KUMPULAN MAKALAH : MAKALAH MAKANAN TRADISIONAL KHAS JAWA BARAT KUE APEM

Tuesday, February 12, 2019

MAKALAH MAKANAN TRADISIONAL KHAS JAWA BARAT KUE APEM


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Kue Apem,salah satunya,,yaitu sejenis kue basah yang terbuat dari tepung beras dan berbentuk lebarseperti payung.Dari salah satu blog  yang saya baca,,ada yang menyebutkan asal muasal kata “apem”.
Menurut sejarah, suatu hari di bulan safar, ki Ageng Gribig yang merupakan keturunan Prabu Brawijaya kembali dari perjalanannya ke tanah suci. Ia membawa oleh-oleh 3 buah makanan dari sana. Sayangnya saat akan dibagikan kepada penduduk, jumlahnya tidak memadai. Maka bersama sang istri iapun mencoba membuat kue yang sejenis. Setelah jadi, kue-kue ini kemudian disebarkan kepada penduduk setempat. Pada penduduk yang berebutan mendapatkannya ki Ageng Gribig meneriakkan kata “yaqowiyu” yang artinya “Tuhan berilah kekuatan”
Makanan ini  kemudian dikenal oleh masyarakat sebagai kue apem, yakni berasal dari saduran bahasa arab “affan” yang bermakna ampunan. Tujuannya adalah agar masyarakat juga terdorong selalu memohon ampunan kepada Sang Pencipta. Lambat laun kebiasaan ‘membagi-bagikan’ kue apem ini berlanjut pada acara-acara selamatan menjelang Ramadhan. Harapannya, semoga Allah berkenan membukakan pintu maaf yang selebar-lebarnya kepada umat muslim yang hendak menjalankan ibadah puasa. Dengan begitu umat muslim yang menjalankan ibadah puasa berharap dapat menjalankannya dengan lapang dada dan tenang juga.
Dari salah satu buku yang pernah saya baca,, bentuk apem yang seperti payung itu juga mempunyai makna tersendiri.Diharapkan si pemakan apem kelak diakhirat nanti akan dipayungi sehingga tidak kepanasan.

1.2 Rumusan Masalah
·         Bagaimanakah yang dimaksud dengan kue apem?

1.3  Tujuan
·         Memahami bagaimana yang dimaksud dengan kue apem.





BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Asal Usul Kanduri Apem
Kue apem meurpakan salah satu jajanan khas yang berasal dari kalangan masyarakat Jawa. Kue ini terbuat dari tepung beras, berbentuk bulat dan memiliki tekstur yang empuk. Nama “Apem” konon berasal dari Bahasa Arab yaitu afuan/ afuwwun, yang berarti ampunan. Namun, masyarakat Jawa menyederhanakan kata tersebut menjadi “Apem”. Dari nama tersebut, dapat diketahui bahwa kue apem merupakan simbol permohonan ampunan.
Dalam budaya Jawa, kue apem ini dibuat pada saat menjelang bulan Ramadhan. Kue tersebut kemudian diantarkan ke musholla atau masjid-masjid. Tujuannya adalah memohon ampun sebelum puasa dimulai serta merupakan wujud syukur atas rezeki yang diberikan selama in. Tradisi ini dekenal dengan istilah “Megengan”.  Megengan berasal dari bahasa Jawa ‘megeng’ yang berarti menahan diri, bisa diartikan sebagai puasa itu sendiri.
Di wilayah Klaten, tradisi megengan dirayakan dengan meriah. Pada saat tradisi megengan, kue apem disusun dalam dua gunungan yaitu gunungan lanang dan gunungan wadon dan diarak keliling kota. Setelah arak-arakan selesai, masyarakat saling berebut kue apem yang merupakan simbol pengharapan berkah.
Konon, tradisi ini berasal dari Ki Ageng Gribik atau Sunan Geseng, salah satu murid Sunan Kalijaga, yang waktu itu baru pulang ibadah haji dan melihat penduduk Desa Jatinom, salah satu daerah di Klaten, menderita kelaparan. Ki Ageng Gribik kemudian  membuat kue apem dan membagikannya kepada penduduk yang kelaparan sambil mengajak mereka mengucapkan lafal dzikir Qowiyyu (Allah Maha Kuat). Para penduduk itu pun menjadi kenyang. Hal inilah yang memotivasi penduduk Klaten untuk terus menghidupkan tradisi upacara Ya Qowiyyu setiap sebelum bulan Ramadhan.

2.2 Bahan-bahan dan Cara Pembuatan
Bahan Membuat Kue Apem Gula Jawa :
·         tepung beras 150 gram
·         tepung terigu 100 gram ( protein sedang )
·         gula jawa 150 gram
·         air kelapa 175 ml
·         daun pandan 1 lembar
·         ragi instan 1/2 sdt
·         kelapa 1/2 butir  ( buat santan 180 ml )
·         garam 1/2 sdt
·         bumbu spekuk 1 sdt
·         baking powder 1 sdt

Bahan taburan apem gula merah ( kukus ) :
·         kelapa parut 100 gram
·         garam 1/4 sdt
·         daun pandan 1 lembar

Cara membuat apem gula jawa:
·         Rebbus gula Jawa dengan air kelapa serta daun pandan sambil diaduk hingga gula melarut. Saring. Ambil 225 ml air gula jawa hangat.
·         Tuangkan air gula sedikit demi sedikit ke dalam tepung beras sambil diuleni hingga lembut. Dinginkan.
·         Jika sudah dingin tambahkan tepung terigu, ragi, garam dan santan serta bumbu spekuk. Kocok selama 15 menit dengan kecepatan rendah. Diamkan selama 30 menit.
·         Tambahkan baking powder. Aduk sampai rata.
·         Panaskan cetakan kecil apem, Tuangkan adonan ke dalam cetakan kecil. Kukus selama 30 menit dengan api besar hingga kue apem matang. Angkat dan sajikan dengan taburan parutan kelapa.

















                                                      
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan  pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa Indonesia memiliki kebudayaan lokal yang bervariasi dengan ciri-ciri khas yang membedakan kebudayaan bangsa Indonesia dengan bangsa lain. Kebudayaan tersebut telah menjadi jati diri sebagai bangsa Indonesia.Dunia internasional mengenal Indonesia salah satu nya dari keanekaragaman budaya yang dimiliki. Budaya lokal tersebut harus dijaga agar dapat memperkokoh ketahanan budaya bangsa.Selain itu kita harus memahami arti kebudayaan serta menjadikan keanekaragamanbudaya yang ada di Indonesia sebagai sumber kekuatan untuk ketahanan budaya bangsa.
Membangun kebudayaan nasional Indonesia harus mengarah kepada  suatu strategi kebudayaan untuk dapat menjawab pertanyaan, “Akan kita jadikan seperti apa bangsa kita?” yang tentu jawabannya adalah “menjadi bangsa yang tangguh dan entrepreneurial, menjadi bangsa Indonesia dengan ciri-ciri nasional Indonesia, berfalsafah dasar Pancasila, bersemangat bebas-aktif mampu menjadi tuan di negeri sendiri, dan mampu berperanan penting dalam percaturan global dan dalam kesetaraan juga mampu menjaga perdamaian dunia”.

3.2 Saran
Indonesia kaya akan segalanya namun jika kekayaan tersebut tidak mampu diupayakan semaksimal mungkin dapat berakibat fatal bagi kemajuan bangsa Indonesia. Penulis dan seluruh warga negara tentu memiliki keinginan dan harapan yang sama, yaitu memajukan Indonesia dari segala aspek termasuk kebudayaan yang ada di daerah Indonesia. Namun, hal tersebut butuh kerja keras dari semua pihak. Penulis menyarankan agar semua pihak tersebut lebih memperhatikan lagi hal sekecil apapun, karena dari hal sekecil itu dapat bisa menjadi besar jika terus diasah dan dipelihara dengan kesungguhan.










DAFTAR PUSTAKA

·      


























No comments:

Post a Comment