KUMPULAN MAKALAH

Friday, May 16, 2025

MAKALAH Sejarah Wali Songo dan Biografi Sunan Bonang

 

KATA PENGANTAR

 

Dengan memanjatkan rasa puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas segala limpahan rahmat, karunia serta hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini.

Makalah yang berjudul “Sejarah Wali Songo dan Biografi Sunan Bonang” ini kami susun untuk memenuhi tugas mata pelajaran Sejarah. Tentunya tak lupa kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya tugas ini.

Kami sebagai penyusun makalah ini menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang ada relevansinya dengan penyempurnaan makalah ini sangat kami harapkan dari pembaca. Kritik dan saran sekecil apapun akan kami perhatikan dan pertimbangkan guna perbaikan di masa datang.

Semoga makalah ini mampu memberikan manfaat dan mampu memberikan nilai tambah kepada para pemakainya. Akhirnya kami berharap semoga Allah SWT, memberikan imbalan setimpal pada mereka yang telah memberikan bantuan ini sebagai ibadah, Aamiin Yaa Robbal ‘Alamiin.

 

Penyusun

 

Kelompok 8

 

 

 

 

 

 

DAFTAR ISI

 

KATA PENGANTAR.. i

DAFTAR ISI. ii

BAB I. 1

PENDAHULUAN.. 1

1.1 Latar Belakang. 1

1.2 Rumusan Masalah. 2

1.3 Tujuan. 2

BAB II. 3

PEMBAHASAN.. 3

2.1 Pengertian. 3

2.2 Biografi Sunan Bonang. 4

2.3 Asal Usul Nama Sunan Bonang. 4

2.4 Wilayah Dakwah Sunan Bonang. 5

2.5 Sejarah Kehidupan Sunan Bonang. 5

BAB III. 6

PENUTUP.. 6

3.1 Kesimpulan. 6

3.2 Saran. 6

DAFTAR PUSTAKA.. 7

 

 

 


BAB I

PENDAHULUAN

 

1.1 Latar Belakang

Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa para penyebar dan pendakwah Islam di Pulau Jawa adalah walisongo. Walisongo adalah Sembilan wali yaitu Sunan Gresik, Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Drajat, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Muria dan Sunan Gunung Djati. Mereka tidak hidup pada saat yang persis bersamaan. Namun demkian, satu sama lain memiliki keterkaitan erat dan bila tidak dalam ikatan darah tetapi dalam hubungan guru-murid.

Sejarah penyebaran agama Islam di Nusantara, khususnya di Pulau Jawa tidak lepas dari kisah walisongo. Abad ke-14 sampai dengan awal abad ke-15 merupakan masa berakhirnya Hindu-Buddha dalam budaya Nusantara (Indonesia) dan kemudian digantikan oleh kebudayaan Islam. Pada saat itu walisongo menjadi simbol penyebaran agama Islam di Nusantara, khususnya di pulau Jawa. Mereka tinggal di tiga wilayah penting pantai utara pulau Jawa, yaitu Surabaya, Gresik, dan Lamongan di Jawa Timur, Demak, Kudus, dan Muria di Jawa Tengah, dan Cirebon di Jawa Barat. Mereka mempunyai peran yang besar dalam mendirikan kerajaan Islam di Jawa.

Selama berdakwah, walisongo banyak melakukan terobosan dalam tahapan strategi dakwah di kalangan masyarakat. Hingga saat ini, walisongo dianggap sebagai pelopor dan ulama besar yang telah memberikan keteladanan dalam berdakwah, baik lisan maupun perbuatan. Prestasi tersebut menjadikan sesuatu yang fenomenal dan sekaligus menjadikan nama besar yang dihormati oleh lapisan masyarakat khususnya masyarakat Tanah Jawa.

Kisah Walisongo sebenarnya penuh kontroversi, tetapi kisah itu sendiri sangat menarik. Bahkan banyak sekali hikmah yang didapat dari kisah mereka saat berjuang melalui dakwah Islam dan strateginya dalam mengajak masyarakat, antara lain Jawa, Sunda, dan Madura untuk memeluk agama Islam. Strategi melalui tahapan dakwah mereka benar-benar pantas dibanggakan. Mereka bisa diterima di berbagai kalangan masyarakat, dari kelas bawah hingga kelas atas yaitu para bangsawan dan raja.

 

 

1.2 Rumusan Masalah

·         Apa itu Wali Songo?

·         Siapakah Sunan Bonang?

·         Bagaimana Asal Usul Nama Sunan Bonang?

·         Dimanakah Sunan Bonang Berdakwah?

·         Bagaimana Sejarah Kehidupan Sunan Bonang?

 

1.3 Tujuan

·         Untuk mengetahui apa itu Wali Songo?

·         Untuk mengetahui siapa Sunan Bonang?

·         Untuk mengetahui Bagaimana Asal Usul Nama Sunan Bonang?

·         Untuk mengetahui Dimanakah Sunan Bonang Berdakwah?

·         Untuk mengetahui Bagaimana Sejarah Kehidupan Sunan Bonang?

 

 

 


BAB II

PEMBAHASAN

 

2.1 Pengertian

Kata “wali” berasal dari bahasa Arab yang artinya pembela, teman dekat, dan pemimpin. Dalam pemakaiannya wali biasanya diartikan sebagai orang yang dekat dengan Allah SWT. Adapun kata “songo” berasal dari bahasa Jawa yang artinya sembilan. Maka, Walisongo secara umum diartikan sebagai sembilan wali yang dianggap telah dekat dengan Allah SWT dan terus-menerus beribadah kepadaNya serta memiliki kemampuan-kemampuan diluar kebiasaan manusia. Para sembilan Wali itu ialah Maulana Malik Ibrahim adalah yang tertua. Sunan Ampel adalah anak Maulana Malik Ibrahim. Sunan Giri adalah keponakan Maulana Malik Ibrahim yang berarti juga sepupu Sunan Ampel. Sunan Bonang dan Sunan Drajad adalah anak Sunan Ampel. Sunan Kalijaga merupakan sahabat sekaligus murid Sunan Bonang. Sunan Muria anak Sunan Kalijaga. Sunan Kudus  murid Sunan Kalijaga. Sunan Gunung Jati adalah sahabat para Sunan lain, kecuali Maulana Malik Ibrahim yang lebih dahulu meninggal.

Mereka tinggal di pantai utara Jawa dari awal abad 15 hingga pertengahan abad 16, di tiga wilayah penting. Yakni Surabaya- Gresik-Lamongan di Jawa Timur, Demak- Kudus-Muria di Jawa Tengah, serta Cirebon di Jawa Barat. Mereka adalah para intelektual yang menjadi pembaharu masyarakat pada masanya. Mereka mengenalkan berbagai bentuk peradaban baru, mulai dari kesehatan, bercocok tanam, niaga, kebudayaan dan kesenian, kemasyarakatan hingga pemerintahan. Mereka mendapat gelar susuhunan (sunan), yaitu sebagai penasehat dan pembantu Raja. Para Wali melakukan dakwahnya dengan sangat tekun, mereka mampu memahami kondisi masyarakat Jawa pada saat itu. Menurut Soekomono, pakar purbakala dan sejarah kebudayaan dari UGM, Walisongo (9 orang waliyullah) adalah penyiar penting agama agama Islam di Jawa. Mereka dengan sengaja menyebarkan dan mengajarkan pokok-pokok ajaran Islam di tanah Jawa.

Pendapat lain yang mengatakan bahwa Walisongo adalah sebuah majelis dakwah yang pertama kali didirikan oleh Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim) pada tahun 1404 Masehi (808 Hijriah). Saat itu, majelis dakwah Walisongo beranggotakan Maulana Malik Ibrahim sendiri, Maulana Ishaq (Sunan Wali Lanang), Maulana Ahmad Jumadil Kubro (Sunan Kubrawi); Maulana Muhammad Al-Maghrabi (Sunan Maghribi); Maulana Malik Isra'il (dari Champa), Maulana Muhammad Ali Akbar, Maulana Hasanuddin, Maulana 'Aliyuddin, dan Syekh Subakir.

 

2.2 Biografi Sunan Bonang

Sunan Bonang adalah putra sulung sunan Ampel (Raden Rahmat). Dari perkawinannya dengan Adipati Tuban inilah kemudian Sunan Ampel memiliki dua Putera, yaitu Sunan Drajat dan Sunan Bonang. Sunan Drajat atau Syarifudin adalah adiknya. Adik bungsunya yang bernama Dewi Sarah menikah dengan Sunan Kalijaga.

Sunan Bonang bernama kecil (nama asli) Makdum Ibrahim, lahir pada tahun 1465 M di Bonang, Tuban. Secara silsilah, Sunan Bonang masih memiliki garis keturunan dengan Nabi Muhammad SAW. Ia adalah keturunan ke-23 dari Nabi Muhammad melalui Siti Fatimah dan Ali bin Abi Thalib. Oleh sebab itu dalam serat Darmogandul (karya sastra tentang runtuhnya Majapahid) ia disebut dengan julukan Sayyid Kramat dan dikatakan sebagai orang Arab keturunan Nabi Muhammad dari jalur ayah.

Urut-urutan silsilah Sunan Bonang dari jalur ayah adalah sebagai berikut: Maulana Makhdum Ibrahim (Sunan Bonang) bin Raden Rahmat (Sunan Ampel) bin Ibrahim al-Ghazi (Ibrahim Asmaraqandi) bin Jamaluddin al-Husain bin Ahmad Jalaluddin bin Abdullah bin Abdul Malik Azmatkhan bin Alwi Amil Faqih bin Muhammad Shahib Mirbath bin Ali Khali Qasam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad al- Muhajir bin Isa bin Muhammad bin Ali al-Uraidli bin Ja’far Shadiq bin Muhammad al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Al-Husain bin Fatimah az-Zahra binti Muhammad saw.

 

2.3 Asal Usul Nama Sunan Bonang

Dakwah Sunan Bonang dimulai dari Kediri, Jawa Timur. Ia mendirikan langgar atau musala di tepi Sungai Brantas, tepatnya di Desa Singkal. Diceritakan, Sunan Bonang sempat mengislamkan Adipati Kediri, Arya Wiranatapada, dan putrinya. Usai dari Kediri, Sunan Bonang bertolak ke Demak, Jawa Tengah. Oleh Raden Patah, pendiri sekaligus pemimpin pertama Kesultanan Demak, Sunan Bonang diminta untuk menjadi imam Masjid Demak. Ada satu lagi versi berbeda terkait penamaan Sunan Bonang yang disematkan kepada Raden Makdum Ibrahim selain dari kisah bahwa ia adalah penemu gamelan jenis bonang. Selama menjadi imam Masjid Demak, Raden Makdum Ibrahim tinggal di Desa Bonang. Versi kedua menyebut julukan Sunan Bonang disematkan berdasarkan lokasi tempat tinggalnya tersebut.

 

2.4 Wilayah Dakwah Sunan Bonang

Sunan Bonang mulai berdakwah dari Kediri, Jawa Timur dan kemudian mendirikan sebuah mushola di Desa Singkal yang berada di tepi Sungai Brantas. Baca juga: Bantah Tuduhan Plagiat Lagu Luar Negeri, Ahmad Dhani: Bukan Menjiplak, Saya Beli Di tempat tersebut, Sunan Bonang sempat mendapat penolakan namun akhirnya dapat mengislamkan Adipati Kediri, Arya Wiranatapada, dan putrinya. Selepas dari Kediri, Sunan Bonang bertolak ke Demak, Jawa Tengah atas panggilan Raja Demak, Raden Patah. Oleh Raden Patah, Sunan Bonang diminta untuk menjadi imam Masjid Demak. Baca juga: Gubernur Riau Geram Satu Jam Menunggu Bos Sanel: Kami Pejabat Dilayani "Begini", Apalagi Karyawan Namun tidak lama kemudian Sunan Bonang melepaskan jabatan sebagai imam untuk pindah ke Lasem.

 

2.5 Sejarah Kehidupan Sunan Bonang

KH. Mustofa Bisri dalam kitabnya Tarikhul Auliya mengatakan bahwa Sunan Bonang menikah dengan seorang putri Raden Arya Jakandar atau lebih dekenal sebagai Sunan Malaka yaitu Dewi Hirah. Begitu pula penjaga makam Sunan Bonang yang Tuban juga mengatakan bahwa Sunan Bonang itu pernah menikah. Apa yang disampaikan oleh KH Mustofa Bisri dan penjaga makan itu berbeda dengan apa yang disampaikan pada riwayat Sunan Bonang oleh penulis lain. Sunan Bonang wafat pada tahun 1525 M.

 


BAB III

PENUTUP

 

3.1 Kesimpulan

Dari berbagai sumber disebutkan bahwa Sunan Bonang itu nama aslinya adalah Syekh Maulana Makdum Ibrahim. Dilahirkan pada bulan muharram tahun 1456. Putera Sunan Ampel ( Raden Rahmat) dan Dewi Condrowati yang sering disebut Nyai Ageng Manila.

Dalam berdakwah Raden Makdum Ibrahim ini sering mempergunakan kesenian rakyat untuk menarik simpati mereka, yaitu berupa seperangkat gamelan yang disebut Bonang. Bonang adalah sejenis kuningan yang ditonjolkan dibagian tengahnya. Bila benjolan itu dipukul dengan kayu lunak timbulah suara yang merdu di telinga penduduk setempat.

 

3.2 Saran

Pemakalah menyarankan kepada pembaca agar tidak menjadikan makalah ini satu-satunya rujukan yang dijadikan sebagai sarana informasi ilmu yang berkaitan dengan sunan bonang itu sendiri. Karena pada makalah ini tentunya masih banyak hal-hal yang belum sempurna.


DAFTAR PUSTAKA

 

Rokhmah Ulfah, “Mistik Sunan Bonang” Teologia 24, no. 2 (2013).

Achmad Syafrizal, “Sejarah Islam Nusantara,” Islamuna 2, no. 2 (2015): 247.

"http://"  repositori.unsil.ac.id/4837/5/BAB%201.pdf

"https://" iainutuban.ac.id/2021/11/20/sejarah-hidup-sunan-bonang-dakwah-islam-lewat-gamelan-sastra/

Rachmad Abdullah, Walisongo Gelora Dakwah dan Jihad di Tanah Jawa (1404 – 1482), Surakarta : Al-Wafi, 2015, 150.

Ibid., 151.

"https://" regional.kompas.com/read/2022/07/13/220555478/sunan-bonang-nama-asli-silsilah-wilayah-dan-cara-dakwah?page=all

Jauharotina Alfadhilah, “Konsep Tuhan Perspekstif Maulana Makhdum Ibrahim (Studi Kitab Bonang Dan Suluk Wujil)” 2017. hlm. 40

Dewi Evi Anita, “Walisongo : Mengislamkan Tanah Jawa (Suatu Kajian Pustaka)” Wahana Akademika 1, no. 2 (2014). hlm. 253