KATA PENGANTAR
Puji syukur
kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat dan
karunia-Nya, penyusunan makalah Karakteristik Wilayah Daratan dan Perairan
Indonesia ini dapat terselesaikan dengan cukup baik.
Dalam
penyelesaian makalah ini, kami banyak mengalami kesulitan, terutama disebabkan
oleh kurangnya ilmu pengetahuan yang menunjang. Namun, berkat bimbingan dan
bantuan dari pihak lain, akhirnya makalah Karakteristik Wilayah Daratan dan
Perairan Indonesia ini dapat terselesaikan. Karena itu, sudah sepantasnya kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan arahan dan
bimbingan kepada kami setiap saat.
Kami sadar,
sebagai seorang pelajar yang masih dalam proses pembelajaran, penulisan makalah
Karakteristik Wilayah Daratan dan Perairan Indonesia ini masih banyak
kekurangannya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan adanya kritik dan
saran yang bersifat positif, guna penulisan makalah yang lebih baik lagi.
Harapan kami, semoga makalah yang sederhana ini dapat berguna bagi kita semua.
Penyusun
DAFTAR ISI
A.... Karakteristik Wilayah Daratan Indonesia
B.... Karakteristik Wilayah Perairan Indonesia
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki keragaman bentuk muka
bumi, baik di daratan maupun di dasar laut. Selain keragaman bentuk muka bumi,
Indonesia juga diperkaya dari letak geografis maupun letak astronomis. Letak
astronomis berpengaruh terhadap iklim, sementara letak geografis berpengaruh
terhadap keadaan alam maupun penduduknya. Kondisi yang demikian ini ternyata
mempunyai hubungan yang erat dengan segala aktivitas manusianya. Atau dalam
kata lain bahwa kondisi sosial suatu wilayah tidak akan terlepas dari keadaan
fisiknya. Karena itu kajian/pembahasan geografi adalah mengkaji/membahas saling
hubungan antara unsur fisik dan unsur sosial di permukaan bumi.
Pemanfaatan lingkungan fisik oleh manusia pada hakikatnya tergantung pada
kondisi lingkungan fisik itu sendiri dan kualitas manusianya. Penguasaan Ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK) sangat berpengaruh terhadap kegiatan manusia
untuk mengelola dan memanfaatkan kondisi lingkungan fisiknya untuk
kesejahteraan hidupnya.
Indonesia memiliki sekitar 17.504 pulau (menurut data tahun 2004; lihat
pula: jumlah pulau di Indonesia), sekitar 6.000 di antaranya tidak berpenghuni
tetap, menyebar sekitar katulistiwa, memberikan cuaca tropis. Pulau terpadat
penduduknya adalah pulau Jawa, di mana lebih dari setengah (65%) populasi
Indonesia. Indonesia terdiri dari 5 pulau besar, yaitu: Jawa, Sumatra,
Kalimantan, Sulawesi, dan Irian Jaya dan rangkaian pulau-pulau ini disebut pula
sebagai kepulauan Nusantara atau kepulauan Indonesia.
Peta garis kepulauan Indonesia, Deposit oleh Republik Indonesia pada
daftar titik-titik koordinat geografis berdasarkan pasal 47, ayat 9, dari
Konvensi PBB tentang Hukum Laut. Indonesia memiliki lebih dari 400 gunung
berapi dan 130 di antaranya termasuk gunung berapi aktif. Sebagian dari gunung
berapi terletak di dasar laut dan tidak terlihat dari permukaan laut. Indonesia
merupakan tempat pertemuan 2 rangkaian gunung berapi aktif (Ring of Fire).
Terdapat puluhan patahan aktif di wilayah Indonesia.
B.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana karakteristik wilayah daratan Indonesia?
2. Bagaimana karakteristik wilayah perairan Indonesia?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Karakteristik Wilayah Daratan Indonesia
Sebagian ahli
membagi Indonesia atas tiga wilayah geografis utama yakni:
1.
Kepulauan Sunda
Besar meliputi pulau Jawa, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi.
2.
Kepulauan Sunda
Kecil meliputi Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur.
3.
Kepulauan
Maluku dan Irian.
Pada zaman es
terakhir, sebelum tahun 10.000 SM (Sebelum Masehi), pada bagian barat Indonesia
terdapat daratan Sunda yang terhubung ke benua Asia dan memungkinkan fauna dan
flora Asia berpindah ke bagian barat Indonesia. Di bagian timur Indonesia,
terdapat daratan Sahul yang terhubung ke benua Australia dan memungkinkan fauna
dan flora Australia berpindah ke bagian timur Indonesia. Pada bagian tengah
terdapat pulau-pulau yang terpisah dari kedua benua tersebut.
Karena hal
tersebut maka ahli biogeografi membagi Indonesia atas kehidupan flora dan fauna
yakni:
1.
Daratan
Indonesia Bagian Barat dengan flora dan fauna yang sama dengan benua Asia.
2.
Daratan
Indonesia Bagian Tengah (Wallacea) dengan flora dan fauna endemik/hanya
terdapat pada daerah tersebut.
3.
Daratan Indonesia
Bagian Timur dengan flora dan fauna yang sama dengan benua Australia.
Ketiga bagian
daratan tersebut dipisahkan oleh garis maya/imajiner yang dikenal sebagai Garis
Wallace-Weber, yaitu garis maya yang memisahkan Daratan Indonesia Barat dengan
daerah Wallacea (Indonesia Tengah), dan Garis Lyedekker, yaitu garis maya yang
memisahkan daerah Wallacea (Indonesia Tengah) dengan daerah Indonesia Timur.
1.
Kepulauan Sunda
Besar
Terdiri atas pulau-pulau utama: Sumatra, Kalimantan, Jawa dan
Sulawesi dan dengan ribuan pulau-pulau sedang dan kecil berpenduduk maupun tak
berpenghuni. Wilayah ini merupakan konsentrasi penduduk Indonesia dan tempat
sebagian besar kegiatan ekonomi Indonesia berlangsung.
2.
Pulau Sumatra
Pulau Sumatra, berdasarkan luas merupakan pulau terbesar keenam di
dunia. Pulau ini membujur dari barat laut ke arah tenggara dan melintasi
khatulistiwa, seolah membagi pulau Sumatra atas dua bagian, Sumatra belahan
bumi utara dan Sumatra belahan bumi selatan. Pegunungan Bukit Barisan dengan
beberapa puncaknya yang melebihi 3.000 m di atas permukaan laut, merupakan
barisan gunung berapi aktif, berjalan sepanjang sisi barat pulau dari ujung
utara ke arah selatan; sehingga membuat dataran di sisi barat pulau relatif
sempit dengan pantai yang terjal dan dalam ke arah Samudra Hindia dan dataran
di sisi timur pulau yang luas dan landai dengan pantai yang landai dan dangkal
ke arah Selat Malaka, Selat Bangka dan Laut China Selatan.
Dari segi grafisnya Sumatera terbagi ke dalam berapa bagian yaitu
Sumatera bagian Utara, Sumatera bagian Tengah dan Sumatera bagian Timur. Di
bagian utara pulau Sumatra berbatasan dengan Laut Andaman dan di bagian selatan
dengan Selat Sunda. Pulau Sumatra ditutupi oleh hutan tropik primer dan hutan
tropik sekunder yang lebat dengan tanah yang subur. Gunung berapi yang
tertinggi di Sumatra adalah Gunung Kerinci di Jambi, dan dengan gunung berapi
lainnya yang cukup terkenal yaitu Gunung Leuser di Aceh dan Gunung Dempo di
perbatasan Sumatera Selatan dengan Bengkulu. Pulau Sumatra merupakan kawasan
episentrum gempa bumi karena dilintasi oleh patahan kerak bumi disepanjang
Bukit Barisan, yang disebut Patahan Sumatra; dan patahan kerak bumi di dasar
Samudra Hindia disepanjang lepas pantai sisi barat Sumatra. Danau terbesar di
Indonesia, Danau Toba terdapat di pulau Sumatra.
3.
Kalimantan
(Borneo)
Kalimantan merupakan nama daerah wilayah Indonesia di pulau Borneo
(wilayah negara Malaysia dan Brunei juga ada yang berada di pulau Borneo),
berdasarkan luas merupakan pulau terbesar ketiga di dunia, setelah Irian dan
Greenland. Bagian utara pulau Kalimantan, Sarawak dan Sabah, merupakan wilayah
Malaysia yang berbatasan langsung dengan Kalimantan wilayah Indonesia dan
wilayah Brunei Darussalam; di bagian selatan dibatasi oleh Laut Jawa. Bagian
barat pulau Kalimantan dibatasi oleh Laut China Selatan dan Selat Karimata; di
bagian timur dipisahkan dengan pulau Sulawesi oleh Selat Makassar. Di bagian
tengah pulau merupakan wilayah bergunung-gunung dan berbukit; pegunungan di
Kalimantan wilayah Indonesia tidak aktif dan tingginya dibawah 2.000 meter di
atas permukaan laut; sedangkan wilayah pantai merupakan dataran rendah,
berpaya-paya dan tertutup lapisan tanah gambut yang tebal.
Pulau Kalimantan dilintasi oleh garis khatulistiwa sehingga membagi
pulau Kalimantan atas Kalimantan belahan bumi utara dan Kalimantan belahan bumi
selatan. Kesuburan tanah di pulau Kalimantan kurang bila dibanding kesuburan
tanah di pulau Jawa dan pulau Sumatera, demikian pula kepadatan penduduknya
tergolong jarang. Pulau Kalimantan sama halnya pulau Sumatera, diliputi oleh
hutan tropis yang lebat (primer dan sekunder). Secara geologik pulau Kalimantan
stabil, relatif aman dari gempa bumi (tektonik dan vulkanik) karena tidak
dilintasi oleh patahan kerak bumi dan tidak mempunyai rangkaian gunung berapi
aktif seperti halnya pulau Sumatera, pulau Jawa dan pulau Sulawesi. Sungai
terpanjang di Indonesia, Sungai Kapuas, 1.125 kilometer, berada di pulau
Kalimantan.
4.
Pulau Jawa
Pulau Jawa, merupakan pulau yang terpadat penduduknya per kilometer
persegi di Indonesia. Pulau melintang dari Barat ke Timur, berada di belahan
bumi selatan.
Barisan pegunungan berapi aktif dengan tinggi di atas 3.000 meter
di atas permukaan laut berada di pulau ini, salah satunya Gunung Merapi di Jawa
Tengah dan Gunung Bromo di Jawa Timur yang terkenal sangat aktif. Bagian
selatan pulau berbatasan dengan Samudera India, pantai terjal dan dalam, bagian
utara pulau berpantai landai dan dangkal berbatasan dengan Laut Jawa dan
dipisahkan dengan pulau Madura oleh Selat Madura. Di bagian barat pulau Jawa
dipisahkan dengan pulau Sumatera oleh Selat Sunda dan di bagian timur pulau
Jawa dipisahkan dengan pulau Bali oleh Selat Bali.
Hutan di pulau Jawa tidak selebat hutan tropik di pulau Sumatera
dan pulau Kalimantan dan areal hutan dipulau Jawa semakin sempit oleh karena
desakan jumlah populasi di pulau Jawa yang semakin padat dan umumnya merupakan
hutan tersier dan sedikit hutan sekunder. Kota-kota besar dan kota industri di
Indonesia sebagian besar berada di pulau ini dan ibukota Republik Indonesia,
Jakarta, terletak di pulau Jawa. Secara geologik, pulau Jawa merupakan kawasan
episentrum gempa bumi karena dilintasi oleh patahan kerak bumi lanjutan patahan
kerak bumi dari pulau Sumatera, yang berada dilepas pantai selatan pulau Jawa.
5.
Pulau Sulawesi
Pulau Sulawesi, merupakan pulau yang terpisah dari Kepulauan Sunda
Besar bila ditilik dari kehidupan flora dan fauna oleh karena garis Wallace
berada di sepanjang Selat Makassar, yang memisahkan pulau Sulawesi dari
kelompok Kepulauan Sunda Besar pada zaman es. Pulau Sulawesi merupakan gabungan
dari 4 jazirah yang memanjang, dengan barisan pegunungan berapi aktif memenuhi
lengan jazirah, yang beberapa di antaranya mencapai ketinggian di atas 3.000
meter di atas permukaan laut; tanah subur, ditutupi oleh hutan tropik lebat
(primer dan sekunder).
Sulawesi dilintasi garis katulistiwa di bagian seperempat utara
pulau sehingga sebagian besar wilayah pulau Sulawesi berada di belahan bumi
selatan. Di bagian utara, Sulawesi dipisahkan dengan pulau Mindanao - Filipina
oleh Laut Sulawesi dan di bagian selatan pulau dibatasi oleh Laut Flores. Di
bagian barat pulau Sulawesi dipisahkan dengan pulau Kalimantan oleh Selat
Makassar, suatu selat dengan kedalaman laut yang sangat dalam dan arus bawah
laut yang kuat. Di bagian timur, pulau Sulawesi dipisahkan dengan wilayah
geografis Kepulauan Maluku dan Irian oleh Laut Banda.
Pulau Sulawesi merupakan habitat banyak satwa langka dan satwa khas
Sulawesi; di antaranya Anoa, Babi Rusa, kera Tarsius. Secara geologik pulau
Sulawesi sangat labil secara karena dilintasi patahan kerak bumi lempeng
Pasifik dan merupakan titik tumbukan antara Lempeng Asia, Lempeng Australia dan
Lempeng Pasifik.
6.
Kepulauan Sunda
Kecil
Kepulauan Sunda Kecil merupakan gugusan pulau-pulau lebih kecil
membujur di selatan katulistiwa dari pulau Bali di bagian batas ujung barat
Kepulauan Sunda Kecil, berturut-turut ke timur adalah, pulau Lombok, pulau
Sumbawa, pulau Flores, pulau Solor, pulau Alor; dan sedikit ke arah selatan
yaitu pulau Sumba, pulau Timor dan pulau Sawu yang merupakan titik terselatan
gugusan Kepulauan Sunda Kecil.
Kepulauan Sunda Kecil merupakan barisan gunung berapi aktif dengan
tinggi sekitar 2.000 sampai 3.700 meter di atas permukaan laut. Diantaranya
yang terkenal adalah Gunung Agung di Bali, Gunung Rinjani di Lombok, Gunung
Tambora di Sumbawa dan Gunung Lewotobi di Flores. Kesuburan tanah di Kepulauan
Sunda Kecil sangat bervariasi dari sangat subur di Pulau Bali hingga kering
tandus di Pulau Timor. Di bagian utara gugus kepulauan dibatasi oleh Laut
Flores dan Laut Banda dan di selatan gugus kepulauan ini dibatasi oleh Samudera
Hindia. Di bagian barat Kepulauan Sunda Kecil dipisahkan dengan pulau Jawa oleh
Selat Bali dan di bagian timur, berbatasan dengan Kepulauan Maluku dan Irian
(dipisahkan oleh Laut Banda) dan dengan Timor Leste berbatasan darat di pulau
Timor.
Berdasarkan kehidupan flora dan fauna maka sebenarnya pulau Bali
masih termasuk Kepulauan Sunda Besar karena garis Wallace dari Selat Makassar
di utara melintasi Selat Lombok ke selatan, memisahkan pulau Bali dengan
gugusan Kepulauan Sunda Kecil lainnya pada zaman es.
Hutan di Kepulauan Sunda Kecil sangat sedikit, bahkan semakin ke
timur gugus pulau maka hutan telah berganti dengan sabana; demikian juga kepadatan
populasi di Kepulauan Sunda kecil sangat bervariasi, dari sangat padat di pulau
Bali dan semakin ke timur gugus pulau maka kepadatan penduduk semakin jarang.
Secara geologik, kawasan Sunda Kecil juga termasuk labil karena dilintasi oleh
patahan kerak bumi di selatan gugusan Kepulauan Sunda Kecil yang merupakan
lanjutan patahan kerak bumi diselatan pulau Jawa. Komodo, reptilia terbesar di
dunia terdapat di pulau Komodo, salah satu pulau di kepulauan Sunda kecil.
Danau Tiga Warna, merupakan kawasan yang sangat unik juga terdapat di Kepulauan
Sunda Kecil, yaitu di Pulau Flores.
7.
Kepulauan
Maluku dan Irian
Kepulauan Maluku dan Irian, terdiri dari 1 pulau besar yaitu pulau
Irian dan beberapa pulau sedang seperti pulau Halmahera, pulau Seram, pulau
Buru dan Kepulauan Kei dan Tanimbar serta ribuan pulau-pulau kecil lainnya baik
berpenghuni maupun tidak. Garis Weber memisahkan kawasan ini atas dua bagian
yaitu Irian dan Australia dengan kepulauan Maluku sehingga di kepulauan Maluku,
flora dan fauna peralihan sedangkan di Irian, flora dan fauna Australia.
Sebagian besar kawasan ini tertutup hutan tropik primer dan
sekunder yang lebat, kecuali di kepulauan Tanimbar dan Aru merupakan semak dan
sabana. Gunung berapi yang tertinggi di kepulauan Maluku adalah Gunung Binaiya,
setinggi 3.039 meter; sedangkan di pulau Irian pegunungan berapi aktif
memlintang dari barat ke timur pulau, gunung yang tertinggi adalah Puncak Jaya
setinggi 5.030 meter di atas permukaan laut.
Pulau Irian juga merupakan pulau dengan kepadatan penduduk yang
paling jarang di Indonesia, yaitu sekitar 2 orang per kilometer persegi. Secara
geologik, kawasan Maluku dan Irian juga termasuk sangat labil karena merupakan
titik pertemuan tumbukan ketiga lempeng kerak bumi, Lempeng Asia, Lempeng
Australia dan Lempeng Pasifik. Palung laut terdalam di Indonesia terdapat di
kawasan ini, yaitu Palung Laut Banda, kedalaman sekitar 6.500 meter dibawah
permukaan laut.
B.
Karakteristik Wilayah Perairan Indonesia
Wilayah pantai
di Indonesia memiliki potensi pembangunan yang cukup besar karena didukung oleh
adanya ekosistem dengan produktifitas hayati yang tinggi sepertri terumbu
karang, hutan mangrove, estuaria, padang lamun dan sebagainya. Sumber daya
hayati seperti terumbu karanghutan mangrove, estuaria, padang lamun, dan
sebagainya. Selain itu wilayah pantai juga memberikan jasa-jasa lingkungan yang
cukup tinggi nilai ekonomisnya.
Dalam satu
dekade belakangan ini, laju pemanfaatan sumber daya diwilayah pantai mulai
intensif untuk memenuhi kebutuhan penduduk dan kebutuhan lahan untuk permukiman
mereka. Salah satu potensi daerah pantai yang telah dimanfaatkan manusia sejak
dahulu adalah sebagai tempat tinggal dengan alasan yang bervariasi seperti
transportasi, tingginya aktifitas perdagangan dan lain sebagainya. Hampir semua
kota besar di Indonesia berada di wilayah pantai, yang berfungsi sebagai lokasi
permukiman, perdagangan, perhubungan, perkembangan industri dan berbagai sektor
lainnya. Diperkirakan 60% dari populasi penduduk dan 80% dari lokasi industri
berada di wilayah pantai.
Berkembangnya
berbagai kepentingan tersebut membuat wilayah pantai menyangga beban lingkungan
yang berat akibat pemanfaatan yang tidak terkendali, tidak teratur, serta tidak
mempertimbangkan penggunaan teknologi yang ramah lingkungan. Hal ini diperberat
pula oleh kenyataan bahwa wilayah pantai rentan terhadap perubahan lingkungan
dan bencana alam karena pengaruh besar dari daratan dan lautan seperti banjir,
tsunami, kenaikan muka air laut (Sea Level Rise) dll.
Disadari bahwa
tanah air Indonesia terdiri dari untaian ribuan pulau yang satu dengan yang
lainnya dibatasi oleh perairan laut. Kondisi yang demikian ini menghadapkannya
pada masalah interaksi antara daratan dan lautan, khususnya pada pertemuan
antara kedua wilayah itu, ialah di sepanjang pantainya. Oleh karena itu
karakter laut perlu diamati dan dipelajari dalam hubungannya dengan
gejala-gejala alam yang terjadi di laut. Salah satu gejala alam yang memerlukan
cukup perhatian adalah kenaikan muka air laut (Sea Level Rise). Gejala alam ini
perlu dipelajari karena akan menimbulkan dampak negatif yang tidak kecil
terhadap wilayah pantai di Indonesia. Dampak negatif tersebut misalnya berupa
peningkatan frekuensi banjir, intrusi air laut, erosi pantai dan sebagainya.
Karena terletak
di daerah tropis, maka hampir sepanjang tahun perairan Indonesia mempunyai suhu
permukaan yang tinggi, berkisar antara 26o dan 30o C. Sifat ini umumnya
berasosiasi dengan air laut yang berkadar garam atau bersalinitas rendah, yaitu
27,33 % di lapisan permukaan. Kedua sifat ini mengakibatkan terjadinya
pemisahan yang bersifat kekal secara alami antara air permu-kaan dengan lapisan
air di bawahnya.
Arus di suatu
perairan dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti angin, pasang surut,
gradien tekanan, ataupun gaya Coriolis. Besarnya kontribusi masing-masing
faktor terhadap kekuatan dan arah arus yang ditimbulkannya tergantung pada tipe
perairan (pantai atau laut lepas) dan keadaan geografisnya. Terhadap perairan peranan
arus sangat penting. Pentingnya arus terutama berkaitan dengan aspek lain
seperti biologi, kimia dan polutan. Kaitan arus dengan biologi yaitu dalam hal
distribusi biota (bagi yang mempunyai kemampuan pergerakan yang lemah seperti
phytoplankton), disamping itu juga mempunyai peran terhadap penyebaran pakan
bagi biota yang hidup terutama biota yang sifatnya menetap di perairan. Bagi
aspek kimia perairan adalah distribusi unsur-unsur kimia dari satu tempat ke
tempat lain. Demikian juga bagi aspek penyebaran polutan adalah distri-busi
polutan dari satu tempat ke tempat yang lain. Hal ini disertai dengan
pertimbangan bahwa arus merupakan perwujudan dari pergerakan massa air.
Di beberapa
tempat di perairan laut, pada musim tertentu terjadi arus yang bergerak menaik
(verti-kal) dari suatu kedalaman tertentu ke permukaan. Fenomena ini disebut
upwelling atau disebut arus vertikal atau penaikan massa air. Arus vertikal
tersebut membawa serta unsur hara yang cukup tinggi kadarnya dari dasar laut ke
permukaan. Melalui proses upwelling ini, perairan diseki-tarnya ditingkatkan
kesuburannya, sehingga produksi perikanannya pun menjadi tinggi. Sebagai contoh
di Selat Makasar bagian Selatan upwelling terjadi pada waktu musim tenggara
(Juni – September). Daerah upwelling di Selat Makasar bagian Selatan meliputi
luas 48.000 km2. Pada saat terjadi upwelling, salintas permukaan mencapai 34 %
dan suhu berkisar antara 26,4o C–27,8o C, kadar plankton dan unsur-unsur
fosfat, nitrat dan silikat naik dengan mencolok, sehingga tingkat produktivitas
tinggi. Proses ini memberikan pengaruh terhadap terhadap kesuburan di wilayah
laut dan menaikkan produksi hasil perikanan menjadi lebih tinggi bila dibanding
dengan perairan lain-nya yang tidak terdapat fenomena upwelling.
Adapun daerah
perairan Indonesia lainnya yang telah diketahui terjadinya upwelling adalah di
laut Banda, di sebelah Selatan Pulau Jawa sampai Timor pada bulan September,
dan di sepanjang Paparan dan Daerah lereng Laut Arafura bagian Timur dari
Kepulauan Aru sampai Teluk Carpen-taria.
Arus laut lain
yang mempengaruhi karakteristik perairan di Indonesia adalah arus laut yang
di-bangkitkan oleh angin. Sirkulasi angin di wilayah ini menggambarkan keadaan
angin daerah tropis dan sekaligus wilayah musim. Keadaan angin yang demikian
dicerminkan pula oleh arus lautnya terutama di permukaan. Pada musim barat
diatas Laut Jawa bertiup angin dari barat ke timur sehingga arus Laut Jawa
secara umum mengalir dari barat ke timur. Sedangkan pada musim timur arus Laut
Jawa mengalir sebaliknya. Di bagian laut lainnya demikian pula arus laut
permukaan mengalir hampir sama dengan arah angin yang membangkitkannya.
Arus-arus di kedalaman laut yang lebih dalam lebih banyak dipengaruhi oleh
keadaan pasang surut dan sifat-sifat fisik lainnya seperti perbedaan
temperatur, salintas dan tekanan.
Pasang surut
ialah proses naik turunnya muka air laut yang teratur, disebabkan terutama oleh
gaya tarik bulan dan matahari. Karena posisi bulan dan matahari terhadap bumi
selalu berubah secara hampir teratur, maka besarnya kisaran pasang surut juga
berubah mengikuti perubahan posisi-posisi tersebut.
Tipe pasang
surut suatu perairan ditentukan oleh frekuensi air pasang dan surut perhari.
Jika perairan tersebut mengalami satu kali pasang dan surut perhari, maka kawasan
tersebut dikatakan bertipe pasang surut harian atau tunggal. Jika terjadi dua
kali pasang dan dua kali surut dalam satu hari, maka pasangnya dikatakan
bertipe pasang surut ganda. Tipe pasang surut lainnya meru-pakan peralihan
antara tipe tunggal dan tipe ganda, dan dikenal sebagai pasang surut campuran.
Keadaan pasang
surut (pasut) di wilayah perairan Nusantara ditentukan oleh penjalaran pasang
surut dari Samudra Pasifik dan India serta morfologi pantai dan Batimeri
perairan yang kompleks, dimana terdapat banyak selat, palung dan laut yang
dangkal sampai sangat dalam.
Keadaan
perairan yang disebut diatas membentuk pola pasang surut yang sangat beragam.
Di Selat Malaka pasang surut setengah harian (semidiurnal) mendominasi tipe
pasut di daerah tersebut. Berdasarkan pengamatan pasang surut di Kabil, Pulau
Batam di peroleh bilangan Formhazl sebesar 0,69. Jadi tipe pasang surut di
Pulau Batam dan Selat Malaka pada umumnya adalah pasut bertipe campuran dengan
tipe ganda yang menonjol. Pasang surut harian (diurnal) terdapat di Selat
Karimata dan Laut Jawa. Berdasarkan pengamatan pasut di Tanjung Priok diperoleh
bilangan Formhazl sebesar 3,80. Jadi tipe pasut di Teluk Jakarta dan laut Jawa
pada umumnya adalah pasut bertipe tunggal. Berdasarkan peramalan pasut di Ujung
Pandang yang dilakukan oleh DISHIDROS, diperoleh bilangan Formhazl sebesar
2,40. Sehingga pasut di Ujung Pandang bertipe campuran dengan tipe tunggal yang
menonjol. Sedangkan kawasan Indonesia di bagian timur dipengaruhi oleh pasang
surut setengah harian kecuali laut Arafura yang menunjukkan pasang surut
campuran yang didominasi pasang surut harian/tunggal.
Tunggang pasang
surut di perairan Indonesia bervariasi antara 1 sampai dengan 6 meter. Di Laut
Jawa umumnya tunggang pasang surut antara 1–1,5 m kecuali di Selat madura yang
mencapai 3 meter. Tunggang pasang surut 6 meter di jumpai di Papua.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Indonesia
merupakan negara kaya dengan berlimpah potensi sumber daya yang teramat
bernilai. Hampir 75 % dari seluruh wilayah Indonesia merupakan perairan pesisir
dan lautan. Indonesia adalah negeri kepulauan, negeri bahari dengan 2,7 juta
kilometer persegi zona ekonomi eksklusif (ZEE). Perairan laut Indonesia teramat
kaya dan beragam sumber daya hayati. Kondisi ini menempatkan Indonesia pada
peringkat ke-2 yang memiliki terumbu karang terluas di dunia setelah Australia.
Indonesia juga merupakan pusat segitiga terumbu karang dunia yang dikenal
dengan istilah “The Coral Triangle” yang merupakan kawasan dengan
tingkat keanekaragaman hayati yang sangat tinggi dengan lebih dari 70 genera
dan 500 spesies.
B.
Saran
Semua perairan di Indonesia harus
selalu di pelihara dan dijaga seperti ketika ke pantai jangan buang sampah
sembarangan dan jangan membuang sampah di sungai jika kita terlalu sering
membuang sampah di sungai itu sama saja seperti kita mengundang banjir.
DAFTAR PUSTAKA
http://hilmisimple.blogspot.co.id/2013/01/makalah-geografi-perairanj-indonesia.html
http://geografi6092.blogspot.co.id/2009/07/kondisi-kelautan-indonesia.html
http://layarasdos.blogspot.co.id/2014/03/ciri-ciri-kenampakan-alam-wilayah.html
No comments:
Post a Comment