingawarman pada
tahun 358 M dan beliau memerintah sampai tahun 382 M. Makam Rajadirajaguru
Jayasingawarman ada di sekitar sungai Gomati (wilayah Bekasi). Kerajaan
Tarumanegara ialah kelanjutan
dari Kerajaan Salakanagara. Sedangkan sumber-sumber dari luar negeri yang
berasal dari berita Tiongkok antara lain:
1.
Berita Fa-Hsien, tahun 414 M dalam bukunya
yang berjudul Fa-Kao-Chi menceritakan bahwa di Ye-po-ti hanya sedikit dijumpai
orang-orang yang beragama Buddha, yang banyak adalah orang-orang yang beragama
Hindu dan sebagian masih animisme.
2.
Berita
Dinasti Sui, menceritakan bahwa tahun 528 dan 535 telah datang utusan dari To- lo-mo yang terletak di sebelah selatan.
3.
Berita
Dinasti Tang, juga menceritakan bahwa tahun 666 dan 669 telah datang utusaan dari To-lo-mo.
2.7 Kejayaan Tarumanegra
Masa keeamasan Tarumanagara
disebut-sebut terjadi pada zaman Purnawarman, bergelar Sri Maharaja Purnawarman
Sang Iswara Digwijaya Bhima prakarma Suryamaha purusa Jagatpati. Pembangun
Tarumanagara. Ia disebut juga narendraddhvaja buthena (panji segala raja), atau
sering disebut Maharaja Purnawarman, berkuasa pada tahun 317 Saka (395 M),
meningal pada 356 Saka (434 M), dipusarakan di Citarum, sehingga disebut juga
Sang Lumah ing Tarumadi.
Kemasyhuran Tarumanagara diabadikan didalam Prasasti zaman Purnawaraman,
tentang dibangunnya pelabuhan dan beberapa sungai sebagai sarana perekonomian ;
pada masa Purnawarman, Tarumanagara menaklukan raja-raja kecil di Jawa Barat
yang belum mau tunduk.
Prasasti-prasasti tersebut juga menjelaskan tentang raja Tarumanegara ;
menggali kali gomati sepanjang 6122 busur ; wilayahnya meliputi Bogor dan
Pandeglang, bahkan pada perkembangan berikutnya, Tarumanagara mampu melebarkan
sayap kekuasaannya.
Perluasan daerah Tarumanagara
dilakukan melalui jalan perang maupun jalan damai, berakibat wilayah
Tarumanagara menjadi jauh lebih luas dibandingkan ketika masih dipimpin
Rajadirajaguru dan Raja Resi.
Pada zaman ini pula, masalah hubungan diplomatik ditingkat.Sehingga wajar
jika Pustaka Nusantara menyebutkan kekuasaan Purnawarman membawahi 48 raja
daerah yang membentang dari Salakanagara atau Rajatapura (di daerah Teluk Lada
Pandeglang) sampai ke Purwalingga (Purbolinggo) di Jawa Tengah.Sehingga memang secara
tradisional Cipamali (Kali Brebes) dianggap batas kekuasaan raja-raja penguasa
Jawa Barat pada masa silam. Hal yang sama dapat
ditenggarai dari masa Manarah dan Sanjaya di Galuh.
a.
Membangun Wilayah
Kisah Purnawarman secara terperinci diuraikan didalam Pustaka
Pararatvan I Bhumi Jawadwipa. Langkah pertama yang dilakukannya, ia memindah
kan ibukota kerajaan kesebelah utara ibukota lama, ditepi kali Gomati, dikenal
dengan sebutan Jaya singapura. Kota tersebut didirikan Jayasingawarman,
kakeknya. Kemudian diberi nama Sundapura (kota Sunda). Iapun mendirikan
pelabuhan ditepi pantai pada tahun 398 sampai 399 M. Pelabuhan ini menjadi
sangat ramai oleh kapal Tarumanagara.
Raja Tarumanagara pada masa Purnawarman sangat memperhatikan pemeliharaan
aliran sungai. Tercatatat beberapa sungai yang diperbaikinya :
1.
Pada tahun 410 M ia
memperbaiki kali Gangga hingga sungai Cisuba, terletak di daerah Cirebon,
termasuk wilayah kekuasaan kerajaan Indraprahasta.
2.
Pada tahun 334 Saka (412 M)
memperindah alur kali Cupu yang terletak di kerajaan Cupunagara yang mengalir
hingga istana raja.
3.
Tahun 335 Saka (413 M)
Purnawarman memerintahkan membangun kali Sarasah atau kali Manukrawa (Cimanuk).
4.
Tahun 339 Saka (417 M), memperbaiki
alur kali Gomati dan Candrabaga, yang sebelumnya pernah dilakukan oleh
Rajadirajaguru, kakeknya.
5.
Tahun 341 Saka (419),
memperdalam kali Citarum yang merupakan Sungai terbesar di Wilayah kerajaan
Tarumanagara.
Proses dan hasil pembangunan beberapa
sungai diatas menghasilkan beberapa implikasi, yakni dapat memperteguh
daerah-daerah yang dibangun sebagai daerah kekuasaan Tarumanagara. Kedua, karena sungai pada saat itu sebagai sarana perkenomian
yang penting, maka pembangunan tersebut membangkitkan perekonomian pertanian
dan perdagangan. Politik dan KeamananSejak pra Aki Tirem wilayah pantai barat
pulau Jawa tak lekang dari gangguan para perompak, bahkan keberadaan
Salakanagara tak lepas pula dari perlunya penduduk Kota Perak mempertahankan
diri dari gangguan para perompak.
Disinilah sebenarnya Dewawarman I
berkenalan dengan masyarakat Yawadwipa dan dari thema ini pula masyarakat Jawa
Barat bersentuhan dengan kebudayaan India.Konon kabar ketika masa Salakanagara,
pemberantasan perompak dianggap sulit, bahkan menurut cerita rakyat, ketujuh
putra Dewawarman yang terakhir terbunuh dilaut ketika menghalau para perompak.
Para India, perompak yang paling ganas berasal dari laut Cina
Selatan, sehingga Sang Dewawarman menganggap perlu untuk membuka jalur
diplomatik dengan Cina dan Gangguan para perompak dialami juga ketika zaman
Purnawarman, bahkan wilayah laut Jawa sebelah utara, barat dan timur telah
dikuasai perompak. Semua kapal diganggu atau dirampas, yang terakhir para
perompak berhasil menyandera dan membunuh seorang menteri Kerajaan Tarumanagara
dan para pengikutnya.Untuk menghancurkan para perompak, Sang Purnawarman
langsung memimpin pasukan Tarumanagara.Kontak senjata pertama terjadi diwilayah
Ujung Kulon.Para perampok tersebut dibunuh dan dibuang kelaut.Sedemikian
marahnya Purnawarman.
Sejak peristiwa itu daerah tersebut menjadi aman, karena
Purnawarman menghukum mati setiap perompak yang tertangkap. Untuk meneguhkan
hubungan diplomatik, banyak anggota kerajaan yang menikah dengan keluarga raja
lain. Purnawarman memiliki permaisuri dari raja bawahannya, disamping
istri-istri lainnya dari Sumatra, Bakulapura, Jawa Timur dan beberapa daerah
lainnya.Dari permaisuri ini kemudian lahir sepasang putra dan putri. Putra
Purnawarman bernama diberi nama Wisnuwarman, kelak menggantikan kedudukannya
sebagai raja Tarumanagara. Sedangkan adiknya dinikahi oleh seorang raja di
Sumatera.Konon dikemudian hari di Sumatera terdapat raja besar yang bernama Sri
Jayanasa, dari kerajaan Sriwijaya (pada saat itu masih dibawah kerajaan
Melayu), dia adalah keturunan Purnawarman.
a.
Pemberontakan Cakrawarman
Pada saat Purnawarman meninggal
Tarumanagara membawahi 46 raja-raja kecil. Sungguh kekuasaan yang besar dan
perlu raja yang mampu dan kuat untuk melanjutkan kekuasaan ini.Ia kemudian
digantikan oleh putranya, yakni Wisnuwarman, dinobatkan tahun 356 Saka (434 M),
Ia memerinta selama 21 tahun.
Wisnuwarman meneruskan kebijakan ayahnya, namun ia jauh lebih
bijaksana dibandingkan Purnawarman yang dianggap bertangan besi. Untuk menjaga
eksistensi Tarumanagara, penobatan ini diberitahukan keesegenap Negara sahabat
dan bawahannya.Pada awal pemerintahan Wisnuwarman sudah beberapa kali mengalami
upaya pembunuhan.Hingga kemudian diketahui, bahwa aktor intellectual upaya
pembunuhan itu adalah Cakrawarman, pamannya sendiri, adik Purnawarman.
Cakrawarman dimasa Purnawarman menjabat sebagai
panglima angkatan perang.Ia sangat setia mendampingi kakaknya dalam upaya
melebarkan sayap kekuasaan Tarumanagara. Ia dianggap orang kedua di
Tarumanagara. Sepeninggal Purnawarman Ia diharapkan para pengikutnya untuk
menggantikan Purnawarman.
Upaya makar sebenarnya tidak akan pernah terjadi
jika Cakrawarman tidak berambisi dan yakin terhadap kepemimpinan Wisnuwarman
yang mampu melanjutkan kekuasaan Purnawarman. Keraguannya sangat beralasan, mengingat Cakrawarman tidak
bertabiat seperti ayahnya, yang tegas dan tanpa kompromi terhadap
lawan-lawannya.
Namun patut diakui, sejak masa Wisnuwarman keadilan dan kemakmuran
Tarumanagara bisa dapat tercapai.Upaya makar yang dilakukan pula oleh para
pejabat istana yang setia kepada Cakrawarman, seperti Sang Dewaraja (wakil
panglima angkatan perang), Sang Hastabahu (kepala bayangkara), Kuda Sindu
(wakil panglima angkatan laut), serta pejabat angkatan perang dan para pejabat
kerajaan-kerajaan bawahan Tarumanagara.Cakrawarman akhirnya terbunuh dalam
suatu pertempuran di sebelah selatan Indraprahasta, tidak jauh dari Sungai
Cimanuk.Ia terbunuh oleh pasukan Bhayangkara Indraprahasta, kerajaan dibawah
Tarumanagara yang setia kepada Wisnuwarman. Sejak peristiwa tersebut, pasukan
bhayangkara Tarumanagara selalu dipercayakan kepada orang-orang
Indraprahasta.Kepercayaan demikian berlangsung hingga pada peristiwa Galuh,
ketika terjadi pemberontakan Purbasora terhadap Sena.
Negara Indrapahasta yang dibangun Resi Sentanu itu dibumi hanguskan oleh
Sanjaya.Peristiwa pengancuran Indraprahasta oleh Sanhaya diabadikan dalam
Nusantara III/2, sebagai berikut :kang
rajya Indraprahasta wus sirna dening Rahyang Sanjaya mapan kasoran yuddha nira.
Rajya Indraprahasta kebehan nira kaprajaya sapinasuk kadatwan syuhdrawa pinaka
tan hana rajya manih i mandala Carbon Ghirang. Wadyanbala, sang pameget,
nanawidhakara janapada, manguri, sang pinadika, meh sakweh ira pejah
nirawaceca. Kawalya pirang siki lumayu humot ring wana, giri, iwah,
luputa sakeng satrwikang tan hana karunya budhi pinaka satwakura.
Kerajaan Indraprahasta itu telah musnah oleh Rahyang Sanjaya karena kalah
perangnya.Seluruh Kerajaan Indraprahasta ditundukan termasuk keratonya hancur
lumat seakan-akan tidak ada lagi kerajaan didaerah Cirebon Girang.Angkatan
perang, pembesar kerajaan, seluruh golongan penduduk, penghuni istana, para
terkemuka, hampir seluruhnya binasa tanpa sisa.Hanya beberapa orang yang
berhasil melarikan diri bersembunyi di hutan, gunung dan sungai yang terluput
dari musuh yang tidak mengenal belas kasihan seperti binatang buas.
b.
Pemberian Otonomi
Kisah penumpasan pemberontakan Cakrawarman memberikan
pelajaran terhadap pihak keraton dan raja-raja dibawah Tarumanagara untuk tidak
mengulang peristiwa yang sama. Keteguhan kekuasaan selanjutnya dirubah, dari
yang bersifat tangan besi di zaman Purnawarman menjadi perilaku adil dan
bijaksana.Ia memperhatikan kesejahteraan rakyat dan mengayomi raja-raja yang
ada dibawah kekuasaannya. Suri ketauladan Wisnuwarman digambarkan ketika menggagalkan
upaya Kup Cakrawarman. Secara bijak ia mengadili orang-orang suruhan
Cakrawarman untuk memberitahukan aktor intelectualnya. Ia memperlakukan
tersangka dengan baik dan secara cerdik dijanjikan tidak akan dihukum mati.
Kemudian iapun mendapatkan informasi tentang actor intellectual
dimaksud.Kebijaksanaan yang ia miliki dijadikan suri tauladan oleh generasi
penerusnya, Indrawarman dan Candrawarman.
Sang Maharaja Indrawarman
bergelar Sang Paramartha Sakti Maha Prabawa Lingga Triwikrama Buanatala.
Berkuasa selama 60 tahun, sejak 377 sampai dengan 437 Saka (455 – 515 M), sedangkan
Indrawarman bergelar Sri Maharaja Candrawarman bergelar Sang Hariwangsa
Purusasakti Suralaga Wangenparamarta, berkuasa selama 20 tahun, sejak tahun 437
sampai dengan 457 saka (515 – 535 M).Pada masa pemerintahannya memang banyak
penduduk yang beragama Wisnu, namun tidak pernah terdengar adanya benturan,
Situasi keagamaan digambar-kan tidak ada yang saling curiga dan cemburu (tan
hanekang irsya).
Peristiwa yang dapat dianggap monumental ketika menyerahkan pemerintahan
raja-raja daerah kepada trah turunanan masing-masing, atas dasar kesetiaan
kepada raja Tarumanagara.Peristiwa ini terjadi pada 454 Saka (532 M).Suatu hal
yang perlu diteladani, pembagian atau penyerahan pengawasan pusat ke daerah
masing-masing bukan suatu barang baru di tatar sunda. Hanya saja banyak ragam proses yang perlu dilalui. Biasanya
perlu ada desakan, tekanan dan permintaan agar pusat mau memberikan otonomi.
Dalam peristiwa Tarumanagara justru sebaliknya, pemberian otonomi kepada
raja-raja dibawahnya dilakukan ketika Negara dalam keadaan yang
stabil.Peristiwa ini digambarkan didalam naskah Wangsakerta (Jawa dwipa Sarga
1) dan disebut adanya perubahan paradigma raja-raja tarumanagara, dari tangan
besi kearah pengendoran kekuasaan.Tindakan monumental tersebut kemudian
diabadikan dalam bentuk prasasti ketika jaman Raja Suryawarman, yang ditemukan
didaerah Pasir Muara (Cibungbulang). Isi prasasti tersebut sebagai berikut :Ini sabdakalanda rakryan juru pangambatwi
kawihaji panyca pasagi marsaNdeca barpulihkan haji sundaIni tanda ucapanrakyan
juru pangambat (tahun) 458 pemerintahandaerah dipulihkan kepada raja sunda.
c.
Karakter kepemimpinan
Dari kearifan masa lalu, adanya penerapan leadership yang
berbeda antara masa Purnawarman dengan Wisnuwarman. Masa Purnawarman
kepemimpinan Tarumanagara dijalan kan secara tangan besi. Ia tanpa ampun
menghukum setiap para pelanggar hukum dan penganggu ketertiban. Namun ia pun
mampu menjaga hubungan baiknya melalui jalur diplomatik dengan kerajaan
lainnya.
Bahkan masalah reward dan
punishment sangat kentara dijalankan. Hal ini dapat ditenggarai dari setiap
selesainya membangun suatu daerah niscaya ia memberikan hadiah kepada warga
maupun Brahmana Konsep lain dari kearifannya dapat pula ditenggarai dalam
cara-cara Purnawarman menjaga hubungan baik dengan para Brahmana, bahkan ia
membangun tempat tempat suci seperti diwilayah Indraprahasta. Hubungan raja
brahmana demikian dapat mensinergikan antara masalah duniawi (raja) dan masalah
akhirat (brahma).
Dalam cara-cara
mempertahankan kejayaan tersebut di zaman Wisnuwarman dilakukan dengan cara
yang benar-benar adil dan berani mendelagasikan pengawasan dan kebijakannya
kepada raja-raja bawahan. Ia pun memberikan punishment yang seimbang dengan
tingkat kesalahan para pelanggarnya. Hal ini terbukti pada cara-cara memberikan
hukuman terhadap para pemberontak. Namun tentunya, masalah kepercayaan
(dipercayai dan dapat memegang kepercayaan) merupakan factor analisa yang
pentinga ia lakukan, sehingga tanpa perang pun ia mampu mempertahankan kejayaan
Tarumanagara.
2.8 Runtuhnya Tarumanegara
Runtuhnya Tarumanegara belum dapat di ketahui pasti, namun kerajaan
Tarumanegara masih mengirimkan utusannya ke cina sampai tahun 669 M. setelah
itu tidak di dapatkan lagi berita.Kemungkinan Tarumanegara di taklukan
Sriwijaya (sepertihalnya terlulis dalam Prasasti Prasasti Karang
berahi).Sehingga dapat di duga runtuhnya Tarumanegara sekitar + tahun 669 M
oleh serangan Sriwijaya.
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Dari apa yang telah kami uraikan
dalam makalah di atas, dapat kita ambil kesimpulan bahwa kerajaan Tarumanegara
tidak hanya menunjuk pada perkembangan ajaran Hindu–Budha, tetapi juga pada
aspek lain missal aspek politik, ekonomi, sosial budaya dan lain sebagainya.
Dalam
proses akulturasi, Indonesia sangat berperan aktif. Hal ini terlihat dari
peninggalan–peninggalan yang tidak sepenuhnya merupakan hasil jiplakan
kebudayaan India.Meskipun corak dan sifat kebudayaan di pengaruhi India.Namun
dalam perkembangannya Indonesia mampu menghasilkan kebudayaan kepribadian
sendiri.
3.2 Saran
Saran kami sebagai penulis adalah
hendaknya para generasi mudah mau untuk mengetahui mengenai sejarahnya
kerajaan-kerajaan zaman dulu, karena dalam setiap kisahnya memiliki hal-hal
positif yang bisa diterapkan dalam kehidupan sekarang ini.Dengan mengetahui
sejarah tersebut juga bisa menambah wawasan kita sebagai generasi muda.
DAFTAR
PUSTAKA
Prasetyo, Deni. 2009. Mengenal Kerajaan-kerajaan Nusantara.Yogyakarta;
Pustaka Widyatama
Songo, Edi. 2007. Buku Genius Senior. Jakarta; Wahyumedia.
Kartodirdjo, Sartono. 1975. Sejarah Nasional Indonesia II- Jaman Kuno (1
M- 1500 M). Jakarta: Balai Pustaka
Widiarto, Tri dan Esther
Arianti.2007.Masa Pengaruh Hindu Budha di
Indonesia. Salatiga: Widya Sari Press
Y, Yongky. 2003. Menyingkap Misteri Ratu Laut Selatan- Banyu
Bening Gelang Kencana. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia
Poesponegoro Marwati
Djoened.Notosusasnti Nugroho.Sejarah
Nasional Indonesia II.Jakarta:Balai Pustaka:1993.