DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................................... i
2.3
Laporan biaya
produksi satu departemen dan lebih dari satu departemen................... 3
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Metode harga pokok proses yang
merupakan metode pengumpulan biaya
produksi yang digunakan oleh
perusahaan yang mengolah produknya secara massa. Di dalam metode ini, biaya produksi dikumpulkan untuk
setiap proses selama jangka waktu tertentu, dan biaya produksi per satuan dihitung dengan cara membagi
total biaya produksi
dalam proses tertentu, selama periode tertentu dengan
jumlah satuan produk yang dihasilkan dari proses tersebut selama
jangka waktu yang bersangkutan.
Melalui makalah ini akan diuraikan
metode harga pokok proses yang sederhana, yaitu yang diterapkan dalam perusahaan yang mengolah produknya
melalui satu departemen produksi dan dalam perusahaan yang mengolah produknya
melalui lebih dari satu departemen produksi.
1.2
Rumusan Masalah
1. Apa saja Karakteristik
harga pokok proses?
2. Apa Manfaat informasi harga pokok
proses?
3. Bagaimana Laporan biaya
produksi satu departemen dan lebih dari satu
departemen?
1.3
Tujuan Penulisan
1.
Untuk mengetahui
Apa saja Karakteristik harga pokok proses.
2. Untuk mengetahui Apa
Manfaat informasi harga pokok proses.
3. Untuk mengetahui Bagaimana Laporan
biaya produksi satu departemen dan lebih dari satu departemen.
BAB
II PEMBAHASAN
2.1
Karakteristik harga pokok proses
Metode harga pokok proses, yang
merupakan metode pengumpulan biaya produksi yang
digunakan oleh perusahaan yang mengolah produknya secara masal. Di dalam metode ini, biaya produksi dikumpulkan untuk
setiap proses selama jangka waktu tertentu, selama periode tertentu, dengan jumlah satuan produk yang dihasilkan
dari proses tersebut selama jangka waktu yang bersangkutan. Metode pengumpulan biaya produksi ditentukan oleh karakteristik
proses produksi perusahaan. Metode harga pokok proses memiliki karakteristik tertentu,
yaitu:
1. Biaya dikumpulkan untuk setiap satuan waktu
tertentu, misalnya bulan,
tahun, dan sebagainya.
2. Produk yang dihasilkan bersifat
homogen dan bentuknya
standar, tidak tergantung spesifikasi yang diminta
oleh pembeli.
3. Kegiatan produksi
didasarkan pada budget produksi atau schedule produksi
untuk satuan waktu tertentu.
4.
Tujuan produksi untuk mengisi persediaan yang selanjutnya dijual.
5.
Kegiatan produksi bersifat kontinu dan terus-menerus.
6. Jumlah total biaya maupun biaya satuan
dihitung setiap akhir periode, misalnya
akhir bulan, akhir tahun.
Karakteristik utama dari
metode harga pokok proses adalah
sebagai berikut:
1.
Laporan harga pokok produksi digunakan
untuk mengumpulkan, meringkas, dan menghitung harga
pokok baik total maupun satuan atau per unit. Apabila produk diolah melalui beberapa tahap atau departemen,
laporan harga pokok disusun setiap departemen
di mana produk diolah.
2.
Biaya produksi periode
tertentu dibebankan kepada produk melalui
rekening barang dalam proses yang diselenggarakan untuk
setiap elemen biaya. Apabila produk diolah melalui
beberapa departemen, rekening barang dalam proses di samping diselenggarakan untuk setiap elemen biaya harus diselenggarakan untuk setiap departemen di mana produk
diproses.
3.
Produksi dikumpulkan dan dilaporkan untuk satuan waktu atau periode
tertentu. Apabila produk diproses
melalui beberapa tahap atau departemen, laporan produksi tersebut
dibuat untuk setiap
departemen.
4.
Produksi ekuivalen (equivalent
production) digunakan untuk menghitung harga pokok satuan. Produksi ekuivalen adalah tingkatan atau jumlah produksi
di mana pengolahan produk dinyatakan dalam ukuran produk selesai.
5.
Untuk menghitung harga pokok satuan setiap elemen biaya produksi
tertentu, maka elemen biaya produksi tertentu tersebut
dibagi dengan produksi ekuivalen untuk elemen
biaya yang bersangkutan.
6.
Harga pokok yang
diperhitungkan untuk mengetahui elemen-elemen
yang menikmati biaya yang
dibebankan, berapa yang dinikmati produk selesai dari departemen tertentu atau pengolahan yang dipindahkan ke gudang
atau ke departemen berikutnya dan berapa harga pokok produk dalam proses akhir.
7.
Apabila dalam proses pengolahan produk timbul produk hilang,
produk rusak, produk cacat, tambahan
produk akan diperhitungkan pengaruhnya dalam perhitungan harga pokok produk.
2.2
Manfaat Informasi Harga Pokok Proses
Untuk memberikan gambaran awal
penggunaan metode harga pokok proses dalam proses
pengumpulan biaya produksi, variasi contoh penggunaan metode harga pokok proses yang diuraikan ini mencakup:
1. Metode harga pokok proses
yang diterapkan dalam perusahaan yang produknya diolah hanya melalui satu departemen produksi.
2. Metode harga pokok proses
yang diterapkan dalam perusahaan yang produknya diolah melalui lebih dari
satu departemen produksi.
3. Pengaruh terjadinya produk yang hilang dalam proses terhadap perhitungan harga pokok produksi
persatuan dengan anggapan:a. Produk hilang pada awal proses.b.
Produk hilang pada akhir proses.
2.3
Laporan biaya produksi satu departemen dan lebih dari satu departemen
A.
Metode Harga Pokok Proses – Satu Departemen Produksi
Untuk dapat memahami perhitungan harga
pokok produk dalam metode harga pokok proses, berikut
ini disajikan contoh metode harga pokok proses yang diterapkan dalam perusahaan yang mengolah produknya
melalui satu departemen produksi, tanpa memperhitungkan adanya persediaan
produk dalam proses awal periode.
Contoh
:
PT Era Milenia Jaya mengolah produknya secara masal melalui
satu departemen produksi. 1: Jumlah
biaya yang dikeluarkan selama bulan Januari 2020 adalah sebagai berikut:
·
Biaya bahan baku = Rp
5.000.000
·
Bahan penolong = Rp 7.500.000
·
Biaya tenaga kerja
= Rp 11.250.000
·
Biaya overhead pabrik
= Rp 16.125.000
·
Total biaya
produksi = Rp 39.875.000
2: Jumlah
produk yang dihasilkan selama bulan tersebut
adalah:
·
Produk jadi = 2.000
kg
·
Produk dalam proses pada akhir bulan = 500 kg 3: Dengan tingkat penyelesaian sebagai
berikut:
·
Biaya bahan baku = 100%
·
Biaya bahan
penolong = 100%
·
Beban tenaga kerja
= 50%
·
Biaya overhead pabrik
= 50%
Yang menjadi masalah adalah bagaimana
menghitung harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang dan harga pokok
persediaan produk dalam proses yang pada akhir bulan belum selesai
diproduksi.
Untuk
tujuan tersebut perlu dilakukan penghitungan biaya produksi per satuan yang dikeluarkan
dalam bulan Januari 2020. Hasil perhitungan ini kemudian dikalikan dengan kuantitas
produk jadi dan akan dihasilkan informasi harga pokok produk jadi yang
ditransfer ke gudang.
Untuk
menghitung harga pokok persediaan produk
dalam proses pada akhir periode,
biaya produksi per satuan tersebut
dikalikan dengan kuantitas
persediaan produk dalam
proses dengan memperhitungkan tingkat penyelesaian persediaan produk dalam proses tersebut.
Untuk menghitung biaya per satuan yang
dikeluarkan oleh perusahaan tersebut, perlu dihitung unit ekuivalensi bulan Januari 2020
dengan cara perhitungan sebagai berikut:
1.
Biaya Bahan Baku:
Dari data contoh
soal di atas, kita melihat
bahwa biaya bahan
baku sebesar Rp
5.000.000 digunakan untuk menyelesaikan produk jadi sebanyak
2.000 kg dan 500 kg persediaan produk dalam proses.
Jadi ekuivalensi biaya harga bahan baku adalah:
= 2.000 +
(100% x 500)
= 2.500 kg
2.
Biaya Bahan Penolong
Bahan penolong yang dikeluarkan bulan Januari 2020 sebesar Rp 7.500.000 menghasilkan 2.000 kg produk jadi dan 500 kg persediaan produk dalam proses.
Tingkat penyelesaian 100%.
Dengan demikian
unit ekuivalensi biaya bahan penolong
adalah 2.500 kg yang dihitung
sebagai berikut:
= 2.000 +
(100% x 500) = 2.500 kg
3.
Biaya Tenaga Kerja
Biaya tenaga kerja yang dikeluarkan bulan Januari 2020
sebesar Rp 11.250.000 tersebut dapat menghasilkan 2.000 kg produk
jadi dan 500 kg persediaan
produk dalam proses.
Dengan tingkat
penyelesaian biaya tenaga kerja 50%.
Dengan demikian
unit ekuivalensi biaya tenaga kerja adalah 2.250 kg, yang dihitung sebagai
berikut:
= 2.000 +
(50% x 500) = 2.250 kg
4.
Biaya Overhead Pabrik
Biaya overhead
pabrik yang dikeluarkan bulan Januari 2020 sebesar
Rp 16.125.000.
Dan menghasilkan 2.000 kg produk jadi dan 500 kg persediaan produk dalam proses dengan tingkat
penyelesaian 30%.
Dengan demikian
unit ekuivalensi biaya bahan penolong dihitung sebagai
berikut:
= 2.200 +
(30% x 500) = 2.150 kg
Perhitungan biaya produksi
per kilogram produk yang diproduksi
dalam bulan Januari
2020 dilakukan dengan membagi tiap unsur-unsur harga
pokok produksi, yaitu:
·
biaya bahan baku,
·
biaya bahan penolong,
·
biaya tenaga kerja, dan
·
biaya overhead pabrik, seperti
berikut ini:
Perhitungan Harga Pokok Produksi Per Satuan
Setelah
biaya produksi per satuan dihitung, harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang
dari harga pokok persediaan
produk dalam proses dihitung sebagai berikut:
·
Harga pokok produk jadi: 2.000 x Rp 17.500 = Rp 35.000.000
·
Harga pokok persediaan produk dalam proses:
·
Biaya bahan baku :
100% x 500 x Rp 2.000 =
Rp 1.000.000
·
Biaya bahan
penolong : 100% x 500 x Rp
3.000 = Rp 1.500.000
·
Biaya TK : 50% x 500
x Rp 5.000 = Rp 1.250.000
·
Jumlah = Rp
4.875.000
·
Jumlah biaya produksi
bulan Januari 2020 = (1) – (2) = Rp
39.875.000
Jurnal Umum Pencatatan
Proses Produksi
Jurnal Pencatatan Biaya Produksi
Berdasarkan
informasi yang disajikan dalam laporan biaya produksi, biaya produksi yang terjadi
bulan Januari 2020, dicatat dengan jurnal umum berikut ini:
A: Jurnal
untuk mencatat biaya bahan baku:
[Debit] Barang Dalam Proses – Biaya Bahan Baku Rp 5.000.000 [Kredit] Persediaan Bahan Baku Rp 5.000.000
B: Jurnal untuk mencatat biaya bahan penolong:
[Debit] Barang Dalam Proses – Biaya Bahan Penolong Rp
7.500.000 [Kredit] Persediaan Bahan Penolonh Rp
7.500.000
C: Jurnal
untuk mencatat biaya tenaga kerja:
[Debit] Barang Dalam Proses – Biaya Tenaga Kerja Rp 11.250.000 [Kredit] Gaji dan Upah
Rp 11.250.000
D: Jurnal
untuk mencatat biaya overhead pabrik:
[Debit] Barang Dalam Proses – Biaya Overhead Pabrik Rp
16.125.000 [Kredit] Berbagai
Rekening yang Dikredit
Rp 16.125.000
E: Jurnal
untuk mencatat harga pokok produk
jadi yang ditransfer ke gudang:
[Debit] Persediaan Produk
Jadi Rp 35.000.000
[Kredit] Barang Dalam
Proses – Biaya
Bahan Baku Rp 4.000.000 [Kredit] Barang Dalam Proses – Biaya Bahan
Penolong Rp 6.000.000 [Kredit] Barang
Dalam Proses – Biaya TK Rp 10.000.000
[Kredit] Barang Dalam Proses
– Biaya Overhead
Pabrik Rp 15.000.000
Note:
= 2.000 kg
x Rp 5.000
= 2.000 kg
x Rp 7.500
F:
Jurnal untuk mencatat harga pokok persediaan produk dalam proses yang belum
selesai diolah pada akhir
bulan Januari 2020:
[Debit] Persediaan Produk
Dalam Proses Rp 4.875.000
[Kredit] Barang Dalam
Proses – Biaya Bahan Baku Rp 1.000.000 [Kredit] Barang Dalam Proses – Biaya Bahan
Penolong Rp 1.500.000 [Kredit]
Barang Dalam Proses
– Biaya Tenaga Kerja
Rp 1.250.000 [Kredit]
Barang Dalam Proses
– Biaya Overhead
Pabrik Rp 1.125.000
B.
Metode Harga Pokok Proses Lebih Dari Satu Departemen Produksi
Metode harga pokok proses dua
departemen adalah penggunaan metode harga pokok proses produk diolah melalui lebih dari satu departemen
produksi. Jika produk diolah melalui lebih
dari satu departemen produksi. Perhitungan biaya produksi per satuan produk
yang dihasilkan oleh departemen
produksi pertama sama dengan yang telah dibahas dalam contoh di atas. Perhitungan biaya produksi
per satuan produk yang dihasilkan oleh departemen setelah departemen pertama adalah
perhitungan yang bersifat kumulatif. Karena produk yang dihasilkan oleh departemen setelah departemen pertama adalah
produk jadi dari departemen sebelumnya, yang juga membawa
biaya produksi dari departemen produksi
sebelumnya.
Maka harga pokok produk yang dihasilkan oleh departemen
setelah departemen pertama, terdiri dari:
1. Biaya produksi yang dibawa dari departemen sebelumnya.
2. Biaya produksi yang
ditambahkan dalam departemen setelah departemen pertama. Contoh :
Perhatikan contoh perhitungan biaya produksi per satuan, jika produk diolah
melalui dua departemen produksi, dapat diikuti dalam contoh 2 berikut:
PT Xidev Bening
Jaya memiliki dua departemen produksi Departemen A dan Departemen B untuk menghasilkan
produknya.
Dan produksi dan biaya kedua departemen tersebut dalam bulan Januari
2020 adalah sebagai berikut:
Departemen A:
1: Dimasukkan dalam proses = 35.000 kg
·
Produk selesai yang ditransfer ke Dept B = 30.000
·
Jumlah produk selesai
yang ditransfer ke gudang = 0
·
Produk dalam proses akhir bulan = 5.000 kg 2: Biaya yang dikeluarkan
bulan Januari 2020:
·
Biaya bahan baku = Rp
70.000
·
Beban tenaga kerja =
Rp 155.000
·
Biaya overhead pabrik
= Rp 248.000
3: Tingkat
penyelesaian produk dalam proses akhir:
·
Biaya bahan baku = 100%
·
Biaya konversi = 20% Departemen B:
1: Dimasukkan dalam proses
·
Produk selesai yang ditransfer ke Dept B
·
Jumlah produk selesai
yang ditransfer ke gudang = 24.000 kg
·
Produk dalam proses akhir bulan = 6.000 kg 2: Biaya yang dikeluarkan
bulan Januari 2020:
·
Biaya bahan baku = Rp 0
·
Beban tenaga kerja =
Rp 270.000
·
Biaya overhead pabrik
= Rp 405.000
3: Tingkat
penyelesaian produk dalam
proses akhir:
·
Biaya bahan baku =
–
·
Biaya konversi = 50%
Perhitungan Harga Pokok Produksi
di Departemen A
1. Cara Menghitung Harga Pokok Produk Selesai
Untuk
menghitung harga pokok produk selesai
Departemen A yang ditransfer ke Departemen
B. Dan harga pokok persediaan produk dalam proses di Departemen A pada akhir bulan Januari 2020, perlu dilakukan
penghitungan biaya produksi per satuan yang dikeluarkan oleh Departemen A dalam bulan yang
bersangkutan.
Hasil
perhitungan ini kemudian
dikalikan dengan kuantitas
produk selesai yang ditransfer
Departemen A ke Departemen B. Dan diperoleh informasi harga pokok produk jadi yang ditransfer
tersebut.
Untuk menghitung harga pokok persediaan
produk dalam proses di Departemen A pada akhir periode
biaya produksi per satuan tersebut
dikalikan dengan kuantitas
persediaan produk dalam proses, dengan memperhitungkan tingkat
penyelesaian persediaan produk dalam proses tersebut.
Untuk menghitung biaya produksi per satuan
yang dikeluarkan oleh Departemen A tersebut,
perlu dihitung unit ekuivalensi tiap unsur biaya produksi Departemen A dalam
bulan Januari 2020 dengan cara perhitungan sebagai
berikut:
a. Biaya
Bahan Baku:
Biaya bahan baku yang dikeluarkan oleh Departemen A bulan Januari
2020 sebesar Rp
70.00 menghasilkan 30.000 kg produk selesai dan 5.000 kg
persediaan produk dalam proses. Tingkat penyelesaian 100%.
Dengan demikian unit ekuivalensi biaya
bahan baku adalah:
= 30.000 kg + (100% x 5.000 kg) = 35.000
kg.
1.
Biaya Konversi:
Biaya konversi yang terdiri dari biaya tenaga kerja dan biaya overhead
pabrik yang dikeluarkan Departemen A bulan
Januari 2020 adalah Rp 155.000.
Dan menghasilkan 300.000 kg produk
jadi dan 5.000
kg persediaan produk
dalam proses. Tingkat
penyelesaian 20%.
Dengan demikian
unit ekuivalensi biaya konversi adalah:
= 30.000 kg
+ (20% x 5.000 kg) = 31.000
kg.
Perhitungan biaya produksi per kg produk yang dihasilkan
oleh Departemen A bulan Januari
2020 dihitung dengan membagi tiap unsur biaya produksi, yaitu
·
biaya bahan penolong,
·
biaya tenaga kerja, dan
·
biaya overhead
pabrik yang dikeluarkan oleh Departemen A.
Harga Pokok
Produksi per Satuan
Departemen
Setelah biaya produksi per satuan dihitung,
harga pokok produk
selesai yang ditransfer oleh Departemen A ke Departemen B.
Dan harga pokok persediaan produk dalam proses di Departemen A pada
akhir bulan Januari 2020 dapat dihitung sebagai berikut:
·
Harga pokok produk
selesai yang di transfer
ke Departemen B:
= 30.000 x
Rp 15 = Rp 450.000
·
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir:
·
Biaya bahan baku:
100% x 5.000 = Rp 10.000
·
Biaya TK: 20% x 5.000 = Rp
5.000
·
Biaya Overhead Pabrik:
20% x 5.000 = Rp 8.000
·
Jumlah biaya produksi
Departemen A bulan Januari 2020:
= (a) + (b)
= Rp 450.000 + Rp 23.000 = Rp
473.000
2.
Pencatatan Jurnal Umum Biaya Produksi Departemen
Jurnal Pencatatan Biaya Produksi Departemen A
Berdasarkan
informasi biaya produksi Departemen A tersebut, biaya produksi yang terjadi dalam
Departemen A di bulan Januari 2020 dicatat dengan jurnal
berikut ini:
A: Jurnal
untuk mencatat biaya bahan baku:
[Debit] Barang dalam Proses – By Bahan Baku Dept A Rp 70.000
[Kredit] Persediaan Bahan Baku Rp
70.000
B: Jurnal
untuk mencatat biaya tenaga kerja:
[Debit] Barang Dalam Proses – Biaya TK Departemen A Rp 155.000 [Kredit] Gaji dan Upah
Rp 155.000
C: Jurnal
untuk mencatat biaya overhead pabrik:
[Debit] Barang Dalam Proses – BOP Departemen A Rp 248.000 [Kredit] Berbagai Rekening yang Dikredit Rp 248.000
D: Jurnal untuk
mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer oleh Departemen A ke Departemen B:
[Debit] BDP – Biaya
Bahan Baku Departemen B Rp 450.000 [Kredit] BDP – Biaya Bahan Baku Departemen A Rp 60.0001 [Kredit]
BDP – Biaya Tenaga Kerja Departemen A Rp
150.0002 [Kredit] BDP –
Biaya Overhead Pabrik Departemen A Rp 240.0003 Note:
1:
30.000 kg x Rp 2 = Rp 60.000
2:
30.000 kg x Rp 5 = Rp 150.000
3:
30.000 kg x Rp 8 = Rp 240.000
E: Jurnal umum untuk mencatat
harga pokok persediaan produk dalam proses
yang belum selesai
diolah dalam Departemen A di
akhir bulan Januari 2020:
[Debit] Persediaan Produk Dalam Proses – Dept A Rp 23.000
[Kredit] BDP – Biaya
Bahan Baku Dept A Rp
10.000
[Kredit] BDP – Biaya Tenaga Kerja Dept A Rp 5.000
[Kredit] BDP – Biaya Overhead
Pabrik Dept A Rp 8.000
Perhitungan Harga Pokok Produksi
di Departemen B
1.
Perhitungan Biaya
Produksi
Dari
contoh di atas, terlihat bahwa 30.000 kg produk selesai
yang diterima oleh Departemen
B dari Departemen A, telah menambah total biaya produksi dari Departemen A sebesar
Rp 450.000, atau Rp 15 per kg.
Untuk
mengolah produk yang diterima dari Departemen A tersebut, Departemen B mengeluarkan biaya
tenaga kerja dan biaya overhead pabrik bulan Januari 2020 berturut-turut sebesar
Rp 270.000 dan Rp 405.000.
Dari 30.000 kg produk yang diolah
Departemen B tersebut dapat dihasilkan produk jadi yang ditransfer ke
gudang sebanyak 24.000 kg.
Dan persediaan produk dalam proses pada
akhir bulan sebanyak 6.000 kg dengan tingkat
penyelesaian 50% untuk biaya konversi.
Untuk menghitung harga pokok produk
jadi Departemen B yang ditransfer ke
gudang dan harga pokok
persediaan produk dalam proses pada akhir
Januari 2020.
Perlu dilakukan penghitungan biaya per
satuan yang ditambahkan oleh Departemen B dalam bulan yang bersangkutan.
Hasil
perhitungan ini kemudian
dikalikan dengan kuantitas
produk selesai yang ditransfer oleh Departemen B ke gudang dan akan diperoleh informasi
biaya yang ditambahkan atas harga pokok
produk yang dibawa dari
Departemen A.
Untuk menghitung harga pokok persediaan
produk dalam proses di Departemen B pada akhir periode.
Harga pokok produk yang berasal dari Departemen A harus
ditambah dengan biaya produksi per satuan yang ditambahkan Departemen B.
Dikalikan dengan kuantitas
persediaan produk dalam proses tersebut
dengan memperhitungkan tingkat penyelesaiannya.
Untuk menghitung biaya produksi per
satuan yang ditambahkan oleh Departemen B perlu
dihitung unit ekuivalensi tiap unsur biaya produksi yang ditambahkan oleh
Departemen B dalam Januar 2020.
Dengan cara perhitungan sebagai
berikut:
Biaya konversi, yang terdiri dari biaya
tenaga kerja dan biaya overhead pabrik, yang
ditambahkan oleh Departemen B dalam bulan Januari 2020.
Yaitu biaya
untuk memproses 30.000
kg produk yang diterima dari Departemen A sebesar Rp
155.000 tersebut.
Di mana dalam proses tersebut menghasilkan 24.000 kg produk
jadi dan 6.000 kg persediaan produk dalam
proses yang tingkat penyelesaian biaya konversianya sebesar
50%. Hal ini berarti biaya
konversi tersebut telah digunakan untuk menyelesaikan produk selesai sebanyak
24.000 kg. Dan 3.000 kg persediaan produk dalam proses.
Dengan demikian unit ekuivalensi biaya konsersi adalah
27.000 kg, yang dihitung sebagai berikut:
= 24.000 +
(50% x 6.000)
= 27.000 kg
Perhitungan
biaya produksi per kg yang ditambahkan oleh Departemen B dalam bulan Januari 2020 dihitung dengan membagi
tiap unsur biaya produksi yang dikeluarkan oleh Departemen B seperti berikut ini:
Perhitungan Biaya Produksi per Satuan yang Ditambahkan Dalam Departemen B
Setelah biaya produksi per kg yang ditambahkan oleh
Departemen B dihitung. Harga pokok produksi
selesai yang ditransfer oleh Departemen B ke gudang dan harga pokok persediaan produk dalam proses di Departemen B pada
akhir bulan Januari 2020 dapat dihitung berikut ini:
·
Harga pokok produk
selesai yang ditransfer Departemen B ke gudang:
·
Harga pokok dari Dept A:
24.000 x Rp 15 = Rp 360.000
·
Biaya yang ditambahkan oleh Dept B: 24.000 x Rp 25 = Rp 600.000
·
Total harga pokok produk jadi yang ditransfer Departemen B ke Gudang:
·
24.000 x Rp 40
= Rp 960.000
·
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir:
·
Harga pokok dari
Departemen A: 6.000 x Rp 15
= Rp 90.000
·
Biaya yang ditambahkan
oleh Departemen B:
·
Biaya TK: 50% x 6.000
x Rp 10 = Rp 30.000
·
BOP: 50% x 6.000
x Rp
15 = Rp 45.000
·
Total harga pokok persediaan produk
dalam proses Dept B:
= (d) + (e)
= Rp 90.000 + 75.000
= Rp 165.000
·
Jumlah biaya produksi
kumulatif Dept B bulan Januari 2020:
= (b) + (f)
= Rp 960.000 + Rp 165.000
= Rp 1.125.000
2.
Jurnal Pencatatan Biaya Produksi
Departemen B
A: Jurnal untuk
mencatat penerimaan produk dari Departemen A:
[Debit] Barang Dalam Proses Biaya Bahan Baku Dept B Rp 450.000 [Kredit] BDP – Biaya
Bahan Baku Departemen A Rp 60.000 [Kreditit] BDP – Biaya Tenaga Kerja Departemen A Rp 150.000
[Kredit] BDP – Biaya Overhead Pabrik Departemen
A Rp 240.000 B: Jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja:
[Debit] BDP – Biaya Tenaga Kerja Departemen B Rp 270.000 [Kredit] Gaji dan Upah
Rp 270.000
C: Jurnal
untuk mencatat Biaya Overhead Pabrik:
[Debit] Persediaan Produk Jadi Rp 405.000
[Kredit] Berbagai Rekening
yang Dikredit Rp 405.000
D: Jurnal
untuk mencatat harga pokok produk
jadi yang ditransfer oleh Departemen B ke gudang:
[Debit] Persediaan Produk
Jadi Rp 960.000
[Kredit] Barang Dalam Proses – Biaya Bahan Baku Departemen B Rp 360.0001 [Kredit]
Barang Dalam Proses – Biaya Tenaga Kerja Departemen B Rp 240.0002 [Kredit] Barang Dalam Proses – Biaya
Overhead Pabrik Departemen B Rp
360.0003 Note:
1: 24.000 kg x Rp 15 (harga pokok produksi per kg dari Dep A)
2:
24.000 kg x Rp 10 (biaya tenaga kerja yang ditambahkan oleh Dept B) 3: 24.000 kg x Rp 15 (Biaya Ov. Pabrik yang ditambahkan oleh Dept B)
D: Jurnal untuk mencatat harga pokok persediaan produk dalam proses
yang belum selesai diolah dalam Dept B pada akhir bulan Januari 2020:
[Debit] Persediaan Produk
Dalam Proses Dept B
Rp 165.000
[Kredit] Barang Dalam Proses – Biaya Bahan Baku Dept B Rp 90.000
[Kredit] Barang Dalam Proses – Biaya Tenaga Kerja Dept B Rp 30.000 [Kredit]
Barang Dalam Proses
– Biaya Overhead
Pabri Dept B Rp 45.000
BAB
III PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Metode
harga pokok proses adalah metode pengumpulan biaya produksi melalui
departemen produksi atau pusat pertanggungjawaban biaya, yang umumnya
diterapkan pada perusahaan yang
menghasilkan produk atau massa. Metode harga pokok proses biasanya digunakan oleh perusahaan yang
menghasilkan produk yang sama (homogen) dan melalui serangkaian proses yang sama.
Dalam
perusahaan yang memproduksi produknya secara massa, karakteristik produksinya antara lain adalah produk yang
dihasilkan merupakan produk standar dan sama
setiap bulan. Metode pengumpulan harga pokok proses memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Sifat produksinya terus menerus.
2. Pengumpulan harga pokok produk
dilakukan periodik, biasanya setiap akhir bulan.
3. Perhitungan harga pokok per
satuan dilakukan setiap akhir periode, misalnya setiap akhir bulan.
3.2
Saran
Semoga dengan adanya makalah ini
diharapkan akan menambah minat mahasiswa untuk membaca,
mempelajari, dan menambah
rujukan atau referensi
mengenai materi “Penentuan harga Pokok Produk:
Metode harga pokok proses (Process
Cost)” Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua khususnya yang telah membaca, dan saya
selaku penyusun makalah ini.
No comments:
Post a Comment