KATA
PENGANTAR
Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT
atas segala rahmatNya sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan
selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak
yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun
materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini
dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap
lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan
sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih
banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan
dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
2.2.1.3 Fungsi Jaringan Epitel pada Hewan
2.2.3 Jaringan Darah dan Limfa
2.2.3.2 Fungsi Jaringan Ikat pada Hewan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Hewan
bertulang belakang (vertebrata) memiliki struktur yang sangat kompleks. Aktivitas
tertentu melibatkan berbagai tingkatan organisasi tubuhnya, yaitu sel, jaringan
, organ dan system organ. Sebagai contoh sederhana adalah jantung. Apa ysng
menyusun jantung? Bagaimana jantung bekerja? Jantung terdiri atas berjuta -
juta sel sejenis yang membentuk jaringan .Jaringan tersebut berkumpul membentuk
organ jantung yang berungsi untuk memompakan darah ke seluruh tubuh untuk
membawa zat makanan, mineral, dan oksigen.
Organ
jantung membutuhkan organ lainnya untuk bejerja sama sehinggs membentuk system
organ. System organ tersebut adalah system peredaran darah. Dengan contoh
tersebut diharapkan kita dapat memahami tingkatan organisasi kehidupan mulai
dari tingkat sel, jaringan organ, system organ sampai organisme .Sel hewan
memiliki organel yang khas, yaitu adanya sentriol. Adanya organel tersebut
menjadi salah satu cirri yang membedakan hewan dan tumbuhan. Seperti pada
tumbuhan, sel -sel hewan memiliki struktur dan fungsi yang sama akan membentuk
suatu jaringan. Berikut ini akan diuraikan jaringan pada hewan secara lebih
terperinci.
1.2
Tujuan Penelitian
Makalah ini disusun dengan tujuan :
1.
Mendeskripsikan
macam -macam jaringan hewan .
2.
Mengetahui
jaringan penyusun organ dan system organ .
1.3 Manfaat
1.
Memahami
jaringan -jaringan pada hewan
2.
Menambah
wawasan
3.
Mengetahui
bagian-bagian serta fungsi jaringan hewan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian
Sebagai
organisme bersel banyak (multiseluler), tubuh hewan disusun oleh banyak sel
yang memiliki bentuk dan fungsi yang berbeda. Sel-sel yang berkelompok dan
memiliki bentuk dan fungsi yang sama dalam tubuh hewan disebut sebagai jaringan
hewan.
Jaringan
dengan bentuk yang khusus memungkinkan sel-sel di dalamnya melakukan fungsi
yang spesifik, misalnya jaringan syaraf yang memungkinkan tubuh hewan menerima
dan menyampaikan rangsangan (peka).
Seperti
pada tubuh manusia, jaringan dalam tubuh hewan terbagi menjadi dua kelompok,
yaitu jaringan benih (germinal) dan jaringan tubuh (somatis). Jaringan benih
(germinal) adalah jaringan yang aktif membelah diri untuk menghasilkan benih
baru, sementara jaringan tubuh (somatis) merupakan jaringan yang terdapat dalam
tubuh hewan sepanjang hidupnya. Jaringan tubuh (somatis) pada hewan dibagi
menjadi empat jaringan utama, yaitu jaringan epitel, jaringan ikat, jaringan
otot, dan jaringan saraf.
2.2
Bagian – Bagian
Jenis jaringan yang umumnya terdapat pada
hewan vertebrata dan manusia ada 5 macam yaitu :
2.2.1
Jaringan Epitel
2.2.1.1
Pengertian
Jaringan
epitel pada hewan merupakan jaringan yang berfungsi sebagai pelapis organ dan
rongga tubuh bagian luar hewan. Jaringan epitel berlokasi pada permukaan tubuh
hewan yang membatasi organ tubuh dengan lingkungan luarnya. Jaringan epitel
yang melapisi permukaan tubuh atau lapisan luar tubuh disebut sebagai
epitelium, jaringan epitel yang membatasi rongga tubuh disebut mesotelium, dan
jaringan epitel yang membatasi organ tubuh disebut endotelium.
Jaringan
epitel berfungsi untuk melindungi jaringan yang ada di bawahnya dari kerusakan,
sebagai pengangkut zat-zat antar jaringan, dan sebagai tempat keluarnya enzim.
Berdasarkan bentuknya, jaringan epitel dibagi menjadi tiga jenis, yaitu epitel
pipih, epitel batang (silinder), dan epitel kubus.
Epitel
pipih memiliki ciri berupa selnya yang berbentuk pipih dengan nukleus bulat di
tengah. Epitel batang (silinder) merupakan jaringan epitel yang disusun oleh
sel yang berbentuk seperti batang dengan nukleus bulat di dasar sel. Sementara
epitel kubus merupakan jaringan epitel yang disusun oleh sel berbentuk kubus
dengan nukleus bulat besar di tengah.
2.2.1.2
Jenis Jaringan Epitel
Berdasarkan jumlah lapisan selnya, jaringan
epitel dibagi menjadi beberapa jaringan, yaitu:
·
Epitel
pipih selapis (sederhana) yang memiliki ciri-ciri inti selnya berbentuk bulat
di tengah, sitoplasma jaringannya sangat jernih, dan sel-selnya tersusun sangat
rapat. Jaringan epitel pipih lapis terletak pada kapsula bowman pada ginjal,
lapisan dalam limfa dan pembuluh darah, alveolus dan paru-paru, ruang jantung,
selaput bagian dalam telinga, dan sel ekskresi kecil dari kebanyakan kelenjar.
Jaringan epitel pipih selapis berfungsi sebagai pelapis bagian dalam rongga dan
saluran, tempat difusi zat, dan tempat infiltrasi zat.
·
Epitel
pipih berlapis yang berfungsi sebagai lapisan pelindung dari pengaruh luar dan
penghasil mukus. Jaringan epitel pipih berlapis ini terletak pada kulit (dengan
zat tanduk), rongga hidung, rongga mulut, epidermis, esofagus, laring, vagina,
dan saluran anus.
·
Epitel
batang selapis yang memiliki ciri-ciri bersitoplasma jernih, memiliki sel yang
berbentuk batang, dan memiliki inti sel bulat yang berada di dekat dasar.
Jaringan epitel batang berlapis memiliki fungsi dalam proses sekresi,
penyerapan (absorpsi), penghasil mukus, dan pelicin atau pelumas permukaan
saluran. Jaringan ini banyak ditemukan pada usus, dinding lambung, kantong
empedu, saluran rahim, saluran pencernaan, dan saluran pernapasan bagian atas.
·
Epitel
batang berlapis banyak yang tersusun dari banyak lapisan sel berbentuk batang.
Jaringan epitel batang berlapis terdapat pada dinding kelopak mata, laring,
faring, uretra, dan lapisan konjungtiva (lapisan yang selalu basah karena
lendir) seperti pada bagian mata yang berwarna putih. Jaringan epitel batang
berlapis banyak berfungsi sebagai pelindung, penghasil mukus, gerakan zat
melewati permukaan, dan saluran ekskresi kelenjar ludah dan kelenjar susu.
·
Epitel
kubus selapis yang berfungsi sebagai lapisan pelindung, tempat penyerapan zat
(absorbsi), dan penghasil mukus atau sekresi. Jaringan epitel kubus selapis terletak
pada kelenjar air liur, retina mata, permukaan ovari, dan saluran dari nefron
ginjal.
·
Epitel
kubus berlapis banyak yang berfungsi sebagai pelindung, penghasil mukus, dan
pelindung dari gesekan. Jaringan epitel kubus berlapis banyak dapat ditemukan
pada folikel ovarium, testis, kelenjar keringat, dan kelenjar ludah.
·
Epitel
transisi yang memiliki ciri sel penyusunnya dapat berubah bentuk dan
berlapis-lapis dan berfungsi sebagai penahan regangan dan tekanan. Jaringan
epitel transisi terdapat pada organ saluran pernapasan, ureter, dan kandung
kemih.
2.2.1.3
Fungsi Jaringan Epitel pada Hewan
Jaringan epitel pada hewan memiliki beberapa
fungsi, yaitu:
· Sebagai pelindung jaringan yang berada di sebelah dalamnya, seperti jaringan epitel kulit dan jaringan epitel rongga mulut.
·
Sebagai
kelenjar yang menghasilkan sekret. Kelenjar ini ada dua jenis, yaitu kelenjar
eksokrin dan kelenjar endokrin.
·
Sebagai
reseptor atau penerima rangsang, yang disebut epitel sensori atau
neuroepitelium. Jaringan epitel sensori ini kebanyakan berada di sekitar alat
indra.
·
Sebagai
pintu gerbang lalu lintas zat yang mengatur penyerapan zat ke dalam tubuh dan
pengeluaran zat dari dalam tubuh. Contohnya adalah pada nefron yang dilewati
urine, pada jonjot usus sebagai penyerap zat makanan, dan pada alveolus
paru-paru yang menjadi tempat keluar dan masuknya O2 dan CO2.
2.2.2
Jaringan Ikat
2.2.2.1
Pengertian
Jaringan
ikat merupakan jaringan yang berkembang dari mesenkim, yang berasal dari
lapisan tengah embrio (mesoderm). Jaringan ikat ini merupakan penyokong utama
dari tubuh hewan dan manusia, sehingga seringkali disebut juga sebagai jaringan
penyokong atau jaringan penyambung. Sel-sel jaringan ikat berada dalam sejumlah
besar matriks (bahan ekstraseluler) yang diekskresikan sel-sel penyusunnya.
Letak sel-sel jaringan ikat tidak berhimpitan rapat atau berpencar-pencar, bila
berhubungan dengan ujung-ujung protoplasmanya.
2.2.2.2
Jenis Jaringan Ikat
Jaringan ikat dibagi menjadi tiga, yaitu:
a. Jaringan Ikat Sebenarnya
Jaringan
ikat sebenarnya merupakan jaringan ikat yang berada di seluruh bagian tubuh
hewan karena berada di bawah kulit hewan, yang berfungsi menghubungkan berbagai
organ serta mengisi ruang antarjaringan yang berdekatan. Berdasarkan
susunannya, jaringan ikat dibedakan menjadi jaringan ikat longgar, jaringan
ikat padat, dan jaringan lemak (jaringan adiposum).
Jaringan
ikat longgar dibentuk oleh matriks atau substansi dasar yang mengandung
bermacam-macam sel dan serabut. Di dalam matriks pembentuk jaringan ikat
longgar, terdapat empat macam sel, yaitu fibroblas, sel cagak (mast cell), sel
lemak, dan makrofag.
Fibroblas
adalah sel yang menghasilkan serabut kolagen, serabut elastis, dan matriks; sel
cagak (mast cell) adalah sel penghasil heparin atau anti pembekuan; sel lemak
merupakan sel penimbun lemak; sementara makrofag adalah sel ameboid yang
memakan partikel asing, yang berperan sebagai pelindung tubuh dari bibit
penyakit.
Di dalam
matriks juga terdapat dua macam serabut, yaitu serabut kolagen dan serabut
elastis. Serabut kolagen merupakan berkas serabut yang fleksibel, tetapi tidak
elastis, sementara serabut elastis adalah serabut yang fleksibel dan elastis.
Kedua serabut ini membentuk jaringan pada matriks yang menghubungkan berbagai
jaringan, seperti kulit dengan struktur di bawahnya.
Jaringan
ikat padat dibagi menjadi dua, yaitu jaringan ikat kolagen dan jaringan ikat
elastis. Jaringan ikat kolagen merupakan jaringan ikat padat yang matriksnya
mengandung berkas serabut kolagen yang padat. Contoh dari jaringan ikat kolagen
ini adalah tendon yang melekatkan otot pada tulang.
Sementara
jaringan ikat elastis adalah jaringan ikat padat yang matriksnya hanya
mengandung serabut elastis. Jaringan ikat elastis ini terletak pada ligamen
yang mengikat tulang-tulang dalam paru-paru, persendian, pita suara, dan
dinding trakea.
Jaringan
lemak (adiposum) merupakan jaringan ikat sebenarnya yang dalam matriksnya hanya
terdapat sel-sel lemak yang penting untuk menyimpan lemak cadangan. Jaringan
lemak berfungsi sebagai pelindung berbagai organ lunak seperti jantung dan
ginjal, sementara pada kulit, jaringan lemak ini berfungsi sebagai pencegah
kehilangan panas.
b. Jaringan Tulang atau Rangka
Jaringan tulang merupakan jaringan ikat yang berfungsi sebagai penyokong tubuh. Oleh karena itulah jaringan tulang dilengkapi oleh rangka yang kaku. Jaringan tulang juga terdiri dari sel-sel yang terdapat dalam matriks organik seperti pada jaringan ikat, tetapi matriks jaringan tulang bersifat lebih keras. Pada hewan vertebrata ada dua jenis jaringan tulang, yaitu tulang rawan (kartilago) dan tulang keras.
Contoh hewan vertebrata bertulang rawan
adalah ikan hiu dan ikan pari, yang seluruh rangka tubuhnya terdiri dari tulang
rawan. Sementara pada mamalia, sebagian besar rangkanya adalah tulang keras dan
terdapat beberapa tulang rawan, khususnya pada persendian dan cawan-cawan
antarvertebra.
Tulang
rawan (kartilago) merupakan jaringan ikat yang disusun oleh matriks organik
yang mengandung sel-sel kondroblas. Sel-sel kondroblas tersebut menghasilkan
matriks kondrin. Tulang rawan sendiri dibagi menjadi tiga, yaitu rawan hialin,
rawan elastis, dan rawan fibrosa. Rawan hialin merupakan tulang rawan yang
matriksnya semitransparan dan mengandung kondroitin sulfat.
Rawan
hialin ini terdapat pada tulang rusuk, tulang pipa, hidung, rangka embrio, dan
saluran pernapasan (laring, trakea, dan bronkus). Rawan elastik merupakan
tulang rawan yang matriksnya agak keruh dan mengandung serabut elastis kuning.
Bila rawan elastik ini dibengkokkan, akan terasa lentur dan dapat kembali ke
bentuknya yang semula.
Contoh
dari rawan elastik adalah epiglotis, daun telinga, tulang rawan pada faring,
dan pembuluh Eustachius. Sementara rawan fibrosa adalah tulang rawan yang
matriksnya mengandung banyak berkas serabut kolagen yang padat dan memiliki
daya renggang yang lebih kuat daripada rawan hialin. Contoh dari rawan fibrosa
ini adalah simfisis pubis (persambungan tulang kemaluan) dan diskus antarruas
tulang belakang.
Tulang
keras terbentuk dari matriks yang 70%-nya terdiri dari garam-garam anorganik,
terutama kalsium sulfat, dan 30%-nya terdiri dari zat organik, terutama serabut
kolagen. Osteoblas merupakan sel pembentuk tulang yang mensekresikan bahan
organik, garam fosfat, dan karbonat.
Saat
sekeliling osteoblas menjadi keras, osteoblas menjadi osteosit. Berdasarkan
matriksnya, tulang keras dibagi menjadi dua, yaitu tulang kompak (tulang keras)
dan jaringan tulang spons (bunga karang).
Tulang
kompak memiliki susunan matriks yang padat, sementara tulang spons memiliki
susunan matriks yang longgar atau berongga dan berisi sumsum merah yang
memproduksi sel-sel darah. Sel-sel yang tersusun pada tulang kompak membentuk
sebuah sistem yang disebut sistem Havers. Pada bagian tengah sistem Havers ini
terdapat sebuah saluran yang disebut sebagai saluran Havers.
Saluran
Havers ini berisi pembuluh darah, pembuluh limfa, dan saraf. Saluran-saluran
Havers disambungkan oleh saluran Volkman yang ada di antara kedua saluran
tersebut. Di sekeliling sistem Havers terdapat lapisan tulang yang bernama
lamela. Pada lamela-lamela yang ada di sekeliling sistem Havers tersebutlah
terdapat osteosit (sel-sel tulang) yang menempati rongga (lakuna) yang tersusun
secara konsentris.
2.2.3
Jaringan Darah dan Limfa
2.2.3.1
Pengertian
Jaringan
darah merupakan jaringan ikat yang disusun oleh sel-sel darah merah
(eritrosit), sel-sel darah putih (leukosit), dan keping-keping darah, yang
berada dalam cairan yang dinamakan plasma. Plasma darah terdiri dari air yang
mengandung berbagai zat terlarut yang dialirkan dari satu bagian tubuh ke
bagian tubuh lainnya. Bahan makanan seperti glukosa, lemak, dan asam amino,
dibawa dari usus ke hati, urea dari hati ke ginjal, dan hormon dari kelenjar
buntu menuju berbagai organ yang menjadi target.
Sel darah
merah atau eritrosit memiliki fungsi sebagai pembawa oksigen dari organ
respirasi ke berbagai jaringan, sel darah putih atau leukosit memiliki fungsi
sebagai pembunuh bibit penyakit, sementara keping-keping darah berfungsi
sebagai pembekuan darah. Sel darah putih dibedakan menjadi eosinofil,
neutrofil, basofil (yang dihasilkan sumsum merah) dan limfosit, monosit (yang
dihasilkan jaringan limfoid).
Jaringan
sumsum merah dan limfoid disebut sebagai jaringan hematopoietik. Limfa atau
getah bening mengandung zat-zat seperti plasma, tetapi dengan konsentrasi yang
berbeda. Di dalam limfa tidak terdapat sel darah merah, tetapi terdapat
limfosit yang berperan sebagai fagosit.
2.2.3.2
Fungsi Jaringan Ikat pada Hewan
Jaringan ikat pada hewan memiliki beberapa
fungsi sebagai berikut:
·
Sebagai
pelekat satu jaringan dengan jaringan lainnya.
·
Sebagai
pembungkus organ-organ.
·
Sebagai
pengisi rongga yang ada di antara organ-organ.
·
Sebagai
pelindung tubuh dari bakteri (jaringan ikat longgar).
·
Sebagai
pemberi bentuk pada tubuh (skeleton).
·
Sebagai
pencegah tubuh kehilangan panas (adiposum).
·
Sebagai
produsen darah (jaringan darah/hematopoietik).
2.2.4 Jaringan
Otot
2.2.4.1
Pengertian
Jaringan
otot merupakan jaringan yang berasal dari lapisan embrional dan disusun oleh
sel-sel khusus yang mampu berkontraksi karena mengandung miofibril sebagai
elemen kontraktil. Jaringan otot ini kira-kira membangun 40% dari berat tubuh
vertebrata, termasuk manusia. Fungsi jaringan otot pada hewan adalah sebagai
alat gerak aktif karena kemampuannya berkontraksi.
Gerakan
anggota gerak dan tubuh vertebrata, termasuk manusia, secara keseluruhan
disebabkan oleh kontraksi otot yang melekat pada rangka. Sementara pada organ
yang berongga seperti saluran pencernaan dan pembuluh darah, jaringan otot
berfungsi untuk menekan isi organ tersebut, sehingga terjadi gerakan makanan
dalam usus dan aliran darah ke seluruh tubuh.
Jenis Jaringan Otot
Jaringan
otot dibagi menjadi tiga jenis berdasarkan bentuk dan cara kerjanya. Ketiga
jenis jaringan otot tersebut adalah sebagai berikut:
2.2.4.2 Otot
Polos
Otot polos merupakan jaringan otot yang disusun oleh sel-sel yang berbentuk kumparan dengan satu inti di tengahnya. Karena sitoplasma (sarkoplasma) mengandung filamen yang tidak teratur, otot polos tidak terlihat lurik. Saat miofilamen memendek, otot akan berkontraksi.
Otot
polos ini berkontraksi di luar kesadaran, gerakannya dapat terus-menerus,
lambat tetapi tidak mudah lelah. Jaringan otot polos terdapat pada dinding
pembuluh darah, saluran pencernaan makanan, dan saluran telur. Otot polos ini
tidak hanya dimiliki hewan vertebrata, tetapi juga oleh hewan invertebrata.
2.2.4.3 Otot
Lurik
Otot
lurik merupakan jaringan otot yang disusun oleh serabut-serabut otot atau
sel-sel otot, serta memiliki banyak inti yang terletak di bagian tepinya.
Karena otot lurik melekat pada rangka atau tulang, otot ini disebut juga
sebagai otot rangka. Miofilamen otot lurik memiliki susunan yang teratur,
membentuk garis-garis melintang terang dan gelap.
Karena
itulah otot rangka juga disebut sebagai otot serat lintang (otot lurik).
Serabut-serabut otot yang berkelompok membentuk serabut disebut fasikulus, yang
kemudian saling bergabung dan membentuk otot atau daging. Sama seperti otot
polos, kontraksi otot lurik juga di bawah kesadaran, tetapi terjadi secara
cepat dan kuat. Contoh otot lurik adalah otot bisep dan trisep pada lengan
atas.
2.2.4.4 Otot
Jantung
Otot
jantung merupakan jaringan otot yang berada di jantung, yang sel-selnya
bercabang-cabang dan setiap cabangnya melekat dengan cabang lainnya. Miofilamen
otot jantung tersusun seperti pada otot lurik. Sel otot jantung memiliki satu
inti, yang terletak di tengah.
Setiap
sel otot jantung terhubung dengan sel lainnya dengan keping interkalar. Sama
seperti kedua otot lainnya, kontraksi otot jantung juga berada di luar
kesadaran. Kontraksi otot jantung terjadi secara teratur dan lambat, serta
memiliki periode istirahat yang panjang, yang mencegah otot jantung ini
mengalami kejang. Sesuai dengan namanya, otot jantung hanya terdapat pada
jantung.
2.2.5
Jaringan Saraf
2.2.5.1
Pengertian
Jaringan
saraf merupakan jaringan yang disusun oleh kumpulan saraf. Kumpulan saraf ini
disebut sebagai neuron. Neuron merupakan kesatuan fungsional dari sistem saraf
yang memiliki kemampuan menghantarkan impuls (konduktivitas), sehingga terjadi
komunikasi antara reseptor (sel atau organ penerima rangsang) dengan efektor
(jaringan atau organ yang memiliki reaksi langsung, seperti kelenjar atau
otot). Jaringan saraf sendiri memiliki sel-sel reseptor yang dibungkus jaringan
ikat.
Berdasarkan
fungsinya, neuron dibagi menjadi tiga jenis, yaitu neuron sensorik, neuron
motorik, dan neuron penghubung. Neuron sensorik atau yang biasa disebut neuron
aferen merupakan neuron yang bertugas menyampaikan impuls ke pusat saraf, yaitu
otak dan sumsum tulang belakang.
Neuron
motorik atau neuron aferen adalah neuron yang bertugas membawa impuls keluar
dari pusat saraf. Sementara neuron penghubung adalah neuron yang menghubungkan
neuron sensorik dengan neuron motorik. Neuron penghubung memiliki dendrit atau
akson yang berhubungan dengan neuron lain.
Neuron
motorik terdiri dari badan sel yang memiliki inti di bagian tengahnya. Pada
sitoplasmanya terdapat butir-butir Nissl yang mengandung RNA, untuk sintesis
protein, dan badan golgi. Uluran sitoplasma dari badan sel yang ujungnya
memiliki cabang-cabang halus dinamakan dendrit.
Dendrit
ini berfungsi menghantarkan impuls ke badan sel. Sementara uluran sitoplasma
yang lebih panjang dinamakan akson (neurit), yang berfungsi menghantar impuls
dari badan sel ke neuron lain atau ke efektor. Setiap akson tersebut memiliki
aksoplasma yang berhubungan dengan sitoplasma pada badan sel, yang terbungkus
selaput tipis yang merupakan kelanjutan dari membran plasma pada badan sel.
Akson
ataupun dendrit yang berukuran panjang dilapisi selubung mielin yang memiliki
fungsi sebagai isolator. Sementara di sebelah luarnya dibungkus oleh selaput
neurilemma, sel Schwann yang berperan dalam nutrisi, regenerasi akson yang
rusak atau putus, dan membentuk selaput mielin. Di antara dua sel Schwann
tersebut terdapat simpul Ranvier (node of Ranvier).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Di depan
telah dibahas mengenai berbagai macam jaringan yang terdapat pada hewan . Tidak
semua organism mempunyai jaringan dalam tubuhnya. Pada organism tingkat rendah
seperti Protozoa tubuhnya hanya terdiri dari satu sel. Jadi, Protozoa tidak
memiliki jaringan pada tubuhnya.
Semakin
tinggi tingkatan organism , semakin kompleks struktur penyusun tubuhnya. Tubuh
organisne tingkat tinggi tersusun atas berbagai macam jaringan. Kelompok hewan
Vertebrata juga tersusun dari berbagai macam jaringan seperti yang telah di
bahas di depan.
Namun ,
struktur jaringan yang terdapat pada tubuh setiap jenis hewan berbeda -beda
walaupun fungsinya sama . Misalnya , jaringan darah pada setiap hewan mempunyai
struktur berbeda -beda sebagai hasil adaptasi terhadap lingkungan .
3.2 Saran
Sistem
jaringan pada hewan merupakan suatu kesatuan yang sangat kompleks, hendaknya
membutuhkan pemahaman yang sangat mendetail untuk mempelajarinya.
DAFTAR
PUSAKA
·
Djuhanda,
T. 1980. Pengantar Anatomi Perbandingan Vertebrata . Bandung: Amirco
·
Gunawan ,
A .M .S 2001 . Mekanisme dan Mekanika Pergerakan Otot . Internak Vol . 6 ( 2):
58-62
·
Hickman ,
C. P. amd C . P . Hickman 1972 .
·
Biology
of Animal. Saint Louis : CV Mosby Company
·
Hiderbrand
, M . 1974. Analysis of Vertebrae
·
Stuctur.
Canada : John Willey and Sons, Inc.
·
Kimball,
J. W 1987 . b .Jakarta: Erlangga
No comments:
Post a Comment