KUMPULAN MAKALAH : 07/27/18

Friday, July 27, 2018

MAKALAH KERAJINAN ROTAN


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.

Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.


Bekasi,10 September 2018




Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Ditinjau dari klasifikasi tumbuhan penghasil kayu, sebagian dari produk rotan ini sebenarnya termasuk kayu. Namun demikian karena dominasinya berasal dari kelompok tumbuhan monokotil, maka tidak relevan untuk dimasukkan dalam kelompok kayu yang senyatanya memang berasal dari tumbuhan dikotil dan konifer.
Selanjutnya di dalam perdagangan hasil hutan, produk yang berasal dari tumbuhan berkekuatan ini disebut dengan Hasil Hutan Ikutan, misalnya: rotan, bambu, kelapa/kelapa sawit, sagu, nipah dan sebagainya. Dasar dipakainya istilah produk tumbuhan berkekuatan dititikberatkan pada pemanfaatan kekuatan batang tumbuhan ini dan tidak dari produk-produk lainnya yang mungkin juga dapat dihasilkan seperti buah, daun, tepung, dan sebagainya. Dari batang tumbuhan ini dapat dihasilkan macam-macam produk panel-panel, meubel dan kerajinan.
Dari kelompok Hasil Hutan Non Kayu produk berkekuatan ini akan diberikan contoh produk yang potensial dan bernilai yaitu rotan. Rotan adalah sekelompok palma dari puak (tribus) Calameae yang memiliki habitus memanjat, terutama Calamus, Daemonorops, dan Oncocalamus.
Rotan  tumbuh liar di dalam hutan atau ada yang sengaja ditanam. Rotan dapat dipanen setiap saat, dengan memperhatikan bagian bawah batangnya tidak tertutup oleh kelopak, daun sudah mengering, duri dan kelopak daun sudah rontok. Panen rotan yang tidak benar menghasilkan limbah yang besar. Rata-rata limbah pemanenan rotan  secara tradisional di Indonesia sebesar 12,6-28,5%, dan dengan menggunakan alat bantu tirfor dan lir sebesar 4,1-11,1%, sedangkan besarnya limbah yang dihasilkan selama pengangkutan berkisar antara 5-10%,
Indonesia adalah Negara penghasil rotan terbesar di dunia. Luas hutan rotan di Indonesia sebesar 13,20 juta hektar tergolong kedalam 8 marga dan 306 jenis daripadanya 51 jenis yang sudah dimanfaatkan. Jenis yang memiliki harga yang tinggi adalah  Calamus dan Daemonorops, yang terdapat juga di Maluku.

1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini, yaitu :
1.          Apa yang dimaksud sebagai rotan ?
2.          Apa saja jenis rotan dan bagaimana potensi rotan ?
3.          Bagaimana proses atau cara dalam pengolahan rotan ?
4.          Faktor-faktor apa saja yang akan mempengaruhi hasil dari produk rotan ?
5.          Bagaimana keadaan industri rotan ?

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Rotan
Rotan adalah sekelompok palma dari puak (tribus) Calameae yang memiliki habitus memanjat, terutama Calamus, Daemonorops, dan Oncocalamus. Puak Calameae sendiri terdiri dari sekitar enam ratus anggota, dengan daerah persebaran di bagian tropis Afrika, Asia dan Australasia. Ke dalam puak ini termasuk pula marga Salacca (misalnya salak), Metroxylon (misalnya rumbia/sagu), serta Pigafetta yang tidak memanjat, dan secara tradisional tidak digolongkan sebagai tumbuhan rotan.
Batang rotan biasanya langsing dengan diameter 2-5cm, beruas-ruas panjang, tidak berongga, dan banyak yang dilindungi oleh duri-duri panjang, keras, dan tajam. Duri ini berfungsi sebagai alat pertahanan diri dari herbivora, sekaligus membantu pemanjatan, karena rotan tidak dilengkapi dengan sulur. Suatu batang rotan dapat mencapai panjang ratusan meter. Batang rotan mengeluarkan air jika ditebas dan dapat digunakan sebagai cara bertahan hidup di alam bebas. Badak jawa diketahui juga menjadikan rotan sebagai salah satu menunya.
Sebagian besar rotan berasal dari hutan di Indonesia, seperti Sumatra, Jawa, Borneo, Sulawesi, dan Nusa Tenggara. Indonesia memasok 70% kebutuhan rotan dunia. Sisa pasar diisi dari Malaysia, Filipina, Sri Lanka, dan Bangladesh. Rotan cepat tumbuh dan relatif mudah dipanen serta ditransprotasi. Ini dianggap membantu menjaga kelestarian hutan, karena orang lebih suka memanen rotan daripada kayu.
Rotan termasuk jenis produk dari Hasil Hutan Non Kayu yang sudah lama dikenal. Bahkan sudah banyak menghasilkan produk-produk olahan yang tidak sedikit dalam memberikan sumbangan pendapatan kepada negara (devisa).
Didalam perdagangan dikenal nama-nama ini mendasar pada tempat atau negara tujuan ekspor maupun bentuk/jenis rotan yang dipasarkan, seperti : bin rattan, rattan, core peel, canes, dan lain-lain.







Description: Calamus rotang
Calamus rotang
Klasifikasi ilmiah :
Kerajaan          : Plantae
Divisi              : Magnoliophyta
Kelas               : Liliopsida
Ordo                : Arecales
Famili             : Arecaceae
Upafamili       : Lepidocaryoideae
Bangsa            : Calameae
Genera            : Calamus, Daemonorops, Oncocalamus
·       Sifat Umum Rotan Mempunyai batang berduri dan memanjat tetapi terdapat juga jenis yang tidak memanjat.
·       Jenis Terdapat 13 genus ritan di dunia dan hampir 600 jenis rotan dihasilkan daripadanya.
·       Sebaran Hanya tumbuh secara semula jadi di Asia dan Barat Afrika saja. Di Semenanjung, rotan boleh ditemui dipelbagai jenis ketinggian dari aras laut sehingga ke kemuncak gunung 3000 m. Bagaimanapun kebanyakan kawasan rotan tertumpu di Asia Tenggara dan kawasan berdekatan. Malaysia adalah negara yang kaya dengan pelbagai spesies rotan. Terdapat 79 jenis rotan di Sabah, 106 di Sarawak dan 107 di Semenanjung.
·       Ciri-ciri Terdapat rotan yang tumbuh secara tunggal dan juga berkelompok. Kebanyakan pokok rotan adalah jenis memanjat serta yang berbatang kerdil tidak memanjat.
Komponen kimia, anatomi, sifat fisik dan mekanika rotan menentukan bentuk pemanfaatan dan mutu produk akhir suatu jenis rotan. Komponen kimia rotan menentukan kekuatan dan keawetan rotan.  Menurut Rachman (1996), komponen kimia rotan adalah  holoselulosa (71%-76%),  selulosa (39%-58%), lignin (18%-27%), silika (0,54-8%), tanin (8,14%-8,88%0) dan pati (18,50%-23,57%). Selulosa menentukan kekuatan tarik rotan “Semakin tinggi kadar selulosa rotan maka makin besar pula keteguhan lenturnya”. Lignin membuat ikatan antar sel serat menjadi kuat. Tanin berperan sebagai bahan yang bersifat racun terhadap rayap dan jamur (Jasni dkk, 1997).  Pati adalah  sumber makanan utama bubuk kayu selain rayap. Makin tinggi  kandungan pati dalam rotan, maka makin mudah diserang oleh bubuk kayu kering.
Ukuran sel pori dan  tebal dinding sel serat  menentukan keawetan dan kekuatan rotan.  Tebal dinding sel serat berkisar antara 3,49 ยตm – 4,89 ยตm. Makin tebal dinding sel maka makin keras  dan berat suatu jenis rotan  (Rachman, 1996). Sifat fisika dan mekanika rotan antara lain, berat jenis  0,47-0,57; kadar air basah 84,32%-167,11%; kadar air kering udara   13,76%-18,19%;  panjang ruas 20,76-37,20 cm; tingi buku 0,16-,39; keteguhan patah (MOR) 421-834 kg/cm2; keteguhan lentur (MOE)  14.548-22.000 kg/cm2.
2.1.1 Kegunaan Rotan
Rotan yang umum dipergunakan dalam industri tidaklah terlalu banyak. Beberapa yang paling umum diperdagangkan adalah Manau, Batang, Tohiti, Mandola, Tabu-Tabu, Suti, Sega, Lambang, Blubuk, Jawa, Pahit, Kubu, Lacak, Slimit, Cacing, Semambu, serta Pulut.
Setelah dibersihkan dari pelepah yang berduri, rotan asalan harus diperlakukan untuk pengawetan dan terlindung dari jamur Blue Stain. Secara garis besar terdapat dua proses pengolahan bahan baku rotan: Pemasakan dengan minyak tanah untuk rotan berukuran sedang /besar dan Pengasapan dengan belerang untuk rotan berukuran kecil.
Selanjutnya rotan dapat diolah menjadi berbagai macam bahan baku, misalnya dibuat Peel (kupasan)/Sanded Peel, dipoles /semi-poles, dibuat core, fitrit atau star core.
Pemanfaatan rotan (sp. Daemonorops Draco) terutama adalah sebagai bahan baku mebel, misalnya kursi, meja tamu, serta rak buku. Rotan memiliki beberapa keunggulan daripada kayu, seperti ringan, kuat, elastis / mudah dibentuk, serta murah. Hanya saja kelemahan utama rotan adalah gampang terkena kutu bubuk “Pin Hole”.
Batang rotan juga dapat dibuat sebagai tongkat penyangga berjalan dan senjata. Berbagai perguruan pencak silat mengajarkan cara bertarung menggunakan batang rotan. Di beberapa tempat di Asia Tenggara, rotan dipakai sebagai alat pemukul dalam hukuman cambuk rotan bagi pelaku tindakan kriminal tertentu.
Beberapa rotan mengeluarkan getah (resin) dari tangkai bunganya. Getah ini berwarna merah dan dikenal di perdagangan sebagai dragon's blood (“darah naga”). Resin ini dipakai untuk mewarnai biola atau sebagai meni. Masyarakat suku Dayak di Kalimantan Tengah memanfaatkan batang rotan muda sebagai komponen sayuran.

2.2 Jenis dan Potensi Rotan
Jenis rotan jumlahnya sampai puluhan, ada yang komersial (mempunyai nilai tinggi dalam perdagangan), dan non-komersial atau hanya lokal saja digunakan (diperdagangkan). Ada 2 familia penghasil rotan, terdiri atas 8 genus dan puluhan spesies, yaitu :
1)     Familia Palmae, ada 7 genus yaitu : Calamus, Daemonorops, Korthalsia, Ceratolobus, Myrialepsis, Plectoconia dan Plectocomiopsia.
2)     Familia Thypaceae dengan satu genus yaitu Freytimetia.
Di Indonesia, rotan (alam) dihasilkan dari 21 propinsi, sedang rotan tanaman sudah dihasilkan di 9 propinsi. Jenis rotan alam yang diidentifikasikan dan mempunyai nilai komersial lebih dari 25 jenis, misalnya: manau, tohiti, mandola, lambang, semambu, sega, embulu, sueti, batang, tarumpu, koboo, sabut, kertes, perdas, lacak, seel, slimit, cacing, sampulut, irit, jermasin, lilin, cincin, udang, runti, jernang, lasio, antik dan datu. Jenis-jenis rotan alam umumnya dipungut pada umur 7-12 tahun (Kasmudjo, 2011).
Adapun jenis rotan yang sudah ditanam ada 5 jenis, yaitu rotan manau, irit, sega, tohiti, dan manis. Jenis-jenis rotan tanaman ini sudah ada yang mulai dipanen dengan umur tebang 5-10 tahun saja (Kasmudjo, 2011).

2.3 Pemungutan Rotan
Pemungutan rotan mayoritas dilakukan oleh masyarakat sekitar hutan, namun demikian kalau dikaitkan dengan usaha (cara) yang dilakukan dapat dikelompokkan dalam 3 bentuk, yaitu :
1)     Oleh masyarakat sekitar hutan (1-10 orang), yang melakukan pemungutan rotan sesuai kebutuhan dan dijual secara bebas dan kepada siapa saja
2)     Oleh kelompok masyarakat sekitar hutan yang melakukan pemungutan rotan sesuai permintaan pedagang (pengumpul rotan) dimana pemungut ini harus menjual
3)     Oleh kelompok masyarakat tertentu yang telah mempunyai ikatan dengan pengusaha atau industri pengolahan dimana pemungut ini harus menjual (Kasmudjo, 2011).
Di dalam pemungutan rotan harus memperhatikan tanda-tanda atau ketentuan sebagai berikut :
1)     Dilakukan terutama pada musim kemarau atau sedikit turun hujan
2)     Dilakukan oleh kelompok-kelompok pemungutan rotan tertentu
3)     Dilakukan dengan menggunakan sistem seperti tebang pilih.
4)     Memperhatikan cacat-cacat alami dan cacat pungutan yang mungkin ada dan terjadi (Kasmudjo, 2011).

2.4 Cara Pengolahan Rotan
Banyak cara dan variasi-variasi di dalam pengolahan rotan. Untuk menghasilkan rotan mentah (rotan bulat) dapat digunakan cara sederhana dan cara semi mekanis, sedang untuk menghasilkan produk rotan setengah jadi sampai jadi dapat digunakan cara mekanis atau terpadu dengan cara-cara lainnya.
a)              Pengolahan semi mekanis
Cara pengolahan ini digunakan untuk menghasilkan rotan bulat yang telah digoreng dan diasapi. Penggorengan rotan dilakukan dengan minyak tanah, minyak solar, minyak goreng atau campuran minyak-minyak tersebut. Pengasapan rotan dilakukan dengan mengalirkan asap belerang ke dalam ruang tumpukan rotan. Penggorengan rotan bertujuan agar rotan lebih kering, awet, keras, mengkilap dan halus permukaannnya. Pengasapan bertujuan agar rotan lebih berwarna muda, cerah, kompak/homogen dan lebih awet.
b)             Pengolahan rotan setengah jadi (produk komponen)
Didalam proses ini dihasilkan bermacam-macam komponen rotan berupa rotan bulat maupun rotan belahan dengan berbagai bentuk dan ukuran. Komponen hasil olahan umumnya digunakan untuk membuat produk-produk aneka mebel dan kerajinan rotan. Pada komponen yang dihasilkan juga sudah dilakukan pengupasan (pembulatan), pelurusan, penyambungan, pelobangan, pembelahan (pengiratan) dan penenunan. Produk setengah jadi yang dihasilkan dapat berupa: rotan bulat tidak kupas, rotan bulat sudah dikupas, rotan bulat dengan sambungan atau lobang, rotan belahan kasar, rotan iratan dan rotan anyaman (tenunan)
c)              Pengolahan rotan jadi (misal berupa mebel rotan)
Secara umum sebagian besar proses yang dilakukan sama dengan proses pengolahan rotan setengah jadi. Bedanya proses ini diteruskan dengan proses perangkaian (assembling), finishing (dipolitur atau dicat) dan penambahan (pemasangan) kelengkapan lainnya, misalnya pemasangan jok kursi, penambahan kaca meja, dan sebagainya (Kasmudjo, 2011).

2.4.1 Peralatan Proses dan Mesin-mesin
a.    Pengolahan rotan mentah (bulat)
·      Bak penggorengan rotan
·      Bak pencucian rotan
·      Alat pengering rotan
·      Ruang pengasapan rotan (asap belerang)
b.    Pengolahan rotan setengah jadi (komponen)
·      Polishing, Splitting, Peel trimming, Connecting, Widing machine, Straightener, cutting, Circular saw, sanding, Drilling.
c.    Pengolahan rotan jadi (berupa produk siap pakai)
·      Weaving machine, Flower table, Compressor, Sanding machine, Straightening, Circular saw, Cutting saw, Router, Drilling machine, Doubles sander, Planer, Steam boiler, Screw driver, Noiler, Stapler, Sprayingequipment, Gas burner (Kasmudjo, 2011).

2.4.2 Proses Pengolahan Rotan
Rotan yang dijadikan sebagai bahan baku industri produk jadi rotan adalah rotan yang yang telah melalui pengolahan. Kegiatan pengolahan adalah pengerjaan lanjutan dari rotan bulat (rotan asalan) menjadi barang setengah jadi dan barang jadi atau siap dipakai atau dijual. Tahapan pengolahan rotan adalah sebagai berikut :
1)     Penggorengan
Tujuan penggorengan adalah untuk menurunkan kadar air agar cepat kering dan juga untuk mencegah terjadinya serangan jamur. Cara penggorengannya adalah potongan-potongan rotan diikat menjadi suatu bundelan, kemudian dimasukkan ke dalam wadah yang sudah disiapkan campuran solar dengan minyak kelapa.
2)     Penggosokan dan Pencucian
Setelah rotan digoreng, ditiriskan beberapa menit, kemudian digosok dengan kain perca (sabut kelapa) atau karung goni yang dicampur dengan serbuk gergaji, agar sisa kotoran terutama getah yang masih menempel pada kulit rotan dapat dilepaskan, sehingga kulit rotan menjadi bersih dan akan dihasilkan warna rotan yang bewarna cerah dan mengkilap.
3)     Pengeringan
Setelah rotan dicuci lalu dikeringkan dengan cara dijemur pada panas matahari sampai kering dengan kadar air berkisar 15% – 19%. Hasil penelitian Basri dan Karnasudirja (1987) dalam Jasni et al., (2005) pada rotan manau (Calamus manan Miq.) dan rotan semambu (Calamus scipionum Burr.), menunjukkan bahwa lama pengeringan secara alami dari kedua jenis rotan tersebut berkisar 22 hari sampai 65,3 hari.
4)     Pengupasan dan Pemolesan
Pengupasan dan pemolesan umumnya dilakukan pada rotan besar pada keadaan kering, gunanya adalah untuk menghilangan kulit rotan tersebut, sehingga diameter dan warna menjadi lebih seragam dan merata.
5)     Pengasapan
Pengasapan dilakukan agar warna rotan menjadi kuning merata dan mengkilap. Pengasapan dilakukan pada rotan kering yang masih berkulit (alami), pengasapan pada dasarnya adalah proses oksidasi rotan dengan belerang (gas SO2) agar warna kulit rotan menjadi lebih putih. Waktu pengasapan sekitar 12 jam dan menghabiskan sekitar 7,5 kg belerang atau 1,8 gr/batang rotan (Rachman 1990 dalam Jasni et al., 2005).
6)     Pengawetan
Pengawetan rotan adalah proses perlakuan kimia atau fisis terhadap rotan yang bertujuan meningkatkan masa pakai rotan. Selain berfugsi untuk mencegah atau memperkecil kerusakan rotan akibat oganisme perusak, juga memperpanjang umur pakai rotan. Bahan pengawet yang digunakan harus bersifat racun terhadap organisme perusak baik pada rotan basah maupun rotan kering, permanen dalam rotan, aman dalam pengangkutan dan penggunaan, tidak bersifat korosif, tersedia dalam jumlah banyak dan murah. Serangan bubuk rotan dapat dikenal karena adanya tepung halus bekas gerekan bubuk tersebut. Serangga ini paling banyak ditemukan menyerang rotan antara lain Dinoderus minutus Farb.,  Heterobostrychus aequalis Wat., dan Minthea sp.
7)     Pembengkokan
Pembengkokan atau pelengkungan rotan dilakukan pada rotan berdiameter besar sesuai dengan pengunaannya. Cara pembengkokan ini dilakukan dengan cara rotan tersebut dilunakkan dengan uap air panas yang disebut steaming dengan tabung berbentuk silinder (steamer) agar jaringan rotan menjadi lunak sehingga mudah dibengkokan.
Hasil penelitian (Jasni, 1992 dalam Jasni et al., 2005), menunjukkan bahwa pengrajin di industri rumah tangga, proses pembengkokan dilakukan dengan cara memanaskan langsung bagian yang akan dibengkokkan pada api (kompor minyak tanah dan gas LPG). Kemudian bagian tersebut dibengkokkan dengan bantuan alat pembengkok pada waktu rotan masih panas. Cara ini mempunyai beberapa kelemahan yaitu prosesnya lambat dan kadang-kadang bagian yang dipanaskan dapat terbakar, sehingga bewarna hitam.
Alat-alat yang digunakan pada industri produk jadi rotan meliputi: kompor solder, bor listrik, gergaji rotan dan biasa, gunting rotan, parang, martil, kakak tua dan engkol tangan. Selain itu, sebagian kecil ada yang menggunakan kompresor, mesin potong, sekrup (alat tembak untuk memasukkan paku) dan taples. Kegiatan proses produksi dilakukan pada suatu bangunan rumah. Bangunan rumah tersebut dibagi menjadi tempat proses produksi, pemajangan produk jadi rotan dan tempat tinggal.
Disamping penggunaan alat-alat yang dibutuhkan dalam proses produksi, ketersediaan sarana transportasi merupakan faktor pendukung bagi keberhasilan usaha rumah tangga industri produk jadi rotan. Sarana transportasi yang digunakan adalah kendaraan milik pribadi dan kendaraan umum. Kendaraan umum seperti angkutan kota (angkot), truk dan bus kota selalu ada setiap saat, sedangkan kendaraan milik pribadi rumahtangga pengusaha sebagian besar adalah kendaraan roda dua.

2.4.3 Proses Pengolahan Material Rotan
Rotan harus melalui beberapa proses sebelum material tersebut bisa diolah dan dianyam menjadi sebuah perabot atau dekorasi. Beberapa langkah hampir sama dengan proses kayu.
Rotan yang masih berbentuk 'lonjoran/batang' dengan panjang mencapai 6-10 meter masih sangat basah. Proses pertama adalah dengan menjemur batangan-batangan rotan tersebut hingga agak kering karena pada waktu dikirim ke pabrik pengolahan sebagian rotan tersebut masih berwarna hijau kekuningan. Pengawetan menjadi satu proses penting untuk rotan untuk mencegah serangan jamur dan serangga dengan metode perendaman.
Baru kemudian setelah rotan direndam selama beberapa jam, proses pengeringan dengan menggunakan ruang dan sistem pengeringan yang sama dengan kayu dilakukan. Rotan ditumpuk di dalam ruang Kiln Dry sedemikian rupa agar sirkulasi udara panas merata ke seluruh tumpukan rotan. Setelah dikeringkan selama 10-15 hari rotan mulai diproses di ruang mesin. beberapa batang rotan yang bengkok diluruskan dengan mesin khusus.
Dari proses ini batangan rotan (diameter sekitar 30-40mm) dikupas dan kulitnya dipisahkan untuk dijadikan bahan baku anyaman atau pengikat kontruksi, sedangkan batangan dan 'daging'nya diproses lebih lanjut untuk membuat batang rotan sama dari ujung hingga pangkalnya.
Batangan ini nantinya akan diproses lagi untuk dibelah menjadi material anyaman yang disebut 'pitrit'. Tergantung dari kualitas batang rotan tersebut. Apabila berwarna terang dan berdiameter besar (>25mm) maka akan diproses menjadi pitrit, jika lebih kecil dari 25mm batangan tersebut biasanya akan digunakan sebagai rangka kursi atau meja.

2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Produk Rotan
Sejak dari hutan, pemungutan, pengangkutan, penumpukan dan pengolahannya di pabrik, semuanya memungkinkan adanya pengaruh terhadap produk hasil olahan rotan.
Adanya faktor-faktor yang berpengaruh tersebut adalah :
1)           Asal bahan, terutama tua mudanya, jenis dan ukuran.
2)           Adanya cacat, baik cacat alami, cacat pungutan maupun caca prosesing (mekanis dan biologis)
3)           Proses pengolahan awal (rotan mentah), pada proses penggorengan dan pengasapan
4)           Proses pengolahan lanjutan, sejak dari proses pengolahan komponen-komponen rotan sampai menjadi produk-produk jadi rotan.
Untuk mengatasi (meminimalkan) pengaruh faktor-faktor tersebut dapat dilakukan antara lain dengan :
·       Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan SDM
·       Mengketatkan proses seleksi kualitas rotan
·       Mengerjakan (memproses) rotan dengan cermat dan benar (Kasmudjo, 2011).

2.6 Keadaan Industri Rotan
Dari waktu-kewaktu adanya industri pengolahan rotan menunjukkan perkembangan yang nyata, terutama industri-industri yang menghasilkan produk (barang) jadi seperti aneka mebel dan kerajinan.
Kategori industri pengolahan rotan dapat dibedakan atas:
1)     Industri besar dan menengah, terdiri :
a.            Industri yang menghasilkan bahan rotan mentah
b.            Industri yang menghasilkan produk setengah jadi
c.            Industri yang menghasilkan produk jadi
2)     Industri kecil
Berupa industri kecil rumah tangga dan sentra-sentra industri kecil rotan. Umumnya industri tersebut menghasilkan produk-produk jadi rotan, misalnya: mebel, rak-rak (pakaian dan buku), keranjang, dan sebagainya.
Dalam hal memenuhi kebutuhan untuk menyediakan permintaan dunia akan keperluan produk rotan, negara kita pun tak diragukan karena sudah sejak abab ke–18 selalu menjadi pelopor dalam menyediakannya, di mana hampir 80 % keperluan akan rotan dunia di pasok oleh Indonesia, sekaligus pula mendapat pengakuan sebagai penghasil rotan terbaik yang mendominasi penggunaan rotan dunia.
Mengingat sampai saat ini produk bahan mentah rotan alam kita dipasaran International tidak memiliki pesaing yang berarti di satu pihak dan dilain pihak permintaan dunia akan rotan setiap tahunnya masih memiliki peluang untuk dapat dikembangkan pasarnya, maka adanya langkah untuk merintis pengembangan usaha pengolahannya nampaknya tidak akan mengalami kesulitan yang berarti.
Peradaban manusia khususnya masyarakat Indonesia sudah sejak lama mengenal dan menggunakan rotan dalam berbagai keperluan hidupnya sehari-hari, bahkan dibeberapa tempat bahan rotan telah menjadi pendukung perkembangan budaya masyarakat setempat.
Sampai saat ini tidak pernah diketahui secara pasti sejak kapan awal dimulainya pertama kali kebiasaan atau budaya masyarakat Indonesia, dalam pemanfaatan rotan dengan segala produknya bagi mendukung perilaku, budaya dan keperluan keseharian masyarakat disekitar hutan.

2.6.1 Produk Hasil Rotan
Rotan merupakan salah satu kekayaan hutan Indonesia sebagai negara tropis yang memberi sumbangan besar terhadap perekonomian Indonesia. Saat ini ketersediaan rotan sangat banyak di hutan Indonesia  terutama di wilayah Kalimantan, Sulawesi dan Sumatera. Indonesia merupakan penghasil 85% rotan mentah dunia yaitu dengan nilai sekitar 699.000ton/tahun. Akan tetapi sayangnya kondisi ini tidak serta merta menempatkan Indonesia sebagai leading country dalam perdagangan rotan internasional. Saat ini Indonesia menempati posisi ketiga (7,68%) dalam perdagangan rotan di pasar global setelah China (20,72%) dan Italia (17,71%). Hal ini tentunya menjadi isu yang penting untuk dianalisis lebih mendalam dengan melihat faktor-faktor yang menghambat perdagangan rotan Indonesia.

Adapun klasifikasi industri rotan di Indonesia dapat dibedakan menjadi:
Pertama, industri pengolahan bahan rotan dan rotan setengah jadi yang sering disebut sebagai industri antara. Industri antara adalah industri pengolahan rotan yang menghasilkan bahan baku roran berupa rotan asalan rotan poles, hati rotan, kulit rotan, webbing, split, dan sejenisnya, dan biasanya pengerjaan produk ini dikerjakan melalui proses semi mekanis.
Kedua, industri furnitur rotan. Dalam industri ini menghasilkan perabotan rumah tangga seperti sofa, meja, kursi, lemari, dan lainya.
Ketiga, industri barang-barang kerajinan rotan. Industri ini menghasilkan produk barang kerajinan rotan berdasarkan desain lokal, dan biasanya buatan tangan.
Salah satu faktor yang dianggap sebagai penghambat pertumbuhan industri rotan adalah semakin maraknya alih fungsi lahan. Rotan yang pada dasarnya merupakan hasil hutan secara alami akan semakin terus berkurang dan tergerus seiring dengan pembukaan hutan, baik untuk pertanian maupun perumahan. Penting juga menggaris bawahi bahwa posisi rotan ternyata dianggap tidak cukup signifikan jika dibandingkan dengan komoditas lainnya. Hal ini sangat jelas terlihat dari kebijakan alih fungsi hutan sebagai habitat rotan sebagai perkebunan yang dianggap lebih mendatangkan keuntungan seperti karet dan kelapa sawit. Faktor yang juga kemudian menjadi determinan dalam pengambilan kebijakan perdagangan rotan adalah tidak adanya sinergitas antara industri hulu (industri bahan baku) dan hilir (industri barang jadi).






BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Rotan mentah atau rotan bulat diproses menjadi barang setengah jadi atau barang jadi. Dalam industri, rotan dipisah menjadi bagian kulit dan bagian hati sesuai tujuan dan pemanfaatanya. Selanjutnya rotan digoreng, digosok, dicuci, dikeringkan, dipolis, dibengkokkan, diputihkan, dan diasap atau diawetkan sesuai dengan kebutuhan.
Pemilihan dan pemanfaatan material rotan sebagai bahan bahan baku pembuatan mebel, seperti kursi, meja tamu, serta rak buku serta beragam aneka kerajinan, secara fisik memiliki beberapa keunggulan daripada kayu dan produk lainnya, yaitu ringan, kuat, elastis, serta mudah dibentuk. Selain itu rotan lebih cepat tumbuh dan relatif mudah dipanen sehingga dianggap lebih mendatangkan keuntungan. Dengan mempertahankan keasliannya, maka perabot atau furnitur dari rotan akan kelihatan klasik dan alami.