KATA
PENGANTAR
Puji
syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga makalah Proklamator dan Peran Para Tokoh Sekitar
Proklamasi ini dapat diselesaikan dengan baik. Tidak lupa shalawat dan salam
semoga terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya,
dan kepada kita selaku umatnya.
Makalah
ini kami buat untuk melengkapi tugas mata pelajaran Sejarah Indonesia. Kami
ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah Proklamator dan Peran Para Tokoh Sekitar Proklamasi ini. Dan kami juga
menyadari pentingnya akan sumber bacaan dan referensi internet yang telah
membantu dalam memberikan informasi yang akan menjadi bahan makalah.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah memberikan arahan serta bimbingannya selama ini sehingga
penyusunan makalah dapat dibuat dengan sebaik-baiknya. Kami menyadari masih
banyak kekurangan dalam penulisan makalah Proklamator dan Peran Para Tokoh
Sekitar Proklamasi ini sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini.
Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini
terdapat banyak kesalahan dan kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Yang
Maha Kuasa yaitu Allah SWT, dan kekurangan pasti milik kita sebagai manusia.
Semoga makalah Proklamator dan Peran Para Tokoh Sekitar Proklamasi ini dapat
bermanfaat bagi kita semuanya.
Bekasi, 25 Januari 2022
Penyusun
B. Peran para Tokoh
Sekitar Proklamasi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Kita
sadar bahwa proklamasi kemerdekaan bukan perjuangan orang per orang, tetapi
perjuangan seluruh bangsa Indonesia. Kita perlu memahami perjuangan mereka,
karena mereka berjuang untuk bangsa Indonesia, yang berarti untuk kehidupan
kita sekarang dan generasi penerus bangsa Indonesia.
Dengan
memahami bagaimana mereka berjuang, akan memberikan inspirasi kepada kita untuk
menghargai mereka dan mendorong kita berjuang lebih giat untuk mempertahankan
dan mengisi kemerdekaan. Untuk menghitung satu demi satu para pahlawan sekitar
proklamasi kemerdekaan tidaklah mungkin. Oleh karena itu, kita akan melacak
sebagian tokoh yang terlibat dalam perjuangan proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas di dalam makalah
tentang Proklamator dan Peran Para Tokoh Sekitar Proklamasi ini adalah sebagai
berikut:
1.
Siapa
saja dan bagamana peran sang proklamator sekitar proklamasi?
2.
Siapa
saja dan bagaimana peran para tokoh sekitar proklamasi?
C. Tujuan
Adapun
tujuan dalam penulisan makalah tentang Proklamator dan Peran Para Tokoh Sekitar
Proklamasi ini adalah sebagai berikut:
1.
Untuk mengetahui
peran sang proklamator sekitar proklamasi.
2.
Untuk
mengetahui peran para tokoh sekitar proklamasi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Peran
Sang Proklamator
1. Ir.
Sukarno
Sukarno
atau Bung Karno, lahir di Surabaya tanggal 6 Juni 1901. Sudah aktif dalam
berbagai pergerakan sejak menjadi mahasiswa di Bandung. Tahun 1927, bersama
kawan-kawannya mendirikan PNI. Oleh karena perjuangannya, ia seringkali
keluar-masuk penjara. Kemudian pada zaman Jepang, ia pernah menjadi ketua
Putera, Chuo Sangi In dan PPKI, serta pernah menjadi anggota BPUPKI. Begitu
tiba di tanah air, dari perjalanannya ke Saigon, Sukarno menyampaikan pidato
singkat.
Isi
pidato itu antara lain, pernyataan bahwa Indonesia sudah merdeka sebelum jagung
berbunga. Hal ini semakin membakar semangat rakyat Indonesia. Bersama Moh.
Hatta, Sukarno menjadi tokoh sentral yang terus didesak oleh para pemuda agar
segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, sampai akhirnya ia harus
diungsikan ke Rengasdengklok. Sepulangnya dari Rengasdengklok ia bersama Moh. Hatta
dan Ahmad Subarjo merumuskan teks proklamasi, dan menuliskannya pada secarik
kertas. Sukarno bersama Moh. Hatta diberi kepercayaan untuk menandatangani teks
proklamasi tersebut.
Tanggal
17 Agustus 1945, peranan Sukarno semakin penting. Secara tidak langsung ia
terpilih menjadi tokoh nomor satu di Indonesia. Sukarno dengan didampingi Moh.
Hatta, diberi kepercayaan membacakan teks proklamasi sebagai pernyataan
Kemerdekaan Indonesia. Oleh karena itu, Sukarno dikenal sebagai pahlawan
proklamator. Sukarno wafat pada tanggal 21 Juni 1970 dan dimakamkan di Blitar.
2. Drs.
Moh. Hatta
Tokoh
lain yang sangat penting dalam berbagai peristiwa sekitar proklamasi adalah
Drs. Moh. Hatta. Ia dilahirkan di Bukittinggi tanggal 12 Agustus 1902. Sejak
menjadi mahasiswa di luar negeri, ia sudah aktif dalam perjuangan kemerdekaan
Indonesia. Ia menjadi salah seorang pemimpin dan ketua Perhimpunan Indonesia di
negeri Belanda. Setelah di tanah air, ia aktif di PNI bersama Bung Karno.
Setelah PNI dibubarkan, Hatta aktif di PNI Baru.
Pada masa
pendudukan Jepang, ia menjadi salah seorang pemimpin PUTERA, menjadi anggota
BPUPKI dan wakil ketua PPKI. Saat menjabat sebagai wakil PPKI, Moh. Hatta dan
Sukarno menjadi dwi tunggal yang sulit dipisahkan. Bersama Bung Karno, ia juga
pergi menghadap Terauchi di Saigon. Setelah pulang, Moh. Hatta menjadi salah
satu tokoh sentral yang terus didesak para pemuda agar bersama Sukarno bersedia
menyatakan proklamasi Indonesia secepatnya.
Moh.
Hatta melibatkan diri secara langsung dan ikut andil dalam perumusan teks
proklamasi. Ia juga ikut menandatangani teks proklamasi. Pada peristiwa
detik-detik proklamasi, Moh. Hatta tampil sebagai tokoh nomor dua dan
mendampingi Bung Karno dalam pembacaan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Oleh karena itu, ia juga dikenal sebagai pahlawan proklamator. Ia wafat pada
tanggal 14 Maret 1980, dimakamkan di pemakaman umum Tanah Kusir Jakarta.
B. Peran
para Tokoh Sekitar Proklamasi
1. Ahmad
Subarjo
“Saya
menjamin bahwa tanggal 17 Agustus 1945 akan terjadi proklamasi kemerdekaan
Republik Indonesia. Kalau Saudara-saudara ragu, nyawa sayalah yang menjadi
taruhannya”. Ucapan itu bukan main-main bagi Ahmad Subarjo. Ucapan tersebut
berhasil meyakinkan Golongan Muda, bahwa para senior akan melaksanakan
proklamasi sesuai dengan desakan para pemuda. Menjadi taruhan untuk peristiwa
yang sangat penting menunjukkan bahwa Subarjo tidak menghitung jiwa dan raganya
demi kemerdekaan Indonesia. Kerelaan tokoh untuk mengorbankan diri demi bangsa
dan negara adalah salah satu teladan yang perlu selalu kita lakukan.
Ahmad
Subarjo lahir di Karawang, Jawa Barat pada tanggal 23 Maret 1896. Ia tutup usia
pada bulan Desember 1978. Pada masa pergerakan nasional ia aktif di PI dan PNI.
Kemudian pada masa pendudukan Jepang sebagai Kaigun, bekerja pada Kantor Kepala
Biro Riset Angkatan Laut Jepang pimpinan Laksamana Maeda. Ia juga sebagai
anggota BPUPKI dan PPKI. Ahmad Subarjo tidak hadir pada saat Bung Karno
membacakan teks proklamasi di Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta Pusat.
Tokoh
Ahmad Subarjo boleh dikatakan sebagai tokoh yang mengakhiri peristiwa
Rengasdengklok. Sebab dengan jaminan nyawa Ahmad Subarjo, akhirnya Ir. Sukarno,
Moh.Hatta, dan rombongan diperbolehkan kembali ke Jakarta. Sesampainya di
Jakarta dini hari, di rumah Maeda dilaksanakan perumusan teks proklamasi, Ahmad
Subarjo secara langsung berperan aktif dan memberikan andil pemikiran tentang
rumusan teks proklamasi.
2.
Sukarni Kartodiwiryo
Tokoh
inilah yang sering menjadi perdebatan para pembaca sejarah Indonesia sekitar
proklamasi kemerdekaan. Banyak yang mengira tokoh ini perempuan, karena Sukarni
lebih banyak digunakan untuk nama perempuan di Jawa Tengah. Sukarni
Kartodiwiryo adalah seorang pemuda gagah berani. Ia merupakan salah seorang
pimpinan gerakan pemuda di masa proklamasi. Tokoh ini dilahirkan di Blitar pada
tanggal 14 Juli 1916 dan meninggal pada tanggal 4 Mei 1971.
Sejak
muda, ia sudah aktif dalam pergerakan politik. Semasa pendudukan Jepang, ia
bekerja pada kantor berita Domei. Kemudian Ia aktif di dalam gerakan pemuda.
Bahkan ia menjadi pemimpin gerakan pemuda yang berpusat di Asrama Pemuda
Angkatan Baru di Menteng Raya 31 Jakarta. Sukarni merupakan pelopor penculikan
Sukarno dan Moh. Hatta ke Rengasdengklok. Ia juga tokoh yang mengusulkan agar
teks proklamasi ditandatangani oleh Sukarno dan Moh. Hatta atas nama bangsa
Indonesia. Ia juga memimpin pertemuan untuk membahas strategi penyebarluasan
teks proklamasi dan berita tentang proklamasi.
3. Sayuti
Melik
Tokoh
yang lahir pada tanggal 25 November 1908 di Yogyakarta ini, berperan dalam
pencatatan hasil diskusi susunan teks proklamasi. Ia yang mengetik teks
proklamasi yang dibacakan Sukarno-Hatta. Sejak muda, Sayuti Melik sudah aktif
dalam gerakan politik dan jurnalistik. Tahun 1942 menjadi pemimpin redaksi
surat kabar Sinar Baru Semarang. Nama tokoh ini semakin mencuat pada sekitar
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Ia telah menyaksikan penyusunan teks
proklamasi di ruang makan rumah Maeda. Bahkan akhirnya ia dipercaya untuk
mengetik teks proklamasi yang ditulis tangan oleh Sukarno.
4.
Burhanuddin Mohammad Diah
Burhanuddin
Mohammad Diah (B.M. Diah) lahir di Kotaraja pada tanggal 7 April 1917. Ia
berbakat di bidang jurnalistik. Sejak tahun 1937 sudah menjadi redaktur
berbagai surat kabar. Pada awal pendudukan Jepang, ia bekerja pada radio
militer. Pada tahun 1942-1945, ia bekerja sebagai wartawan pada harian Asia
Raya.
Pada
sekitar peristiwa proklamasi, B.M. Diah sudah menjadi wartawan yang terkenal.
Pada malam sewaktu akan diadakan perumusan teks proklamasi, B.M. Diah banyak
melakukan kontak dengan pemuda, yaitu untuk datang ke rumah Maeda. Ia salah
seorang pemuda yang ikut menyaksikan perumusan teks proklamasi. Ia juga sangat
berperan dalam upaya penyebarluasan berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
5. Latif
Hendraningrat
Latif
Hendraningrat adalah salah seorang komandan Peta. Pada saat pelaksanaan
proklamasi, ia merupakan salah satu tokoh yang cukup sibuk. Ia menjemput
beberapa tokoh penting untuk hadir di Pegangsaan Timur No. 56. Misalnya ia
harus mencari dan menjemput Moh. Hatta. Pada saat pelaksanaan proklamasi,
setelah menyiapkan barisan, ia mempersilakan Sukarno membacakan teks
proklamasi. Kemudian, Latief Hendraningrat dengan dibantu S. Suhud mengibarkan
Sang Saka Merah Putih, dan yang membantu membawakan bendera Merah Putih adalah
SK. Trimurti.
6. S.
Suhud
S. Suhud
adalah pemuda yang ditugasi mencari tiang bendera dan mengusahakan bendera
Merah Putih yang akan dikibarkan. Oleh karena gugup dan tegang, tiang yang
digunakan adalah sebatang bambu, padahal tidak terlalu jauh dari rumah Sukarno
ada tiang bendera dari besi. S. Suhud bersama Latif Hendraningrat adalah
pengibar bendera Merah Putih di halaman rumah Sukarno pada saat Proklamasi 17
Agustus 1945.
7.
Suwiryo
Suwiryo
adalah walikota Jakarta Raya waktu itu dan secara tidak langsung menjadi ketua
penyelenggara upacara Proklamasi Kemerdekaan. Oleh karena itu, ia sangat sibuk
mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan dalam upacara tersebut, termasuk
pengadaan mikrofon dan pengeras suara.
8.
Muwardi
Tokoh
muda Muwardi, bertugas dalam bidang pengamanan jalannya upacara Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia. Ia telah menugaskan anggota Barisan Pelopor dan Peta
untuk menjaga keamanan di sekitar kediaman Bung Karno. Setelah upacara
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, ia juga membagi tugas kepada para anggota
Barisan Pelopor dan Peta untuk menjaga keamanan Bung Karno dan Moh. Hatta.
9. Sutan
Syahrir
Tokoh ini
pada zaman pendudukan Jepang memilih aktif dalam gerakan bawah tanah bersama
beberapa pemuda yang lain. Sutan Syahrir lahir di Padang Panjang, Sumatera
Barat, pada tanggal 5 Maret 1909. Setelah lulus di HIS (SD sekarang), ia
melanjutkan ke MULO (SMP) di Medan. Kemudian ia melanjutkan studi di AMS atau
SMA sekarang, di bagian A di Bandung.
Setelah
itu, ia aktif dalam berbagai organisasi. Bahkan ia ikut mendirikan Jong
Indonesia. Di masa penjajahan Belanda, ia sudah militan dalam pergerakan
politik. Ia juga pernah ditangkap pada tahun 1934. Ia dipenjarakan di Cipinang,
kemudian bersama Drs. Moh. Hatta dibuang ke Digul, kemudian dipindah ke Banda
Neira, Selanjutnya dipindah lagi ke Sukabumi, Jawa Barat.
Pada masa
akhir pendudukan Jepang dan menjelang proklamasi termasuk pemuda yang aktif
untuk ikut mendesak Bung Hatta dan Bung Karno agar segera memerdekakan
Indonesia, karena ia dapat mendengarkan radio bahwa Jepang telah menyerah.
Setelah merdeka, pada awal perjuangan mempertahankan kemerdekaan Syahrir
diangkat sebagai Perdana Menteri RI.
10. Frans
Sumarto Mendur
Tokoh
Frans Sumarto Mendur adalah tokoh wartawan yang ikut membantu pelaksanaan
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Ia telah mengabadikan berbagai peristiwa
penting di sekitar proklamasi. Ia bergabung dengan kawan-kawan dari Indonesia
Press Photo Senice atau Ipphos.
11.
Syahruddin
Syahruddin
adalah seorang wartawan Domei. Ia dengan berani memasuki halaman gedung siaran
RRI. Oleh karena gedung siaran dijaga oleh Jepang, maka terpaksa melalui
belakang, yaitu dengan memanjat tembok belakang gedung dari JI. Tanah Abang.
Naskah proklamasi kemudian berhasil diserahkan kepada kepala bagian siaran.
12. Wuz
dan Yusuf Ronodipuro
Tokoh F.
Wuz dan Yusuf Ronodipuro berperan penting dalam penyebarluasan berita
proklamasi. Kedua tokoh ini merupakan penyiar-penyiar yang cukup berani dan
tidak jarang mendapat ancaman dari pihak Kempetai.
13.
Lambertus Nicodemus Palar
Lambertus
Nicodemus Palar atau lebih dikenal dengan L.N. Palar adalah seorang diplomat
ulung dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia, khususnya melalui diplomasi. Ia
lahir di Tomohon, Sulawesi Utara pada tanggal 5 Juni 1900. Pendidikan yang
ditempuhnya adalah sekolah MULO di Tondano, kemudian melanjutkan sekolah di
Yogyakarta di AMS dan ITB, namun Palar tidak menyelesaikan kuliahnya di ITB. Ia
kemudian meneruskan sekolah di Amsterdam sambil bekerja.
Pada
tahun 1947, L.N. Palar diminta oleh Presiden Sukarno untuk menjadi juru bicara
RI di PBB. Pada akhir tahun 1947 dibantu oleh Sudarpo, Soedjatmoko, dan
Sumitro, Palar membuka kantor perwakilan RI di New York. Sebelum pengakuan
kedaulatan RI 1949, status Palar saat itu adalah sebagai peninjau. Kemudian
pada tahun 1950 setelah Indonesia mendapat kedaulatan penuh dan Indonesia
menjadi anggota PBB ke-60, Palar resmi sebagai perwakilan RI dengan status
keanggotaan penuh.
14.
Sumitro Djojohadikusumo
Begawan
ekonomi Indonesia yang idealis ini selalu konsisten terhadap sikapnya yang
dianggap benar. Sumitro lahir di Kebumen, Jawa Tengah 29 Mei 1917. Ayahnya
Margono adalah pendiri Bank BNI. Setelah menamatkan sekolahnya di Hogere Burger
School (HBS), ia langsung berangkat ke Belanda. Ia juga pernah belajar di
Barcelona dan Rotterdam untuk mempelajari ekonomi. Dalam tempo tiga bulan ia
telah berhasil meraih gelar Bachelor of Arts (BA).
Ia juga
pernah sekolah ekonomi di Universitas Sorbonne, Paris. Di Paris Sumitro mulai
masuk ke kelompok sosialis. Ia kemudian belajar tentang konsisten pada prinsip
hidup, pengabdian, perlawanan, dan keadilan sosial. Sumitro kemudian ke Belanda
untuk mendapatkan gelar Master of Arts (MA). Bersama-sama dengan L.N. Palar,
Sumitro memperjuangkan RI melalui jalur diplomasi.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Proklamasi
17 Agustus 1945, besar bersama bangsa Indonesia. Proklamasi 17 Agustus 1945
juga merupakan kehendak dari Tuhan Yang Esa. Proklamasi 17 Agustus 1945
melibatkan peranan banyak orang. Bahkan bukan hanya bangsa Indonesia, tetapi
sebagian bangsa lain juga bersimpati untuk perjuangan bangsa Indonesia.
Para
tokoh memiliki peranan berbeda-beda dalam Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Mereka berperan sesuai dengan kemampuan dan kesempatan yang harus dilakukan.
Para tokoh pejuang itu senantiasa rela berkorban dan tanpa pamrih untuk
berjuang mencapai kemerdekaan sehingga bangsa Indonesia bebas dari penjajahan.
Mereka bersatu saling bahu membahu bersama rakyat rela berkorban tanpa pamrih
untuk mempertahankan tanah air Indonesia.
B. Saran
Melakukan
refleksi nilai-nilai kepahlawanan dari para tokoh dalam memperjuangkan
kedaulatan kemerdekaan Indonesia, merupakan sesuatu yang sangat penting dan
banyak pelajaran yang dapat kita peroleh.
DAFTAR PUSTAKA
·
Abdullah,
Taufik dan A.B. Lapian. 2012. Indonesia Dalam Arus Sejarah jilid 6 (Perang dan
Revolusi). Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve.
·
Adam,
Cindy. 1984. Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia. (alih bahasa: Abdul
Bar Salim). Jakarta: Gunung Agung.
·
Alfarizi,
Salman. 2009. Mohammad Hatta: Biografi Singkat (1902–1980). Yogyakarta: Garasi.
·
Anderson,
Benedict R.O’G. 1972. Java in a Time of Revolution: Occupation and Resistance
1944–1946. Ithaca: Cornell University Press.
·
Kahin,
George Mc.Turnan. 2013. Nasionalisme & Revolusi Indonesia. (alih bahasa Tim
Komunitas Bambu). Depok: Komunitas Bambu.
·
Kartasasmita,
Ginandjar, A. Prabowo, Bambang Kesowo et.al. 1995. 30 Tahun Indonesia Merdeka
1945-1960. Jakarta: Sekretariat Negara.
·
Swantoro,
P. 2002. Dari Buku ke Buku: Sambung Menyambung Menjadi Satu. Jakarta: KPG.
·
Wild,
Colin dan Peter Carey. 1986. Gelora Api Revolusi. Jakarta: Gramedia.
No comments:
Post a Comment