KUMPULAN MAKALAH : 01/03/22

Monday, January 3, 2022

MAKALAH HARGA POKOK

 

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR................................................................................................................. ii

DAFTAR ISI................................................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................ 1

1.1   Latar belakang............................................................................................................... 1

1.2  Rumusan masalah.......................................................................................................... 1

1.3  Tujuan penulisan........................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................. 2

2.1     Karakteristik harga pokok proses................................................................................. 2

2.2     Manfaat informasi harga pokok proses........................................................................ 3

2.3     Laporan biaya produksi satu departemen dan lebih dari satu departemen................... 3

BAB III PENUTUP..................................................................................................................... 12

3.1     Kesimpulan................................................................................................................... 12

3.2     Saran............................................................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................. 13


BAB I PENDAHULUAN

 

 

1.1       Latar Belakang

Metode harga pokok proses yang merupakan metode pengumpulan biaya produksi yang digunakan oleh perusahaan yang mengolah produknya secara massa. Di dalam metode ini, biaya produksi dikumpulkan untuk setiap proses selama jangka waktu tertentu, dan biaya produksi per satuan dihitung dengan cara membagi total biaya produksi dalam proses tertentu, selama periode tertentu dengan jumlah satuan produk yang dihasilkan dari proses tersebut selama jangka waktu yang bersangkutan.

Melalui makalah ini akan diuraikan metode harga pokok proses yang sederhana, yaitu yang diterapkan dalam perusahaan yang mengolah produknya melalui satu departemen produksi dan dalam perusahaan yang mengolah produknya melalui lebih dari satu departemen produksi.

 

1.2             Rumusan Masalah

1.      Apa saja Karakteristik harga pokok proses?

2.      Apa Manfaat informasi harga pokok proses?

3.      Bagaimana Laporan biaya produksi satu departemen dan lebih dari satu departemen?

 

1.3             Tujuan Penulisan

1.      Untuk mengetahui Apa saja Karakteristik harga pokok proses.

2.      Untuk mengetahui Apa Manfaat informasi harga pokok proses.

3.      Untuk mengetahui Bagaimana Laporan biaya produksi satu departemen dan lebih dari satu departemen.


BAB II PEMBAHASAN

 

 

2.1             Karakteristik harga pokok proses

Metode harga pokok proses, yang merupakan metode pengumpulan biaya produksi yang digunakan oleh perusahaan yang mengolah produknya secara masal. Di dalam metode ini, biaya produksi dikumpulkan untuk setiap proses selama jangka waktu tertentu, selama periode tertentu, dengan jumlah satuan produk yang dihasilkan dari proses tersebut selama jangka waktu yang bersangkutan. Metode pengumpulan biaya produksi ditentukan oleh karakteristik proses produksi perusahaan. Metode harga pokok proses memiliki karakteristik tertentu, yaitu:

1.      Biaya dikumpulkan untuk setiap satuan waktu tertentu, misalnya bulan, tahun, dan sebagainya.

2.      Produk yang dihasilkan bersifat homogen dan bentuknya standar, tidak tergantung spesifikasi yang diminta oleh pembeli.

3.      Kegiatan produksi didasarkan pada budget produksi atau schedule produksi untuk satuan waktu tertentu.

4.      Tujuan produksi untuk mengisi persediaan yang selanjutnya dijual.

5.      Kegiatan produksi bersifat kontinu dan terus-menerus.

6.      Jumlah total biaya maupun biaya satuan dihitung setiap akhir periode, misalnya akhir bulan, akhir tahun.

Karakteristik utama dari metode harga pokok proses adalah sebagai berikut:

1.       Laporan harga pokok produksi digunakan untuk mengumpulkan, meringkas, dan menghitung harga pokok baik total maupun satuan atau per unit. Apabila produk diolah melalui beberapa tahap atau departemen, laporan harga pokok disusun setiap departemen di mana produk diolah.

2.       Biaya produksi periode tertentu dibebankan kepada produk melalui rekening barang dalam proses yang diselenggarakan untuk setiap elemen biaya. Apabila produk diolah melalui beberapa departemen, rekening barang dalam proses di samping diselenggarakan untuk setiap elemen biaya harus diselenggarakan untuk setiap departemen di mana produk diproses.

3.       Produksi dikumpulkan dan dilaporkan untuk satuan waktu atau periode tertentu. Apabila produk diproses melalui beberapa tahap atau departemen, laporan produksi tersebut dibuat untuk setiap departemen.

4.       Produksi ekuivalen (equivalent production) digunakan untuk menghitung harga pokok satuan. Produksi ekuivalen adalah tingkatan atau jumlah produksi di mana pengolahan produk dinyatakan dalam ukuran produk selesai.

5.       Untuk menghitung harga pokok satuan setiap elemen biaya produksi tertentu, maka elemen biaya produksi tertentu tersebut dibagi dengan produksi ekuivalen untuk elemen biaya yang bersangkutan.

6.       Harga pokok yang diperhitungkan untuk mengetahui elemen-elemen yang menikmati biaya yang dibebankan, berapa yang dinikmati produk selesai dari departemen tertentu atau pengolahan yang dipindahkan ke gudang atau ke departemen berikutnya dan berapa harga pokok produk dalam proses akhir.

7.       Apabila dalam proses pengolahan produk timbul produk hilang, produk rusak, produk cacat, tambahan produk akan diperhitungkan pengaruhnya dalam perhitungan harga pokok produk.

2.2             Manfaat Informasi Harga Pokok Proses

Untuk memberikan gambaran awal penggunaan metode harga pokok proses dalam proses pengumpulan biaya produksi, variasi contoh penggunaan metode harga pokok proses yang diuraikan ini mencakup:

1.      Metode harga pokok proses yang diterapkan dalam perusahaan yang produknya diolah hanya melalui satu departemen produksi.

2.      Metode harga pokok proses yang diterapkan dalam perusahaan yang produknya diolah melalui lebih dari satu departemen produksi.

3.      Pengaruh terjadinya produk yang hilang dalam proses terhadap perhitungan harga pokok produksi persatuan dengan anggapan:a. Produk hilang pada awal proses.b. Produk hilang pada akhir proses.

2.3             Laporan biaya produksi satu departemen dan lebih dari satu departemen

A.                 Metode Harga Pokok Proses Satu Departemen Produksi

Untuk dapat memahami perhitungan harga pokok produk dalam metode harga pokok proses, berikut ini disajikan contoh metode harga pokok proses yang diterapkan dalam perusahaan yang mengolah produknya melalui satu departemen produksi, tanpa memperhitungkan adanya persediaan produk dalam proses awal periode.

Contoh :

PT Era Milenia Jaya mengolah produknya secara masal melalui satu departemen produksi. 1: Jumlah biaya yang dikeluarkan selama bulan Januari 2020 adalah sebagai berikut:

·         Biaya bahan baku = Rp 5.000.000

·         Bahan penolong = Rp 7.500.000

·         Biaya tenaga kerja = Rp 11.250.000

·         Biaya overhead pabrik = Rp 16.125.000

·         Total biaya produksi = Rp 39.875.000

2: Jumlah produk yang dihasilkan selama bulan tersebut adalah:

·         Produk jadi = 2.000 kg

·         Produk dalam proses pada akhir bulan = 500 kg 3: Dengan tingkat penyelesaian sebagai berikut:

·         Biaya bahan baku = 100%

·         Biaya bahan penolong = 100%

·         Beban tenaga kerja = 50%

·         Biaya overhead pabrik = 50%

Yang menjadi masalah adalah bagaimana menghitung harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang dan harga pokok persediaan produk dalam proses yang pada akhir bulan belum selesai diproduksi.

Untuk tujuan tersebut perlu dilakukan penghitungan biaya produksi per satuan yang dikeluarkan dalam bulan Januari 2020. Hasil perhitungan ini kemudian dikalikan dengan kuantitas produk jadi dan akan dihasilkan informasi harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang.

Untuk menghitung harga pokok persediaan produk dalam proses pada akhir periode, biaya produksi per satuan tersebut dikalikan dengan kuantitas persediaan produk dalam proses dengan memperhitungkan tingkat penyelesaian persediaan produk dalam proses tersebut.

Untuk menghitung biaya per satuan yang dikeluarkan oleh perusahaan tersebut, perlu dihitung unit ekuivalensi bulan Januari 2020 dengan cara perhitungan sebagai berikut:

1.             Biaya Bahan Baku:

Dari data contoh soal di atas, kita melihat bahwa biaya bahan baku sebesar Rp

5.000.000 digunakan untuk menyelesaikan produk jadi sebanyak 2.000 kg dan 500 kg persediaan produk dalam proses.

Jadi ekuivalensi biaya harga bahan baku adalah:

= 2.000 + (100% x 500)

= 2.500 kg

2.             Biaya Bahan Penolong

Bahan penolong yang dikeluarkan bulan Januari 2020 sebesar Rp 7.500.000 menghasilkan 2.000 kg produk jadi dan 500 kg persediaan produk dalam proses.

Tingkat penyelesaian 100%.

Dengan demikian unit ekuivalensi biaya bahan penolong adalah 2.500 kg yang dihitung sebagai berikut:

= 2.000 + (100% x 500) = 2.500 kg

3.             Biaya Tenaga Kerja

Biaya tenaga kerja yang dikeluarkan bulan Januari 2020 sebesar Rp 11.250.000 tersebut dapat menghasilkan 2.000 kg produk jadi dan 500 kg persediaan produk dalam proses.

Dengan tingkat penyelesaian biaya tenaga kerja 50%.

Dengan demikian unit ekuivalensi biaya tenaga kerja adalah 2.250 kg, yang dihitung sebagai berikut:

= 2.000 + (50% x 500) = 2.250 kg

4.             Biaya Overhead Pabrik

Biaya overhead pabrik yang dikeluarkan bulan Januari 2020 sebesar Rp 16.125.000.

Dan menghasilkan 2.000 kg produk jadi dan 500 kg persediaan produk dalam proses dengan tingkat penyelesaian 30%.

Dengan demikian unit ekuivalensi biaya bahan penolong dihitung sebagai berikut:

= 2.200 + (30% x 500) = 2.150 kg

Perhitungan biaya produksi per kilogram produk yang diproduksi dalam bulan Januari 2020 dilakukan dengan membagi tiap unsur-unsur harga pokok produksi, yaitu:

·         biaya bahan baku,

·         biaya bahan penolong,

·         biaya tenaga kerja, dan

·         biaya overhead pabrik, seperti berikut ini:

metode harga pokok proses 2 departemen

Perhitungan Harga Pokok Produksi Per Satuan

Setelah biaya produksi per satuan dihitung, harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang dari harga pokok persediaan produk dalam proses dihitung sebagai berikut:

·         Harga pokok produk jadi: 2.000 x Rp 17.500 = Rp 35.000.000

·         Harga pokok persediaan produk dalam proses:

·         Biaya bahan baku : 100% x 500 x Rp 2.000 = Rp 1.000.000

·         Biaya bahan penolong : 100% x 500 x Rp 3.000 = Rp 1.500.000

·         Biaya TK : 50% x 500 x Rp 5.000 = Rp 1.250.000

·         Jumlah = Rp 4.875.000

·         Jumlah biaya produksi bulan Januari 2020 = (1) – (2) = Rp 39.875.000

Jurnal Umum Pencatatan Proses Produksi

Jurnal Pencatatan Biaya Produksi

Berdasarkan informasi yang disajikan dalam laporan biaya produksi, biaya produksi yang terjadi bulan Januari 2020, dicatat dengan jurnal umum berikut ini:

A: Jurnal untuk mencatat biaya bahan baku:

[Debit] Barang Dalam Proses – Biaya Bahan Baku Rp 5.000.000 [Kredit] Persediaan Bahan Baku Rp 5.000.000

B: Jurnal untuk mencatat biaya bahan penolong:

[Debit] Barang Dalam Proses – Biaya Bahan Penolong Rp 7.500.000 [Kredit] Persediaan Bahan Penolonh Rp 7.500.000

C: Jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja:

[Debit] Barang Dalam Proses – Biaya Tenaga Kerja Rp 11.250.000 [Kredit] Gaji dan Upah Rp 11.250.000

D: Jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik:

[Debit] Barang Dalam Proses – Biaya Overhead Pabrik Rp 16.125.000 [Kredit] Berbagai Rekening yang Dikredit  Rp 16.125.000

E: Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang:

[Debit] Persediaan Produk Jadi Rp 35.000.000

[Kredit] Barang Dalam Proses Biaya Bahan Baku Rp 4.000.000 [Kredit] Barang Dalam Proses – Biaya Bahan Penolong Rp 6.000.000 [Kredit] Barang Dalam Proses – Biaya TK Rp 10.000.000

[Kredit] Barang Dalam Proses Biaya Overhead Pabrik Rp 15.000.000

Note:

= 2.000 kg x Rp 5.000

= 2.000 kg x Rp 7.500

F: Jurnal untuk mencatat harga pokok persediaan produk dalam proses yang belum selesai diolah pada akhir bulan Januari 2020:

[Debit] Persediaan Produk Dalam Proses Rp 4.875.000

[Kredit] Barang Dalam Proses – Biaya Bahan Baku Rp 1.000.000 [Kredit] Barang Dalam Proses – Biaya Bahan Penolong Rp 1.500.000 [Kredit] Barang Dalam Proses – Biaya Tenaga Kerja Rp 1.250.000 [Kredit] Barang Dalam Proses Biaya Overhead Pabrik Rp 1.125.000

B.                 Metode Harga Pokok Proses Lebih Dari Satu Departemen Produksi

Metode harga pokok proses dua departemen adalah penggunaan metode harga pokok proses produk diolah melalui lebih dari satu departemen produksi. Jika produk diolah melalui lebih dari satu departemen produksi. Perhitungan biaya produksi per satuan produk yang dihasilkan oleh departemen produksi pertama sama dengan yang telah dibahas dalam contoh di atas. Perhitungan biaya produksi per satuan produk yang dihasilkan oleh departemen setelah departemen pertama adalah perhitungan yang bersifat kumulatif. Karena produk yang dihasilkan oleh departemen setelah departemen pertama adalah produk jadi dari departemen sebelumnya, yang juga membawa biaya produksi dari departemen produksi sebelumnya.

Maka harga pokok produk yang dihasilkan oleh departemen setelah departemen pertama, terdiri dari:

1.      Biaya produksi yang dibawa dari departemen sebelumnya.

2.      Biaya produksi yang ditambahkan dalam departemen setelah departemen pertama. Contoh :

Perhatikan contoh perhitungan biaya produksi per satuan, jika produk diolah melalui dua departemen produksi, dapat diikuti dalam contoh 2 berikut:

PT Xidev Bening Jaya memiliki dua departemen produksi Departemen A dan Departemen B untuk menghasilkan produknya.

Dan produksi dan biaya kedua departemen tersebut dalam bulan Januari 2020 adalah sebagai berikut:

Departemen A:

1: Dimasukkan dalam proses = 35.000 kg

·         Produk selesai yang ditransfer ke Dept B = 30.000

·         Jumlah produk selesai yang ditransfer ke gudang = 0

·         Produk dalam proses akhir bulan = 5.000 kg 2: Biaya yang dikeluarkan bulan Januari 2020:

·         Biaya bahan baku = Rp 70.000

·         Beban tenaga kerja = Rp 155.000

·         Biaya overhead pabrik = Rp 248.000

3: Tingkat penyelesaian produk dalam proses akhir:

·         Biaya bahan baku = 100%

·         Biaya konversi = 20% Departemen B:

1: Dimasukkan dalam proses

·         Produk selesai yang ditransfer ke Dept B

·         Jumlah produk selesai yang ditransfer ke gudang = 24.000 kg

·         Produk dalam proses akhir bulan = 6.000 kg 2: Biaya yang dikeluarkan bulan Januari 2020:

·         Biaya bahan baku = Rp 0

·         Beban tenaga kerja = Rp 270.000

·         Biaya overhead pabrik = Rp 405.000

3: Tingkat penyelesaian produk dalam proses akhir:

·         Biaya bahan baku = –

·         Biaya konversi = 50%

Perhitungan Harga Pokok Produksi di Departemen A

1.      Cara Menghitung Harga Pokok Produk Selesai

Untuk menghitung harga pokok produk selesai Departemen A yang ditransfer ke Departemen B. Dan harga pokok persediaan produk dalam proses di Departemen A pada akhir bulan Januari 2020, perlu dilakukan penghitungan biaya produksi per satuan yang dikeluarkan oleh Departemen A dalam bulan yang bersangkutan.

Hasil perhitungan ini kemudian dikalikan dengan kuantitas produk selesai yang ditransfer Departemen A ke Departemen B. Dan diperoleh informasi harga pokok produk jadi yang ditransfer tersebut.

Untuk menghitung harga pokok persediaan produk dalam proses di Departemen A pada akhir periode biaya produksi per satuan tersebut dikalikan dengan kuantitas persediaan produk dalam proses, dengan memperhitungkan tingkat penyelesaian persediaan produk dalam proses tersebut.

Untuk menghitung biaya produksi per satuan yang dikeluarkan oleh Departemen A tersebut, perlu dihitung unit ekuivalensi tiap unsur biaya produksi Departemen A dalam bulan Januari 2020 dengan cara perhitungan sebagai berikut:

a.   Biaya Bahan Baku:

Biaya bahan baku yang dikeluarkan oleh Departemen A bulan Januari 2020 sebesar Rp

70.00 menghasilkan 30.000 kg produk selesai dan 5.000 kg persediaan produk dalam proses. Tingkat penyelesaian 100%.

Dengan demikian unit ekuivalensi biaya bahan baku adalah:

= 30.000 kg + (100% x 5.000 kg) = 35.000 kg.

 

1.        Biaya Konversi:

Biaya konversi yang terdiri dari biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik yang dikeluarkan Departemen A bulan Januari 2020 adalah Rp 155.000.

Dan menghasilkan 300.000 kg produk jadi dan 5.000 kg persediaan produk dalam proses. Tingkat penyelesaian 20%.

Dengan demikian unit ekuivalensi biaya konversi adalah:

= 30.000 kg + (20% x 5.000 kg) = 31.000 kg.

Perhitungan biaya produksi per kg produk yang dihasilkan oleh Departemen A bulan Januari 2020 dihitung dengan membagi tiap unsur biaya produksi, yaitu

·         biaya bahan baku,

·         biaya bahan penolong,

·         biaya tenaga kerja, dan

·         biaya overhead pabrik yang dikeluarkan oleh Departemen A.

Harga Pokok Produksi per Satuan Departemen

Harga Pokok Produksi per Satuan Departemen

Setelah biaya produksi per satuan dihitung, harga pokok produk selesai yang ditransfer oleh Departemen A ke Departemen B.

Dan harga pokok persediaan produk dalam proses di Departemen A pada akhir bulan Januari 2020 dapat dihitung sebagai berikut:

·         Harga pokok produk selesai yang di transfer ke Departemen B:

= 30.000 x Rp 15 = Rp 450.000

·         Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir:

·         Biaya bahan baku: 100% x 5.000 = Rp 10.000

·         Biaya TK: 20% x 5.000 = Rp 5.000

·         Biaya Overhead Pabrik: 20% x 5.000 = Rp 8.000

·         Jumlah biaya produksi Departemen A bulan Januari 2020:

= (a) + (b)

= Rp 450.000 + Rp 23.000 = Rp 473.000

2.        Pencatatan Jurnal Umum Biaya Produksi Departemen

Jurnal Pencatatan Biaya Produksi Departemen A

Berdasarkan informasi biaya produksi Departemen A tersebut, biaya produksi yang terjadi dalam Departemen A di bulan Januari 2020 dicatat dengan jurnal berikut ini:

A: Jurnal untuk mencatat biaya bahan baku:

[Debit] Barang dalam Proses – By Bahan Baku Dept A Rp 70.000 [Kredit] Persediaan Bahan Baku Rp 70.000

B: Jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja:

[Debit] Barang Dalam Proses – Biaya TK Departemen A Rp 155.000 [Kredit] Gaji dan Upah Rp 155.000

C: Jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik:

[Debit] Barang Dalam Proses – BOP Departemen A Rp 248.000 [Kredit] Berbagai Rekening yang Dikredit Rp 248.000

D: Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer oleh Departemen A ke Departemen B:

[Debit] BDP – Biaya Bahan Baku Departemen B Rp 450.000 [Kredit] BDP Biaya Bahan Baku Departemen A Rp 60.0001 [Kredit] BDP – Biaya Tenaga Kerja Departemen A Rp 150.0002 [Kredit] BDP – Biaya Overhead Pabrik Departemen A Rp 240.0003 Note:


1: 30.000 kg x Rp 2 = Rp 60.000

2: 30.000 kg x Rp 5 = Rp 150.000

3: 30.000 kg x Rp 8 = Rp 240.000

E: Jurnal umum untuk mencatat harga pokok persediaan produk dalam proses yang belum selesai diolah dalam Departemen A di akhir bulan Januari 2020:

[Debit] Persediaan Produk Dalam Proses – Dept A Rp 23.000 [Kredit] BDP – Biaya Bahan Baku Dept A Rp 10.000

[Kredit] BDP – Biaya Tenaga Kerja Dept A Rp 5.000 [Kredit] BDP Biaya Overhead Pabrik Dept A Rp 8.000

Perhitungan Harga Pokok Produksi di Departemen B

1.        Perhitungan Biaya Produksi

Dari contoh di atas, terlihat bahwa 30.000 kg produk selesai yang diterima oleh Departemen B dari Departemen A, telah menambah total biaya produksi dari Departemen A sebesar Rp 450.000, atau Rp 15 per kg.

Untuk mengolah produk yang diterima dari Departemen A tersebut, Departemen B mengeluarkan biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik bulan Januari 2020 berturut-turut sebesar Rp 270.000 dan Rp 405.000.

Dari 30.000 kg produk yang diolah Departemen B tersebut dapat dihasilkan produk jadi yang ditransfer ke gudang sebanyak 24.000 kg.

Dan persediaan produk dalam proses pada akhir bulan sebanyak 6.000 kg dengan tingkat penyelesaian 50% untuk biaya konversi.

Untuk menghitung harga pokok produk jadi Departemen B yang ditransfer ke gudang dan harga pokok persediaan produk dalam proses pada akhir Januari 2020.

Perlu dilakukan penghitungan biaya per satuan yang ditambahkan oleh Departemen B dalam bulan yang bersangkutan.

Hasil perhitungan ini kemudian dikalikan dengan kuantitas produk selesai yang ditransfer oleh Departemen B ke gudang dan akan diperoleh informasi biaya yang ditambahkan atas harga pokok produk yang dibawa dari Departemen A.

Untuk menghitung harga pokok persediaan produk dalam proses di Departemen B pada akhir periode.

Harga pokok produk yang berasal dari Departemen A harus ditambah dengan biaya produksi per satuan yang ditambahkan Departemen B.

Dikalikan dengan kuantitas persediaan produk dalam proses tersebut dengan memperhitungkan tingkat penyelesaiannya.

Untuk menghitung biaya produksi per satuan yang ditambahkan oleh Departemen B perlu dihitung unit ekuivalensi tiap unsur biaya produksi yang ditambahkan oleh Departemen B dalam Januar 2020.

Dengan cara perhitungan sebagai berikut:

Biaya konversi, yang terdiri dari biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik, yang ditambahkan oleh Departemen B dalam bulan Januari 2020.

Yaitu biaya untuk memproses 30.000 kg produk yang diterima dari Departemen A sebesar Rp

155.000 tersebut.

Di mana dalam proses tersebut menghasilkan 24.000 kg produk jadi dan 6.000 kg persediaan produk dalam proses yang tingkat penyelesaian biaya konversianya sebesar 50%. Hal ini berarti biaya konversi tersebut telah digunakan untuk menyelesaikan produk selesai sebanyak 24.000 kg. Dan 3.000 kg persediaan produk dalam proses.

Dengan demikian unit ekuivalensi biaya konsersi adalah 27.000 kg, yang dihitung sebagai berikut:

= 24.000 + (50% x 6.000)

= 27.000 kg

Perhitungan biaya produksi per kg yang ditambahkan oleh Departemen B dalam bulan Januari 2020 dihitung dengan membagi tiap unsur biaya produksi yang dikeluarkan oleh Departemen B seperti berikut ini:

Perhitungan Biaya Produksi

Perhitungan Biaya Produksi per Satuan yang Ditambahkan Dalam Departemen B

Setelah biaya produksi per kg yang ditambahkan oleh Departemen B dihitung. Harga pokok produksi selesai yang ditransfer oleh Departemen B ke gudang dan harga pokok persediaan produk dalam proses di Departemen B pada akhir bulan Januari 2020 dapat dihitung berikut ini:

·         Harga pokok produk selesai yang ditransfer Departemen B ke gudang:

·         Harga pokok dari Dept A: 24.000 x Rp 15 = Rp 360.000

·         Biaya yang ditambahkan oleh Dept B: 24.000 x Rp 25 = Rp 600.000

·         Total harga pokok produk jadi yang ditransfer Departemen B ke Gudang:

·         24.000 x Rp 40 = Rp 960.000

·         Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir:

·         Harga pokok dari Departemen A: 6.000 x Rp 15 = Rp 90.000

·         Biaya yang ditambahkan oleh Departemen B:

·         Biaya TK: 50% x 6.000 x Rp 10 = Rp 30.000

·         BOP: 50% x 6.000 x Rp 15 = Rp 45.000

·         Total harga pokok persediaan produk dalam proses Dept B:

   = (d) + (e)

   = Rp 90.000 + 75.000

   = Rp 165.000

·         Jumlah biaya produksi kumulatif Dept B bulan Januari 2020:

   = (b) + (f)

   = Rp 960.000 + Rp 165.000

   = Rp 1.125.000

2.        Jurnal Pencatatan Biaya Produksi Departemen B

A: Jurnal untuk mencatat penerimaan produk dari Departemen A: [Debit] Barang Dalam Proses Biaya Bahan Baku Dept B Rp 450.000 [Kredit] BDP Biaya Bahan Baku Departemen A Rp 60.000 [Kreditit] BDP Biaya Tenaga Kerja Departemen A Rp 150.000 [Kredit] BDP – Biaya Overhead Pabrik Departemen A Rp 240.000 B: Jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja:

[Debit] BDP – Biaya Tenaga Kerja Departemen B Rp 270.000 [Kredit] Gaji dan Upah Rp 270.000

C: Jurnal untuk mencatat Biaya Overhead Pabrik:

[Debit] Persediaan Produk Jadi Rp 405.000

[Kredit] Berbagai Rekening yang Dikredit Rp 405.000

D: Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer oleh Departemen B ke gudang:

[Debit] Persediaan Produk Jadi Rp 960.000

[Kredit] Barang Dalam Proses – Biaya Bahan Baku Departemen B Rp 360.0001 [Kredit] Barang Dalam Proses – Biaya Tenaga Kerja Departemen B Rp 240.0002 [Kredit] Barang Dalam Proses – Biaya Overhead Pabrik Departemen B Rp 360.0003 Note:

1: 24.000 kg x Rp 15 (harga pokok produksi per kg dari Dep A)

2: 24.000 kg x Rp 10 (biaya tenaga kerja yang ditambahkan oleh Dept B) 3: 24.000 kg x Rp 15 (Biaya Ov. Pabrik yang ditambahkan oleh Dept B)

D: Jurnal untuk mencatat harga pokok persediaan produk dalam proses yang belum selesai diolah dalam Dept B pada akhir bulan Januari 2020:

[Debit] Persediaan Produk Dalam Proses Dept B Rp 165.000

[Kredit] Barang Dalam Proses – Biaya Bahan Baku Dept B Rp 90.000 [Kredit] Barang Dalam Proses – Biaya Tenaga Kerja Dept B Rp 30.000 [Kredit] Barang Dalam Proses Biaya Overhead Pabri Dept B Rp 45.000


BAB III PENUTUP

 

 

3.1             Kesimpulan

Metode harga pokok proses adalah metode pengumpulan biaya produksi melalui departemen produksi atau pusat pertanggungjawaban biaya, yang umumnya diterapkan pada perusahaan yang menghasilkan produk atau massa. Metode harga pokok proses biasanya digunakan oleh perusahaan yang menghasilkan produk yang sama (homogen) dan melalui serangkaian proses yang sama.

Dalam perusahaan yang memproduksi produknya secara massa, karakteristik produksinya antara lain adalah produk yang dihasilkan merupakan produk standar dan sama setiap bulan. Metode pengumpulan harga pokok proses memiliki karakteristik sebagai berikut:

1.      Sifat produksinya terus menerus.

2.      Pengumpulan harga pokok produk dilakukan periodik, biasanya setiap akhir bulan.

3.      Perhitungan harga pokok per satuan dilakukan setiap akhir periode, misalnya setiap akhir bulan.

3.2             Saran

Semoga dengan adanya makalah ini diharapkan akan menambah minat mahasiswa untuk membaca, mempelajari, dan menambah rujukan atau referensi mengenai materi “Penentuan harga Pokok Produk: Metode harga pokok proses (Process Cost)” Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya yang telah membaca, dan saya selaku penyusun makalah ini.