KUMPULAN MAKALAH : MAKALAH Penerapan Sistem Produksi makanan Internasional

Tuesday, May 24, 2022

MAKALAH Penerapan Sistem Produksi makanan Internasional

 

KATA PENGANTAR

 

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR ISI

 

KATA PENGANTAR.. i

DAFTAR ISI. ii

BAB I. 1

PENDAHULUAN.. 1

1.1 Latar Belakang. 1

1.2 Rumusan Masalah. 1

1.3 Tujuan. 2

BAB II. 3

PEMBAHASAN.. 3

2.1 Penerapan Sistem Produksi Makanan Internasional Berdasarkan Daya Dukung Daerah. 3

1.      Pengertian dan Karakteristik Makanan Internasional 3

2.      Teknik Pengolahan Makanan Internasional dari Bahan Pangan Nabati dan Hewani 6

3.      Penyimpanan Produk Masakan Internasional 11

4.      Bahan Kemas Olahan Makanan Internasional 12

5.      Teknik Pengemasan Makanan Internasional 14

BAB III. 16

PENUTUP.. 16

3.1 Kesimpulan. 16

3.2. Saran. 16

DAFTAR PUSTAKA.. 17

 


BAB I

PENDAHULUAN

 

1.1 Latar Belakang

Selama hidupnya, manusia selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan pokoknya yaitu sandang, pangan, dan papan. Dalam upaya untuk memenuhi kebutuhannya akan makanan, manusia mengerahkan kemampuannya untuk memanfaatkan bahan makanan nabati dan hewani dari lingkungan sekitarnya menjadi berbagai jenis masakan dengan cita rasa tinggi. Tuhan telah menciptakan manusia dari berbagai bangsa sehingga muncullah berbagai jenis masakan. Pada awalnya berbagai jenis masakan tersebut hanya bisa dinikmati di negara asalnya. Namun, berkat kemajuan teknologi, manusia tidak lagi hanya beraktivitas di satu tempat. Seringkali mereka harus melakukan aktivitas di luar daerah asalnya sehingga timbullah interaksi antar daerah bahkan antar negara.

Demikian juga dengan masakan khas dari suatu negara. Para pelaku perjalanan seringkali membawa masakan asal daerahnya ke tempatnya yang baru. Sehingga saat ini kita bisa menikmati berbagai jenis masakan yang berasal dari negara lain di lingkungan sekitar kita. Makanan khas internasional adalah makanan yang biasa di konsumsi di suatu negara. Makanan yang dibuat biasanya mencerminkan karakter masyarakatnya.

Banyaknya turis-turis yang datang dari mancanegara ke Indonesia. Bagi yang suka memasak hal ini menciptakan peluang yang sangat besar untuk membuat usaha makanan internasional. Banyak jenis makanan internasional yang dapat kita jadikan peluang usaha. Indonesia kaya akan berbagai jenis bahan pangan, baik nabati maupun hewani. Hal itu dapat dimanfaatkan untuk membuat berbagai jenis makanan internasional baik yang asli maupun yang sudah dimodifikasi supaya sesuai dengan lidah masyarakat Indonesia atau menjadi jenis masakan baru yang membuat penasaran bagi turis asal negara lain.

 

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas di dalam makalah tentang Kewirausahaan Pengolahan dan Kewirausahaan Bahan Nabati dan Hewani Menjadi Makanan Khas Internasional ini adalah sebagai berikut:

·         Bagaimana penerapan sistem produksi makanan internasional berdasarkan daya dukung daerah?

 

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dalam penulisan makalah tentang Pengolahan dan Kewirausahaan Bahan Nabati dan Hewani Menjadi Makanan Khas Internasional ini adalah sebagai berikut:

·         Menyatakan pendapat tentang keanekaragaman olahan makanan internasional, sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan serta bangsa Indonesia.

·         Merencanakan usaha makanan internasional sesuai dengan ide dan melihat peluang yang ada berdasarkan sumber daya yang tersedia di wilayah setempat berdasarkan rasa ingin tahu dan peduli lingkungan.

·         Mengidentifikasi jenis, bahan, alat, dan proses pengolahan masakan internasional yang terdapat di wilayah setempat dan di nusantara berdasarkan rasa ingin tahu dan peduli lingkungan.

·         Merancang pengolahan masakan internasional berdasarkan orisinalitas ide yang jujur terhadap diri sendiri.

·         Menghitung titik impas usaha makanan internasional berdasarkan pengalaman usaha dan jiwa wirausaha yang tinggi.

·         Membuat, menguji, dan mempresentasikan karya pengolahan masakan internasional sebagai peluang usaha dalam berwirausaha di wilayah setempat berdasarkan teknik dan prosedur yang tepat dengan disiplin dan tanggung jawab.

·         Membuat dan melaporkan kegiatan usaha berdasarkan tanggung jawab dan kejujuran.

 

 


BAB II

PEMBAHASAN

 

2.1 Penerapan Sistem Produksi Makanan Internasional Berdasarkan Daya Dukung Daerah

1.      Pengertian dan Karakteristik Makanan Internasional

Masakan internasional dibagi menjadi dua, yakni masakan kontinental dan makanan oriental. Perbedaan antara masakan kontinental dan oriental dapat dijumpai dalam beberapa hal, seperti perbedaan dalam susunan makanan utama, teknik pengolahan dan tata cara penyajian. Perbedaan kedua jenis masakan ini diuraikan sebagai berikut:

a.       Masakan Kontinental

Masakan kontinental adalah masakan yang berasal dari negara yang mempunyai dataran luas, seperti Perancis, Inggris, Amerika, Australia (negara-negara Eropa). Sejarah masakan kontinental dimulai ketika bangsa Romawi jaya melawan Eropa, untuk merayakannya diadakanlah pesta. Orang tidak puas lagi dengan hidangan-hidangan yang sederhana. Sekitar abad ke XIV mulailah dikenal penggunaan berbagai macam saus. Seluruh Eropa membuat pesta dimana-mana termasuk di Perancis. Perancislah yang kemudian mengembangkan seni masak ini hingga dapat diterima di seluruh dunia.

Sewaktu bangsa Eropa pada abad XIII menjelajahi dunia Timur mulailah penggunaan dan pembuatan mie yang kemudian dikembangkan menjadi spageti, makaroni dan vermiseli yang menjadi terkenal sebagai makanan khas Italia. Pada zaman Napoleon karena perang yang berkesinambungan, cadangan bahan makanan menipis. Timbullah gagasan untuk mengganti mentega dengan margarin.

Makanan kontinental merupakan makanan dari Benua Eropa dengan ciri-ciri sebagai berikut:

·         Eropa Barat wilayahnya, Perancis, Belgia, Swiss, Belanda, dan Jerman memiliki selera makan yang sama. Bumbu yang sering dipakai adalah merica dan garam.

·         Eropa Timur wilayahnya, Chekoslovakia, Hongaria, Yugoslavia, Yunani, Romawi, dan Rumania, mempunyai selera makan yang menggunakan berbumbu tajam dari rempah-rempah seperti lada.

·         Eropa Selatan wilayahnya, Italia, Portugal, Spanyol selera makan pada umumnya berbumbu tajam pula yaitu pala lada dan kayu manis.

Masakan kontinental biasanya menggunakan bumbu instan atau bumbu siap pakai berupa bumbu kering. Bumbu yang banyak digunakan orang Eropa adalah bumbu herb, dan garam, tidak menyukai vetsin. Teknik pengolahannya pun mudah, singkat, dan cepat. Masakan kontinental dilakukan secara bertahap dengan alat makan berbeda tiap jenis makanan dan dihidangkan sesuai giliran. Susunan makanan utama merupakan satu rangkaian yang terdiri protein hewani, makanan pokok dan sayuran. Protein hewani berasal dari lauk pauk yang biasanya menggunakan daging dan makanan pokok sebagai sumber karbohidrat menggunakan kentang. Porsi karbohidrat lebih sedikit daripada protein hewani sehingga porsi protein hewani merupakan makanan utama lebih banyak dari makanan pokok.

Makanan kontinental diberikan dalam sebuah hidangan dengan susunan menu. Menu adalah suatu susunan makanan dan minuman untuk satu kali makan. Susunan menu makanan kontinental terdiri dari berbagai macam makanan yang dimakan secara bergiliran yang disebut courses atau kosis dan mempunyai urutan tertentu. Menu yang sederhana dapat hanya terdiri dari satu atau dua giliran santapan saja tetapi dapat terdiri dari bermacam-macam masakan yang disajikan berturut-turut menurut urutan yang telah ditentukan.

 

b.      Masakan Oriental

Masakan oriental merupakan jenis masakan yang berasal dari negara kepulauan daerah Asia seperti Indonesia, Cina, Jepang, India, Arab, Pakistan dan negara timur lainnya. Masakan oriental adalah perpaduan dari beberapa resep masakan di Asia yang mudah dikenali dari tampilan, aroma dan rasanya karena masakan oriental selalu menggunakan bumbu utama seperti bawang putih, kecap asin, kecap ikan, saus tiram, saus tomat, minyak wijen, ang chiu, dll. Bumbu yang digunakan biasanya merupakan bumbu segar yang langsung diracik. Negara-negara oriental yang mencolok berbumbu tajam adalah makanan India, Pakistan, dan Birma. Sedangkan Jepang, Korea, dan Vietnam mengikuti selera masakan Cina pada umumnya. Selera masakan Muang Thay, Filipina, dan Malaysia lebih mendekati selera masakan Indonesia.

Masakan oriental selalu dihidangkan sebagai makanan pokok seperti nasi, mie ataupun jagung sehingga mengandung lebih banyak karbohidrat daripada protein hewani dan nabati. Masakan oriental cukup bervariatif dalam menggunakan bahan makanan dari mulai sayur-sayuran, daging-dagingan seperti daging sapi dan daging ayam serta berbagai seafood yang diolah baik dibakar maupun digoreng. Dalam makanan oriental tidak dikenal susunan menu. Penyajian menu berdiri sendiri karena belum ada standarisasi susunan menu. Teknik pengolahan makanan oriental kompleks dan lama namun tata cara penyajian lebih sederhana, dihidangkan bersamaan dengan alat makan yang sama untuk jenis makanan berbeda dan dilaksanakan sekaligus. Terdiri dari makanan pokok, lauk dan sayuran.

Alat-alat memasak dalam dapur oriental mirip dengan alat memasak yang ada dalam dapur Indonesia (Indonesia adalah salah satu negara oriental). Sebagai contoh: kecuali untuk menggoreng martabak India, maka wajan atau kuali atau penggorengan yang biasa digunakan dalam dapur oriental adalah cekung (wox), baik itu kecil, sedang maupun besar. Bertangkai satu, bertangkai dua sama besarnya, maupun bertangkai besar dan kecil. Alat penghalus bumbu dikenal adanya cobek dan muntu, pipisan dan anak pipisan, serta lumpang dan alu, (alat-alat ini tidak dikenal di dapur kontinental) di samping menggunakan blender elektrik bagi yang memiliki alat modern. Nyiru dan alat-alat lain dari bambu juga banyak dipergunakan.

Makanan oriental merupakan makanan dari Benua Asia yang sangat kaya akan rempah-rempah yang menonjol serta variasi yang sangat unik. Makanan oriental ini terdiri dari negara India, China, Jepang, dan Korea serta Asia Tenggara termasuk Indonesia yang dikaitkan dengan budaya dan tradisi sejarah yang sangat menonjol. Jenis bahan pangan yang membentuk makanan yang sangat khas dari berbagai negara Asia ini termasuk cara pengolahan, bagaimana menghidangkan dan kebiasaan makan sesuai dengan tradisi dari masing-masing negara.

Makanan Oriental adalah masakan dari negara-negara Timur Tengah, Asia Tengah, Asia Tenggara dan Asia Timur Jauh. Makanan dari masing-masing negara tersebut memiliki ciri khas, namun pada umumnya mereka banyak menggunakan bahan rempah. Ramuan rempah yang beragam menjadi ciri khas sekaligus keistimewaannya. Rempah yang digunakan untuk meramu makanan khas negara seperti cabai, jinten, jahe, kunyit, kayu manis, ketumbar, bawang putih dan rempah-rempah khas India seperti klabet, ajwain dan asafetida. Selain itu digunakan pula daun herbal seperti daun ketumbar, daun mint, daunt klabet, daun cassia atau tejpat. Juga adapula, bumbu paprika merah, daun salam, koja hingga air mawar. Untuk menumis masyarakat Asia biasa menggunakan minyak kacang, minyak kedelai, minyak bunga matahari, minyak wijen dan minyak sayur.

 

2.      Teknik Pengolahan Makanan Internasional dari Bahan Pangan Nabati dan Hewani

Pengolahan makanan adalah sebuah proses penerapan panas pada bahan makanan untuk tujuan tertentu agar makanan menjadi masak. Pengolahan makanan internasional adalah mengolah atau memasak makanan dengan bahan, teknik, penyajian dan menu berasal dari negara-negara di dunia. Ada beberapa teknik yang diperlukan untuk mengolah makanan agar dihasilkan suatu produk makanan dengan cita rasa yang sesuai dengan harapan. Teknik-teknik pengolahan makanan internasional di antaranya:

·         Time needed: 1 hour.

Teknik Pengolahan Makanan Internasional dari Bahan Pangan Nabati dan Hewani

 

·         Merebus (boiling)

Merebus (boiling) yaitu memasak bahan makanan dalam zat cair pada suhu 1000 0C. Merebus dapat dalam air, susu, kaldu atau anggur.

 

 

·         Mengukus (steaming)

Mengukus (steaming) ialah memasak bahan makanan dengan uap air mendidih. Mengukus dilakukan dalam panci pengukus yang terdiri dari dua buah panci yang disusun. Panci bawah berisi air pengukus, sedangkan yang di atas tempat makanan yang dikukus dasarnya berlubang-lubang.

 

·         Mengetim (au bain marie)

Mengetim (au bain marie) ialah memasak bahan makanan dalam sebuah tempat yang dipanaskan dalam air mendidih. Mengetim dilakukan dalam panci tim yang terdiri dari 2 buah panci yang disusun seperti panci pengukus, tetapi dasar panci bagian atas tidak berlubang.

 

·         Menggoreng (frying)

Menggoreng (frying) ialah memasak bahan makanan dalam minyak panas supaya bahan makanan menjadi masak, kering dan berwarna kecokelatan.

 

·         Mencah (stir frying)

Mencah (stir frying) ialah cara memasak dengan sedikit minyak yang dipanaskan dalam wajan di atas api yang besar. Sayuran yang telah dipotong-potong dimasukkan terus sambil terus diaduk-aduk sampai tertutup lemak dan menjadi masak tetapi masih renyah dan tidak terlalu layu.

 

·         Menyetup (stewing)

Menyetup (stewing) ialah memasak makanan di atas api kecil, setelah makanan itu direbus, digoreng, atau ditumis. Hal ini dilakukan agar makanan menjadi lunak dan bumbu-bumbu yang ditambahkan dapat meresap.

·         Menyemur (braising)

Menyemur (braising) ialah memasak bahan makanan dalam lemak pada api besar sampai kecokelat-cokelatan, misalnya daging, kemudian ditambah sedikit cairan dan dibiarkan mendidih di atas api kecil dalam tempat yang tertutup.

·         Menumis (sauting)

Menumis (sauting) ialah memasak bahan makanan dalam sedikit margarin, mentega atau minyak, supaya lebih harum dan sedap. Menumis dilakukan sebentar sambil terus diaduk-aduk.

 

·         Memanggang (broilling)

Memanggang (broilling) memasak bahan makanan langsung di atas api (bara) sampai kecokelat-cokelatan dan mendapat lapisan yang kering. Bahan makanan yang dipanggang biasanya daging, unggas dan lain-lain.

 

·         Membakar atau mengepan (baking)

Membakar atau mengepan (baking) ialah memasak bahan makanan dalam oven atau pan pembakar sampai masak dan kecokelat-cokelatan.

 

·         Memanir (coating)

Memanir (coating) ialah memberi lapisan telur dan tepung panir pada makanan yang akan digoreng. Memanir dilakukan supaya makanan mendapat kulit kering, coklat, dan bentuknya rapi, tidak mengisap banyak minyak, tidak mudah pecah waktu digoreng dan bagian dalam tidak menjadi kering.

 

 

·         Memarinir (marinating)

Memarinir (marinating) ialah membiarkan daging, ikan atau sayuran beberapa waktu dalam cairan yang terdiri dari anggur, air jeruk atau cuka, ditambah dengan bumbu-bumbu garam, lada, bawang merah, daun laurier, cengkeh, minyak dan gula. Tujuan memarinir supaya daging menjadi lunak, sedap dan tidak lekas busuk, pada sayuran supaya rasanya tidak hambar.

 

·         Memfarsir (farcing)

Memfarsir (farcing) ialah mengisi atau menutup atau membungkus makanan dengan bahan makanan lain yang dihaluskan. Pada umumnya yang dipakai ialah daging cincang. Bahan yang difarsir adalah ayam, telur dan sayur-sayuran misalnya telur isi, ayam kodok, tomat isi dan lain-lain.

 

·         Melardir (lardir)

Melardir (lardir) ialah menjelujur daging dengan pita-pita dari lemak. Dilakukan pada daging yang tidak berlemak misalnya hati, unggas dan daging buruan supaya tidak terlalu kering waktu dimasak.

 

·         Membardir (barding)

Membardir (barding) ialah membungkus daging dengan selapis lemak yang tipis dengan tujuan seperti melardir yang sering dilakukan pada unggas.

 

·         Memblansir (blancing)

Memblansir (blancing) ialah mencelupkan bahan makanan dalam air mendidih sebentar kemudian diangkat dan cepat dimasukkan ke dalam air dingin. Lamanya memblansir tergantung dari jenis bahan makanan. Hal ini dilakukan pada buah-buahan dan sayuran yang akan dibuat tahan lama, untuk memperbaiki warna, membunuh kuman-kuman dan memudahkan mengupas.

 

·         Membuat Kaldu (making broth or stock)

Membuat kaldu (making broth or stock) ialah melarutkan zat-zat harum dari daging, ikan, unggas, sayuran dan bumbu-bumbu. Waktu membuat kaldu hendaknya jangan sampai mencapai 1000 0C supaya semua sari dapat keluar secara perlahan-lahan, tidak terjadi penguapan dan kaldu tetap jernih. Kaldu dapat diminum atau digunakan sebagai bahan dasar sup dan saus.

·         Memfilir (making fillet)

Memfilir (making fillet) ialah menyayat daging sapi, unggas atau ikan sedemikian rupa sehingga tidak bertulang atau berduri lagi. Potongan itu disebut fillet yang dapat direbus atau digoreng.

 

·         Menggelasir (glaseing)

Menggelasir (glaseing) ialah memberi lapisan yang mengkilap pada makanan, tar atau kue-kue lain dengan cara menutup dengan gelasir air atau gelasir putih telur yang dibuat dari campuran gula halus, air jeruk atau putih telur. Ikan atau daging dapat ditutup dengan kaldu yang diuapkan sampai kental.

 

·         Mengentalkan (thicken)

Mengentalkan (thicken) ialah menambahkan bahan-bahan pengental pada zat cair. Bahan-bahan yang dapat digunakan ialah pati, telur dan gelatin atau agar-agar. Tepung kentang dan maizena lebih besar daya kentalnya daripada bahan pental lain

 

 

·         Menjernihkan (clarifying)

Menjernihkan (clarifying) ialah menjernihkan cairan yang akan digunakan dalam masakan.

 

·         Mengocok atau Memukul (beating)

Mengocok atau memukul (beating) ialah memasukkan udara ke dalam makanan, misalnya pada telur untuk membuat kolomben. Karena udara itulah maka makanan akan mengembang.

 

Mendinginkan (chilling)

Mendinginkan (chilling) ialah membiarkan makanan untuk sementara waktu di dalam lemari pendingin sampai tercapai suhu dingin yang diinginkan. Mendinginkan dapat pula dilakukan dengan potongan-potongan es batu atau air es.

 

·         Menghidangkan (serving)

Menghidangkan (serving) ialah cara menghidangkan makanan yang telah matang.

 

3.      Penyimpanan Produk Masakan Internasional

a.       Penyimpanan Makanan yang Belum Digoreng

Simpanlah makanan di tempat kering dengan suhu ruangan.

Usahakan simpan makanan di tempat yang tertutup.

Jangan diletakkan makanan tumpang tindih dengan barang berat karena akan merusak bentuk makanan.

 

b.      Penyimpanan Makanan yang Sudah Digoreng

Setelah digoreng, keringkan makanan agar minyaknya terpisah. Setelah dingin masukan ke dalam toples food grade agar aman. Pastikan kondisi toples tertutup rapat sehingga makanan akan lebih tahan lama.

Tutuplah makanan dalam kondisi sudah dingin. Makanan yang disimpan dalam kondisi panas akan cepat basi.

Masukkan makanan dalam tempat yang tertutup rapat. Makanan yang dibiarkan terbuka teksturnya akan lebih mudah menjadi keras.

c.       Penyimpanan Produk Makanan Basah

Simpanlah produk di dalam lemari es karena produk tanpa bahan pengawet buatan, hanya sekitar kurang dari 1 hari dapat dinikmati.

d.      Penyimpanan Produk Makanan Berkuah

Pisahkan isi dari kuahnya.

Panaskan kuah kurang lebih 6 jam sekali.

4.      Bahan Kemas Olahan Makanan Internasional

Kemasan adalah kegiatan penempatan produksi ke dalam wadah dengan segala jenis material lainnya yang dilakukan oleh produsen untuk disampaikan kepada konsumen. Kemasan yang dibuat haruslah dapat menjaga mutu produk hingga sampai ke tangan konsumen. Banyak faktor yang mempengaruhi mutu produk ketika mencapai konsumen seperti kondisi bahan mentah, metode pengolahan dan kondisi penyimpanan.

a.       Fungsi Kemasan

Fungsi perlindungan produk menjadi perhatian penting bagi wirausahawan makanan internasional ketika menentukan bahan kemasan. Dengan demikian fungsi kemasan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

·         Kemampuan atau daya membungkus yang baik untuk memudahkan dalam penanganan, pengangkutan, distribusi, penyimpanan, dan penyusunan atau penumpukan.

·         Kemampuan melindungi isinya dari berbagai risiko dari luar, misalnya perlindungan dari udara panas dan dingin, sinar atau cahaya matahari, bau asing, benturan/tekanan mekanis, kontaminasi mikroorganisme.

·         Kemampuan sebagai daya tarik terhadap konsumen. Dalam hal ini identifikasi, informasi dan penampilan seperti bentuk, warna dan keindahan bahan kemasan harus mendapatkan perhatian.

·         Persyaratan ekonomi, artinya kemampuan dalam memenuhi keinginan pasar, sasaran masyarakat dan tempat tujuan pemesan.

·         Mempunyai ukuran, bentuk dan bobot yang sesuai dengan norma atau standar yang ada, mudah dibuang, dan mudah dibentuk atau dicetak.

b.      Sifat-sifat Kemasan

Dengan adanya persyaratan yang harus dipenuhi kemasan tersebut maka wirausahawan makanan internasional memiliki dasar pertimbangan dalam memilih bahan baku kemasan, desain kemasan, dan jenis kemasan. Dalam rangka memenuhi persyaratan-persyaratan tersebut maka kemasan harus memiliki sifat-sifat:

·         Permeabel terhadap udara (oksigen dan gas lainnya).

·         Bersifat non toksik dan inert (tidak bereaksi dan menyebabkan reaksi kimia) sehingga dapat mempertahankan warna, aroma, dan cita rasa produk yang dikemas.

·         Kedap air (mampu menahan air atau kelembaban udara sekitarnya).

·         Kuat dan tidak mudah bocor.

·         Relatif tahan terhadap panas.

·         Mudah dikerjakan secara massal dan harganya relatif murah.

 

c.       Cara-cara Pengemasan

Cara-cara pengemasan berhubungan erat dengan kondisi produk yang dikemas serta cara transportasinya. Pada prinsipnya pengemas harus memberikan kondisi yang sesuai dan berperan sebagai pelindung bagi kemungkinan perubahan keadaan yang dapat mempengaruhi kualitas isi kemasan maupun bahan kemasan itu sendiri. Kemasan dapat digolongkan berdasarkan beberapa hal antara lain:

·         Frekuensi pemakaian.

·         Struktur sistem kemas.

·         Sifat kekakuan bahan kemas.

·         Sifat perlindungan terhadap lingkungan.

·         Tingkat kesiapan pakai.

 

5.      Teknik Pengemasan Makanan Internasional

Pengemasan merupakan sistem yang terkoordinasi untuk menyiapkan barang menjadi siap untuk ditransportasikan, didistribusikan, disimpan, dijual, dan dipakai. Kemasan produk makanan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat setiap harinya. Hampir setiap kegiatan berbelanja pasti menggunakan kemasan. Bahkan untuk menyimpan makanan di rumah pun masyarakat tidak dapat terlepas dengan kemasan. Untuk itulah, hendaknya kita lebih berhati-hati dalam memilih sebuah kemasan produk yang sehat dan aman terutama untuk makanan.

Budaya kemasan sebenarnya telah dimulai sejak manusia mengenal sistem penyimpanan bahan makanan. Sistem penyimpanan bahan makanan secara tradisional diawali dengan memasukkan bahan makanan ke dalam suatu wadah yang ditemuinya. Dalam perkembangannya sudah banyak inovasi dalam bentuk maupun bahan pengemas. Temuan kemasan baru dan berbagai inovasi selalu dilakukan oleh para produsen kemasan. Dari segi promosi wadah atau pembungkus berfungsi sebagai perangsang atau daya tarik pembeli. Karena itu, bentuk, warna dan dekorasi dari kemasan perlu diperhatikan dalam perencanaannya.

Seiring dengan berkembangnya berbagai bahan untuk membuat kemasan produk makanan, sekarang ini keamanan kemasan produk mulai diperhatikan oleh konsumen, terlebih lagi sekarang ini gaya hidup sehat telah menjadi tren di kalangan masyarakat Indonesia. Masyarakat tidak hanya memilih bahan baku yang digunakan untuk membuat menu makanan, namun, kemasan produk sehat dan aman jadi pilihan konsumen. Agar kemasan produk khususnya makanan dapat berfungsi dengan baik, maka bahan membuat kemasan produk makanan seharusnya memenuhi kriteria sebagai berikut:

·         Tidak beracun.

·         Kedap udara.

·         Kedap air.

·         Mudah dibuka dan ditutup.

·         Anti mikroba.

·         Mudah dibuang.

·         Mencegah kebocoran produk.

·         Tidak merusak lingkungan.

·         Cocok dengan produk yang dikemas.

·         Memenuhi kebutuhan ukuran, berat dan juga bentuk.

 

Timbulnya kepedulian para konsumen terhadap keamanan kemasan produk tersebut, maka pelaku bisnis yang bergerak di bidang bisnis kuliner atau makanan harus menyediakan serta menggunakan kemasan produk yang sehat dan aman sesuai standar kemasan pangan dari pemerintah. Dengan kepedulian dari konsumen, produsen dan pelaku bisnis kuliner dalam menyediakan dan menggunakan kemasan produk yang sehat dan aman diharapkan bisa menjadi sebuah peningkatan yang baik dalam dunia bisnis kuliner di tanah air. Pelaku bisnis juga harus selalu mengutamakan kesehatan. Jadi dalam menjalankan sebuah bisnis kuliner, pelaku bisnis tidak hanya mementingkan keuntungan dan kualitas produk semata, akan tetapi sisi kesehatan juga perlu diperhatikan.

Makanan internasional biasanya menggunakan kemasan yang sudah dibuat secara modern. Fungsi kemasan pun lebih ditekankan pada kenyamanan dan kemudahan untuk dibawa. Bahan yang digunakan biasanya ramah lingkungan namun dapat tahan dalam jangka waktu lama. Namun, di beberapa rumah makan bahan makanan tradisional asli dari negaranya pun banyak digunakan. Bahkan kemasan ini memiliki arti tersendiri sesuai dengan event pembuatannya.

 


BAB III

PENUTUP

 

3.1 Kesimpulan

Di era globalisasi ini interaksi manusia antar negara menjadi semakin tinggi. Banyak warga negara asing yang keluar masuk ke suatu negara. Dalam kegiatannya tersebut, tentu saja orang membutuhkan makan untuk hidup. Bagi warga negara asing yang hidup di negara lain tentu saja merindukan masakan khas negaranya untuk bisa menikmati di tempat tinggal mereka saat ini.

Demikian juga penduduk aslinya. Mereka juga memiliki rasa ingin tahu yang besar untuk dapat menikmati masakan dari negara lain. Hal ini membuka peluang usaha yang potensial untuk membuka usaha makanan internasional. Jika seseorang memiliki keahlian memasak dengan standar internasional yang bisa diterima semua orang, maka peluang usaha terbuka lebar untuknya.

Semua orang butuh makan. Dalam rangka memenuhi kebutuhan tersebut, membuka warung makan atau restoran atau rumah makan menjadi sebuah pilihan bisnis yang sangat baik dan dapat menjadi bisnis yang abadi atau evergreen. Dengan dibukanya Indonesia menjadi salah satu daerah tujuan wisata, tentu saja banyak turis-turis mancanegara yang berkunjung dan ingin makan makanan yang berasal dari negaranya.

 

3.2. Saran

Jika dicermati dengan baik, hal ini menjadi peluang yang sangat baik untuk berwirausaha makanan internasional.

 


DAFTAR PUSTAKA

 

Dannys, Tamtomo, dkk. 2011. 57 Resep Masakan Sumatera dan Jawa. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Dwiari, Sri Rini, dkk. 2008. Teknologi Pangan Jilid 1. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.

Paputungan, Ettin Manoppo dan Muhantoyo. 1984. Pengolahan, Penyajian Makanan dan Minuman untuk sekolah SMTK/SMKK. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan.

Saripah, Liliek & Maria Giovani. 1984. Pengetahuan Pengolahan dan Penyajian Makanan Indonesia untuk SMTK. Jakarta: PT. Alam Mekar Jelita.

Soenardi, Tuti & Tim Yayasan Gizi Kuliner. 2013. Teori Dasar Kuliner. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Sudjaja, Budiharti. 1991. Teknik Mengolah dan Menyajikan Hidangan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Sutomo, Budi. 2013. Rahasia Sukses Membuat Masakan Praktis dan Lezat untuk Pemula. Jakarta: NS Books.

Suyanto, Muhammad. 2008. Businees Strategy and Ethis. Yogyakarta: Andi Offset.

Tim Penyusun. 1980. Pengetahuan Pengolahan dan Penyajian Makanan Kontinental Amerika dan Oriental. Jakarta: Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

 

 

No comments:

Post a Comment