BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejak
zaman pra sejarah, penduduk kepulauan Indonesia dikenal sebagai pelayar-pelayar
yang sanggup mengarungi lautan lepas. Sejak awal masehi sudah ada rute-rute
pelayaran dan perdagangan antara kepulauan Indonesia dengan berbagai daerah di
daratan Asia Tenggara. Wilayah Barat Nusantara dan sekitar Malaka sejak masa
kuno merupakan wilayah yang menjadi titik perhatian, terutama karena hasil bumi
yang dijual disana menarik bagi para pedagang, dan menjadi daerah lintasan penting
antara Cina dan India. Sementara itu, pala dan cengkeh yang berasal dari Maluku
dipasarkan di Jawa dan Sumatera, untuk kemudian dijual kepada para pedagang
asing. Pelabuhan-pelabuhan penting di Sumatra dan Jawa antara abad ke-1 dan
ke-7 M sering disinggahi para pedagang asing seperti Lamuri (Aceh), Barus, dan
Palembang di Sumatra; Sunda Kelapa dan Gresik di Jawa.
Bersamaan
dengan itu, datang pula para pedagang yang berasal dari Timur Tengah. Mereka
tidak hanya membeli dan menjajakan barang dagangan, tetapi ada juga yang
berupaya menyebarkan agama Islam. Dengan demikian, agama Islam telah ada di
Indonesia ini bersamaan dengan kehadiran para pedagang Arab tersebut. Meskipun
belum tersebar secara intensif ke seluruh wilayah Indonesia.
1.2 Tujuan
Makalah
ini mempunyai tujuan untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai proses
perkembangan islam di Indonesia bagi para pembaca. Disamping itu, makalah ini
juga bertujuan untuk memberikan informasi kepada para pembaca bahwa kami
menjelaskan sejarah perkembangan islam dan perkembangan pada masa yang akan
datangnya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Asal-usul masuknya Islam di
Nusantara
Risalah
Islam dilanjutkan oleh Nabi Muhammad s.a.w. di Jazirah Arab pada abad ke-7
masehi ketika Nabi Muhammad saw mendapat wahyu dari Allah swt. Setelah kematian
Rasullullah s.a.w. kerajaan Islam berkembang hingga Samudra Atlantik dan Asia
Tengah di Timur.
Namun,
kemunculan kerajaan-kerajaan Islam seperti kerajaan Umayyah, Abbasiyyah, Turki
Seljuk, dan Kekhalifahan Ottoman, Kemaharajaan Mughal, India,dan Kesultanan
Melaka telah menjadi kerajaaan yang besar di dunia. Banyak ahli-ahli sains, ahli-ahli
filsafat dan sebagainya muncul dari negeri-negeri Islam terutama pada Zaman
Emas Islam. Karena banyak kerajaan Islam yang menjadikan dirinya sekolah.
Di
abad ke-18 dan 19 masehi, banyak daerah Islam jatuh ke tangan Eropa. Setelah
Perang Dunia I, Kerajaan Ottoman, yaitu kekaisaran Islam terakhir tumbang.
Jazirah Arab sebelum kedatangan Islam merupakan sebuah kawasan yang dilewati
oleh jalur sutera. Kebanyakkan Bangsa Arab merupakan penyembah berhala dan
sebagian merupakan pengikut agama Kristen dan Yahudi. Mekah adalah tempat suci
bagi bangsa Arab ketika itu karana terdapat berhala-berhala mereka dan Telaga
Zamzam dan yang paling penting sekali serta Ka’bah yang didirikan Nabi Ibrahim
beserta Ismail.
Nabi
Muhammad saw. dilahirkan di Mekah pada Tahun Gajah yaitu 570 masehi. Ia
merupakan seorang anak yatim sesudah kedua orang tuanya meninggal dunia.
Muhammad akhirnya dibesarkan oleh pamannya, Abu Thalib. Muhammad menikah dengan
Siti Khadijah dan menjalani kehidupan yang bahagia. Namun, ketika Nabi Muhammad
saw. berusia 40 tahun, beliau didatangi Malaikat Jibril Sesudah beberapa waktu
Muhammad mengajar ajaran Islam secara tertutup kepada rekan-rekan terdekatnya,
yang dikenal sebagai “as-Sabiqun al-Awwalun(Orang-orang pertama yang memeluk
Islam)” dan seterusnya secara terbuka kepada seluruh penduduk Mekah.
Pada tahun 622 masehi, Nabi Muhammad saw dan
pengikutnya hijrah ke Madinah. Peristiwa lain yang terjadi setelah hijrah
adalah pembuatan kalender Hijirah. Penduduk Mekah dan Madinah ikut berperang
bersama Nabi Muhammad saw dengan hasil
yang baik walaupun ada di antaranya kaum Islam yang tewas. Lama kelamaan para
muslimin menjadi lebih kuat, dan berhasil menaklukkan Kota Mekah. Setelah Nabi
Muhammad s.a.w. wafat, seluruh Jazirah Arab di bawah penguasaan Islam.
Agama
islam pertama masuk ke Indonesia melalui proses perdagangan, pendidikan, dll.
Tokoh penyebar islam adalah walisongo antara lain; Sunan Ampel, Sunan Bonang,
Sunan Muria, Sunan Gunung Jati, Sunan Kalijaga, Sunan Giri, Sunan Kudus, Sunan
Drajat, Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim) (Sumber: wikipedia)
Pada
tahun 30 Hijriah atau 651 Masehi, hanya berselang sekitar 20 tahun dari
wafatnya Rasulullah SAW, Khalifah Utsman ibn Affan RA mengirim delegasi ke Cina
untuk memperkenalkan Daulah Islam yang belum lama berdiri. Dalam perjalanan
yang memakan waktu empat tahun ini, para utusan Utsman ternyata sempat singgah
di Kepulauan Nusantara. Beberapa tahun kemudian, tepatnya tahun 674 M, Dinasti
Umayyah telah mendirikan pangkalan dagang di pantai barat Sumatera. Inilah
perkenalan pertama penduduk Indonesia dengan Islam. Sejak itu para pelaut dan
pedagang Muslim terus berdatangan, abad demi abad. Mereka membeli hasil bumi
dari negeri ini sambil berdakwah.
Lambat
laun penduduk pribumi mulai memeluk Islam meskipun belum secara besar-besaran.
Aceh, daerah paling barat dari Kepulauan Nusantara, adalah yang pertama sekali
menerima agama Islam. Bahkan di Aceh kerajaan Islam pertama di Indonesia
berdiri, yakni kerajaan Samudra Pasai. Berita dari Marcopolo menyebutkan bahwa
pada saat persinggahannya di Pasai tahun 692 H / 1292 M, telah banyak orang
Arab yang menyebarkan Islam. Begitu pula berita dari Ibnu Battuthah, pengembara
Muslim dari Maghribi yang ketika singgah di Aceh tahun 746 H / 1345 M
menuliskan bahwa di Aceh telah tersebar mazhab Syafi’i. Adapun peninggalan
tertua dari kaum Muslimin yang ditemukan di Indonesia terdapat di Gresik, Jawa
Timur. Berupa komplek makam Islam, yang salah satu diantaranya adalah makam
seorang Muslimah bernama Fathimah binti Maimun. Pada makamnya tertulis angka
tahun 475 H / 1082 M, yaitu pada jaman Kerajaan Singasari. Diperkirakan
makam-makam ini bukan dari penduduk asli, melainkan makam para pedagang
Arab.
Sampai
dengan abad ke-8 H / 14 M, belum ada pengislaman penduduk pribumi Nusantara
secara besar-besaran. Baru pada abad ke-9 H / 14 M, penduduk pribumi memeluk
Islam secara massal. Para pakar sejarah berpendapat bahwa masuk Islamnya
penduduk Nusantara secara besar-besaran pada abad tersebut disebabkan saat itu
kaum Muslimin sudah memiliki kekuatan politik yang berarti. Yaitu ditandai
dengan berdirinya beberapa kerajaan bercorak Islam seperti Kerajaan Aceh
Darussalam, Malaka, Demak, Cirebon, serta Ternate. Para penguasa
kerajaan-kerajaan ini berdarah campuran, keturunan raja-raja pribumi pra Islam
dan para pendatang Arab. Pesatnya Islamisasi pada abad ke-14 dan 15 M antara
lain juga disebabkan oleh surutnya kekuatan dan pengaruh kerajaan-kerajaan
Hindu / Budha di Nusantara seperti Majapahit, Sriwijaya dan Sunda. Thomas
Arnold dalam The Preaching of Islam mengatakan bahwa kedatangan Islam bukanlah
sebagai penakluk seperti halnya bangsa Portugis dan Spanyol. Islam datang ke
Asia Tenggara dengan jalan damai, tidak dengan pedang, tidak dengan merebut
kekuasaan politik. Islam masuk ke Nusantara dengan cara yang benar-benar
menunjukkannya sebagai rahmatan lil’alamin.
Dengan Islamnya penduduk pribumi Nusantara dan
terbentuknya pemerintahan-pemerintahan Islam di berbagai daerah kepulauan ini,
perdagangan dengan kaum Muslimin dari pusat dunia Islam menjadi semakin erat.
Orang Arab yang bermigrasi ke Nusantara juga semakin banyak. Yang sebagian
besar diantaranya adalah berasal dari Hadramaut, Yaman. Dalam Tarikh Hadramaut,
migrasi ini bahkan dikatakan sebagai yang terbesar sepanjang sejarah Hadramaut.
Namun setelah bangsa-bangsa Eropa Nasrani berdatangan dan dengan rakusnya
menguasai daerah-demi daerah di Nusantara, hubungan dengan pusat dunia Islam
seakan terputus. Terutama di abad ke 17 dan 18 M. Penyebabnya, selain karena
kaum Muslimin Nusantara disibukkan oleh perlawanan menentang penjajahan, juga
karena berbagai peraturan yang diciptakan oleh kaum kolonialis. Setiap kali
para penjajah – terutama Belanda – menundukkan kerajaan Islam di Nusantara,
mereka pasti menyodorkan perjanjian yang isinya melarang kerajaan tersebut
berhubungan dagang dengan dunia luar kecuali melalui mereka. Maka terputuslah
hubungan ummat Islam Nusantara dengan ummat Islam dari bangsa-bangsa lain yang
telah terjalin beratus-ratus tahun. Keinginan kaum kolonialis untuk menjauhkan
ummat Islam Nusantara dengan akarnya, juga terlihat dari kebijakan mereka yang
mempersulit pembauran antara orang Arab dengan pribumi.
Semenjak
awal datangnya bangsa Eropa pada akhir abad ke-15 Masehi ke kepulauan
nusantara, memang sudah terlihat sifat rakus mereka untuk menguasai nusantara.
Apalagi mereka mendapati kenyataan bahwa penduduk kepulauan ini telah memeluk
Islam, agama seteru mereka, sehingga semangat Perang Salib pun selalu
dibawa-bawa setiap kali mereka menundukkan suatu daerah. Dalam memerangi Islam
mereka bekerja sama dengan kerajaan-kerajaan pribumi yang masih menganut Hindu
/ Budha. Satu contoh, untuk memutuskan jalur pelayaran kaum Muslimin, maka
setelah menguasai Malaka pada tahun 1511, Portugis menjalin kerjasama dengan
Kerajaan Sunda Pajajaran untuk membangun sebuah pangkalan di Sunda Kelapa.
Namun maksud Portugis ini gagal total setelah pasukan gabungan Islam dari
sepanjang pesisir utara Pulau Jawa bahu membahu menggempur mereka pada tahun
1527 M. Pertempuran besar yang bersejarah ini dipimpin oleh seorang putra Aceh
berdarah Arab Gujarat, yaitu Fadhilah Khan Al-Pasai, yang lebih terkenal dengan
gelarnya, Fathahillah. Sebelum menjadi orang penting di tiga kerajaan Islam
Jawa, yakni Demak, Cirebon dan Banten, Fathahillah sempat berguru di Makkah.
Bahkan ikut mempertahankan Makkah dari serbuan Turki Utsmani.
Kedatangan
kaum kolonialis di satu sisi telah membangkitkan semangat jihad kaum muslimin
Nusantara, namun di sisi lain membuat pendalaman akidah Islam tidak merata.
Hanya kalangan pesantren (madrasah) saja yang mendalami keislaman, itupun
biasanya terbatas pada mazhab Syafi’i. Sedangkan pada kaum Muslimin kebanyakan,
terjadi percampuran akidah dengan tradisi pra Islam. Kalangan priyayi yang
dekat dengan Belanda malah sudah terjangkiti gaya hidup Eropa. Kondisi seperti
ini setidaknya masih terjadi hingga sekarang. Terlepas dari hal ini, ulama-ulama
Nusantara adalah orang-orang yang gigih menentang penjajahan. Meskipun banyak
diantara mereka yang berasal dari kalangan tarekat, namun justru kalangan
tarekat inilah yang sering bangkit melawan penjajah. Dan meski pada akhirnya
setiap perlawanan ini berhasil ditumpas dengan taktik yang licik, namun sejarah
telah mencatat jutaan syuhada Nusantara yang gugur pada berbagai pertempuran
melawan Belanda. Sejak perlawanan kerajaan-kerajaan Islam di abad 16 dan 17
seperti Malaka (Malaysia), Sulu (Filipina), Samudra Pasai, Banten, Sunda
Kelapa, Makassar, Ternate, hingga perlawanan para ulama di abad 18 seperti
Perang Cirebon (Bagus rangin), Perang Jawa (Diponegoro), Perang Padri (Imam
Bonjol), dan Perang Aceh (Teuku Umar).(Sumber : ummah.com).
2.2 Teori Masuk dan Penyebaran Islam
Menurut
para ahli sejarah, masuk dan penyebaran islam di indonesia terdapat tiga teori,
yaitu teori Gujarat, teori Saudi, dan teori China. Yaitu :
1.
Menurut teori Gujarat. Islam masuk wilayah
Indonesia dari anak benua India seperti Gujarat, Bengali, dan Malabar. Menurut
Snouck Hurgronje, Islam masuk dari daerah Doccon di India, berdasarkan fenomena
sosial bahwa ajaran tasawuf yang dipraktikkan oleh orang-orang muslim di India
bagian selatan mirip dengan ajaran islam di Indonesia. Termasuk munculnya
syi’ah di daerah Sumatera atau Jawa, dugaan itu juga muncul dari dearah India.
Sebab saat itu kerajaan islam Deccon (salah satu kerjaan di India) telah
memiliki hubungan baik dengan Iran negeri pusat penyebaran paham Syi’ah.
2.
Menurut teori saudi. Pendapat yang
menyatakan bahwa islamisasi di Indonesia terjadi pada tahun 1111 atau abad ke
12 M. Pada saat itu orang-orang Aceh
dari Sumatera bagian barat laut memeluk islam atas ajakan seorang kebangsaan
Arab asli. Kemudian setelah masuk Islam mereka mendakwahkan islam khususnya di
daerah tersebut.
3.
Menurut teori China. Teori yang menyatakan
bahwa masuknya islam di Indonesia langsung dari Mekah atau Madinah. Menurut
teori ini bahwa islam masuk ke Indonesia sekitar abad 7 atau 8 M. Atau abad ke
2 H, yaitu pada masa Khulafaur Rosyidin. Ekspedisi islam ke Indonesia dibawa
langsung oleh para pedagang dari Arab sejak awal abad hijriyah atau abad ke 7
M. Menurut sumber literatur Cina pada awal abad ke 2 hijrah telah muncul
perkampungan-perkampungan muslim Arab dipesisir pantai Sumatera. Diperkampungan
ini orang-orang muslim Arab bermukim dan menikah dengan penduduk setempat serta
membentuk komunitas-komunitas muslim. Teori ini adalah yang paling kuat dan
diterima para sejarahwan masa kini.
2.3 Sumber-sumber berita masuknya
agama dan kebudayaan islam di Indonesia
1.
Sumber-sumber luar negeri
Berita
Arab : para pedagang arab telah datang ke Indonesia sejak masa kerajaan
sriwijaya (abad ke 7 M) yang menguasai jalur pelayaran perdagangan di wilayah
Indonesia bagian barat termasuk selat malaka pada masa itu.
Berita Eropa : berita ini
datangnya dari Marco polo. Ketika suatu saat dia ditugaskan untuk mengantarkan
puterinya yang di persembahkan kepada kaisar romawi.
Berita India: berita ini
menyebutkan bahwa para pedagang india dari Gujarat mempunyai peranan penting
dalam penyebaran agama dan kebudayaan islam di indonesia.
Berita China: berita ini berhasil di
ketahui melalui catatan dari ma-huan, seorang penulis yang mengikuti perjalanan
laksamana cheng-ho. Ia menyatakan melalui tulisannya bahwa sejak kira-kira
tahun 1400 telah ada saudagar-saudagar islam yang bertempat tinggal di pantai
utara pulau jawa.
2.
Sumber dalam negri
1)
Penemuan sebuah batu di leran (dekat
Gresik).batu bersurat itu memuat keterangan tentang meninggalnya seorang
perempuan bernama Fatimah binti Makmur
2)
Makam sultan Malikul Shaleh di Sumatra
Utara yang meninggal pada bulan ramadha tahun 676 H atau tahun 1297 M.
3)
Makam Syeikh Maulana Malik Ibrahim yang
wafat tahun 1419 M.
Ajaran-ajaran Islam diantaranya yaitu:
1) Islam
mengajarkan toleransi terhadap sesama manusia,saling menghormati dan tolong
menolong.
2) Islam
mengajarkan bahwa dihadapan Allah, derajat semua manusia sama, kecuali
takwanya.
3) Islam
mengajarkan bahwa Allah adalah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Pengasih dan Penyayang
dan mengharamkan manusia saling berselisih, bermusuhan,merusak, dan saling
mendengki.
4) Islam
mengajarkan agar manusia menyembah hanya kepada Allah dan tidak menyekutukannya
serta senantiasa setiap saat berbuat baik terhadap sesama manusia tanpa pilih
kasih.
2.4 Cara Masuknya Islam ke Indonesia
Islam
masuk ke Indonesia, bukan dengan peperangan ataupun penjajahan. Islam
berkembang dan tersebar di Indonesia justru dengan cara damai dan
persuasif berkat kegigihan para ulama.
Karenamemang para ulama berpegang teguh pada prinsip Q.S. al-Baqarah ayat 256
yaitu
“Tidak
ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang
benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada
Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya dia telah berpegang kepada
buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi
Maha Mengetahui.”(Al-Baqarah: 256).
Adapun
cara masuknya Islam di Indonesia melalui beberapa cara antara lain :
1.Perdagangan
Jalur
ini dimungkinkan karena orang-orang melayu telah lama menjalin kontak dagang
dengan orang Arab.Apalagi setelah berdirinya kerajaan Islam seperti kerajaan
Islam Malaka dan kerajaan Samudra Pasai di Aceh, maka makin ramailah para ulama
dan pedagang Arab datang ke Nusantara (Indonesia).Disamping mencari keuntungan
duniawi juga mereka mencari keuntungan rohani yaitu dengan menyiarkan
Islam.Artinya mereka berdagang sambil menyiarkan agama Islam.
2.Kultural
Artinya
penyebaran Islam di Indonesia juga menggunakan media-media kebudayaan,
sebagaimana yang dilakukan oleh para wali sanga di pulau jawa. Misalnya Sunan
Kali Jaga dengan pengembangan kesenian wayang.Ia mengembangkan wayang kulit,
mengisi wayang yang bertema Hindu dengan ajaran Islam. Sunan Muria dengan pengembangan
gamelannya.Kedua kesenian tersebut masih digunakan dan digemari masyarakat
Indonesia khususnya jawa sampai sekarang.Sedang Sunan Giri menciptakan banyak
sekali mainan anak-anak, seperti jalungan, jamuran, ilir-ilir dan cublak suweng
dan lain-lain.
3.Pendidikan
Pesantren
merupakan salah satu lembaga pendidikan yang paling strategis dalam
pengembangan Islam di Indonesia.Para da’i dan muballig yang menyebarkan Islam
diseluruh pelosok Nusantara adalah keluaran pesantren tersebut.Datuk Ribandang
yang mengislamkan kerajaan Gowa-Tallo dan Kalimantan Timur adalah keluaran
pesantren Sunan Giri.Santri-santri Sunan Giri menyebar ke pulau-pulau seperti
Bawean, Kangean, Madura, Haruku, Ternate, hingga ke Nusa Tenggara.Dan sampai
sekarang pesantren terbukti sangat strategis dalam memerankan kendali
penyebaran Islam di seluruh Indonesia.
4.
Kekuasaan Politik
Artinya
penyebaran Islam di Nusantara, tidak terlepas dari dukungan yang kuat dari para
Sultan. Di pulau Jawa, misalnya keSultanan Demak, merupakan pusat dakwah dan
menjadi pelindung perkembangan Islam.Begitu juga raja-raja lainnya di seluruh
Nusantara. Raja Gowa-Tallo di Sulawesi selatan melakukan hal yang sama
sebagaimana yang dilakukan oleh Demak di Jawa. Dan para Sultan di seluruh
Nusantara melakukan komunikasi, bahu membahu dan tolong menolong dalam
melindungi dakwah Islam di Nusantara.Keadaan ini menjadi cikal bakal tumbuhnya
negara nasional Indonesia dimasa mendatang.
2.5 Perkembangan Masuknya Islam di
Beberapa Wilayah Indonesia
Perkembangan
Islam di Indonesia berlangsung di beberapa tempat, yaitu Sumatera, Jawa,
Sulawesi, Kalimantan, Maliku, Irian Jaya, dan Nusa Tenggara.
a. Perkembangan Islam di Sumatera.
Pada
pertengahan abad ke-13, di Sumatera telah berdiri kerajaan Islam Samudera Pasai
yang merupakan kerajaan Islam pertama di Indonesia, kerajaan ini terletak di
pesisir timur laut aceh yang sekarang merupakan wilayah Kabupaten Lhouksumawe.
Samudera Pasai adalah sebuah kerajaan maritim, samudera pasai telah mengadakan
hubungan dengan Sultan Delhi di India pada pelayaran kerajaan Samudra Pasai
merupakan pusat studi agama Islam dan tempat berkumpulnya para ulama dari
berbagai negara Islam.
b. Perkembangan Islam di Jawa
Perkembangan
di Jawa tidak bisa dipisahkan dari peranan wali, jumlah wali yang terkenal
sampai sekarang adalah sembilan, yang dalam bahasa dikenal dengan sebutan WALI
SONGO. Para wali yang termasuk dalam wali songo adalah sebagai berikut :
o
Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim) Maulana malik ibrahim juga dikenal dengan
panggilan Maulana Maghribi atau syekh Magribi, karena berasal dari wilayah
Maghribi, Afrika Utara. Kedatangannya dianggap sebagai permulaan masuknya Islam
di Jawa. Maulana Malik Ibrahim menerapkan metode dakwah yang tepat untuk
menarik simpati masyarakat terhadap Islam.
o
Sunan Ampel (Raden Rahmat) Pada awal penyiaran Islam di pulau Jawa,
Sunan Ampel menginginkan masyarakat menganut keyakinan Islam yang murni. Ia
tidak setuju dengan kebiasaan masyarakat Jawa, seperti kenduri, selamatan dan
sesaji. Hal itu terlihat dari persetujuannya ketika Sunan Kalijaga, dalam
ocehannya menarik umat Hindhu dan Budha mengusulkan agar adat istiadat Jawa
itulah yang diberi warna Islam
o
Sunan Bonang (Makhdum Ibrahim) Dalam menyebarkan agama Islam, ia selalu
menyesuaikan diri dengan kebudayaan masyarakat yang sangat menggemari wayang
serta musik gamelan. Sunan Bonang memusatkan kegiatan dakwahnya di Tuban. Dalam
aktifitasnnya ia mengganti nama dewa dengan nama-nama malaikat.
o
Sunan Giri (Raden Paku atau ‘Ainul Yaqin) Sunan Giri memulai aktifitas dakwahnya
didaerah Giri dan sekitarnya dengan mendirikan pesantren yang santrinya
kebanyakan berasal dari golongan masyarakat ekonomi lemah. Sunan Giri terkenal
sebagai pendidik yang berjiwa demokratis.
o
Sunan Drajat (Raden Kasim) Sunan Drajat juga tidak ketinggalan untuk
menciptakan tembang jawa yang sampai saat ini masih digemari masyarakat, yaitu
tembang pangkur. Hal yang paling menonjol dalam dakwah sunan drajat ialah
perhatiannya yang serius pada masalah-masalah sosial, ia selalu menekan bahwa
memberi pertolongan kepada masyarakat umum.
o
Sunan Kalijaga (Raden Said) Ketika para wali memutuskan untuk
menggunakan pendekatan kultural termasuk pemanfaatan wayang dan gamelan sebagai
media dakwah, orang yang paling berjasa dalam hal ini adalah Sunan Kalijaga. Sunan
Kalijaga mengarang aneka cerita wayang bernafaskan Islam terutama mengenai
etika.
o
Sunan Kudus (Ja’far Shadiq) Sunan Kudus mengajarkan agama Islam
didaerah Kudus dan sekitarnya, ia mempunyai keahlian khusus dalam ilmu fiqih,
urul fiqih, tauhid, hadits, tafsir dan logika. Oleh karena itu ia mendapat
julukan waliyyul ‘ilmi. Sunan Kudus juga melaksanakan dakwah dengan pendekatan
kultural.
o
Sunan Muria (Raden Umar Said) Sunan Muria memusatkan kegiatan dakwahnya
di Gunung Muria yang terletak 18 km sebelah utara kota Kudus. Cara yang
ditempuhnya dalam menyiarkan agama islam adalah dengan mengadakan kursus-kursus
bagi kaum pedagang, para nelayan, dan rakyat biasa.
o
Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah) Sunan gunung Jati lahir di Mekkah pada
tahun 1448. ia mengembangkan ajaran islam di cirebon, majalengka, kuningan,
kawali, sunda kelapa dan banten sebagai dasar bagi perkembanganislam di Banten.
c.
Perkembangan Islam di Sulawesi
Masuknya
islam di Sulawesi tidak terlepas dari peranan Sunan Giri di Gresik. Hal itu
karena Sunan Giri menyelenggarakan pesantren yang banyak didatangi oleh santri
dari luar Jawa, seperti ternate dan hiu. Pada abad ke-16 di sulsel telah
berdiri kerajaan hindhu gowa dan tallo. Penduduknya banyak yang memeluk agama
islam karena hubungannya dengan kesultanan Ternate.
d.
Perkembangan Islam di Kalimantan
Pada
abad ke-16, islam mulai memasuki kerajaan Sukadana. Dibagian selatan Kalimantan
berdiri kerajaan islam banjar pada sekitar tahun 1526. Panngeran Suriansyah
merupakan tokoh yang amat penting dalam sejarah islam di Kalimantan. Dalam
usaha mengembangkan islam/ Syekh muhamad arsyad al-Banjari mendirikan pondok
pesantren untuk menampung santri yang datang dari berbagai pelosok Kalimantan.
Pada masa berikutnya muncul seorang pahlawan Kalimatan yang sangat berjasa
dalam mengembangkan islam. Ia adalah Sultan Amirudin Khalifatul Mukminin atau
yang lebih dikenal nama pangeran Antasari.
e.
Perkembangan Islam di Maluku dan Irian
Jaya
Penyebaran islam di Maluku tidak lepas dari jasa para santri Sunan Drajat yang
berasal dari Ternate dan Hitu. Di Maluku ada 4 kerajaan bersaudara yang berasal
dari keturunan yang sama yaitu Ternate, Tidore, Bacan dan Jailolo. Raja Tidore
masuk islam dan mengganti nama menjadi Sultan Jamalludin.
Demikian
juga raja Jailolo, ia masuk isalm dan mengganti nama menjadi Sultan Hassanudin.
Peran kesultanan Ternate dalam penyebaran islam baru dimulai pada masa Sultan
Zaenal Abidin. Ia juga berhasil mengambangkan islam ke Maluku dan Irian Jaya
bahkan sampai ke Filipina.
2.6 Hikmah Sejarah Perkembangan Islam
di Indonesia
Setelah
memahami bahwa perkembangan Islam di Indonesia memiliki warna atau ciri yang
khas dan memiliki karakter tersendiri dalam penyebarannya, kita dapat mengambil
hikmah, diantaranya sebagai berikut :
1.
Islam membawa ajaran yang berisi
kedamaian.
2.
Penyebar ajaran Islam di Indonesia adalah
pribadi yang memiliki ketangguhan dan pekerja keras.
3.
Terjadi akulturasi budaya antara Islam dan
kebudayaan lokal meskipun Islam tetap memiliki batasan dan secara tegas tidak
boleh bertentangan dengan ajaran dasar dalam Islam.
2.7 Manfaat dari Sejarah Perkembangan
Islam di Indonesia
Banyak
manfaat yang dapat kita ambil untuk dilestarikan diantaranya sebagai berikut :
1.
Kehadiran para pedagang Islam yang telah
berdakwah dan memberikan pengajaran Islam di bumi Nusantara turut memberikan
nuansa baru bagi perkembangan pemahaman atas suatu kepercayaan yang sudah ada
di Nusantara ini.
2.
Hasil karaya para ulama yang berupa buku
sangat berharga untuk dijadikan sumber pengetahuan.
3.
Kita dapat meneladani Wali Songo
4.
Menjadikan masyarakat gemar membaca dan
mempelajari Al-Qur’an.
5.
Mampu membangaun masjid sebagai tempat
ibadah dalam berbagai bentuk atau arsitektur hingga kee seluruh pelosok
Nusantara.
6.
Mampu memanfaatkan peninggalan sejarah,
termasuk situs-situs peninggalan para ulama, baik berupa makam, masjid, maupun
peninggalan sejarah lainnya.
7.
Seorang ulama atau ilmuwan dituntut oleh
islam untuk mempraktikan tingkah laku yang penuh keteladanan agar terus
dilestarikan dan dijadikan panutan oleh generasi berikutnya.
8.
Para ulama dan umara bersatu padu mengusir
penjajah meskipun dengan persenjataan yang tidak sebanding.
2.8 Peradaban Islam di Masa Depan
Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman didalam Al-qur’an :
“Dialah
yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al-Qur’an) dan agama
yang benar untuk dimenangkanNya atas segala agama, walaupun orang-orang
musyrikin tidak menyukai.” (QS At-Taubah : 33)
Janji
telah diberikan oleh Allah Swt melalui firman-Nya itu, bahwa Islam dengan
kearifan dan kebijaksanaannya itu mampu mengalahkan agama-agama lain. Namun
tidak sedikit yang mengira bahwa janji tersebut telah terwujud pada masa Nabi
Salallahu Alaihi wa Salam , masa Khulafaur-Rasyidin dan pada masa
khalifah-khalifah sesudahnya yang bijaksana. Padahal kenyataannya tidak
demikian. Yang sudah terealisasi saat itu hanyalah sebagian kecil dari janji di
atas, sebagaimana diisyaratkan oleh Rasul Salallahu Alaihi wa Salam melalui
sabdanya yang artinya:
“Malam
dan siang tidak akan sirna sehingga Al-Latta dan Al-‘Uzza telah disembah. Lalu
Aisyah bertanya: “Wahai Rasul, sungguh aku mengira bahwa takkala Allah
menurunkan firman-Nya “Dialah yang telah mengutus RasulNya (dengan membawa)
petunjuk (Al-Quran) dan agama yang benar untuk dimenangkanNya atas segala
agama, walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai, hal itu telah sempurna
(realisasinya).”Belau menjawab: “Hal itu akan terealisasi pada saat yang
ditentukan oleh Allah.” [Hadits diriwayatkan oleh Imam Muslim dan Imam-Imam
yang lain]
Dari
hadits diatas tidak diragukan lagi bahwa kemenangan Islam di masa depan
semata-mata atas izin pertolongan dari Allah Swt, dengan catatan harus tetap
kita perjuangkan. Perjuangan dapat dilakukan dengan cara berjihad. Namun maksud
jihad disini bukanlah peperangan atau pembunuhan massal pada kaum non muslim.
Tapi melainkan dengan cara meningkatkan mutu pendidikan yang canggih namun
tidak keluar dari nilai-nilai ajaran islam.
Sudah
menjadi pemahaman bahwa kemenangan yang diraih dunia Barat dari umat Islam
ketika sedang dalam keadaan lemah dan kondisi yang rapuh seperti saat ini,
bukanlah disebabkan oleh kekuatan mereka semata, bukan pula karena kelemahan
umat Islam. Tetapi semua itu disebabkan buruknya pola berpikir dan rendahnya
tingkat pengetahuan umat Islam tentang Dienul Islam itu sendiri.Masa depan
dunia Islam tergantung pada tindakan yang diambil umat Islam sekarang ini. Jika
umat Islam telah terlalu jauh dan berpaling dari agama mereka maka mereka akan
jatuh pada musibah ketertindasan dan keterjajahan.
Oleh
karena itu umat Islam harus menyadari bahwa hanya dengan kembali kepada Islam,
umat Islam akan dapat meraih kembali kemuliaan, lepas dari segala bentuk
penjajahan yang selama ini membelenggu. Tiada lain jalan yang ditempuh selain
kembali kepada Islam sesuai pemahaman para Shahabat dan Salafussholih.
Mengikuti apa yang telah dicontohkan Nabi Muhammad dan Khulafaur Rasyidin dalam
melaksanakan syariat Islam baik dalam kehidupan individu, bermasyarakat dan
bernegara.
Seperti
yang telah Allah SWT umpamakan dalam surat Ibrahim 14: ayat 24-26 yaitu ;
“Tidakkah
kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang
baikseperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit,
pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah
membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.
Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut
dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikitpun.”
(QS. Ibrahim [14]: 24-26).
Allah
telah menjanjikan kejayaan Islam di masa yang akan datang cepat atau lambat,
pilihan umat Islam saat ini adalah apakah ikut turut andil ataukah tidak? Jika
ikut turut andil menuju kejayaan dan kebangkitan peradaban Islam maka akan
menjadi golongan orang-orang yang beruntung, mendapatkan pahala yang amat
besar. Namun sebaliknya, jika hanya diam, duduk manis menonton, mengikuti arus
dunia, individualis, acuh tak acuh terhadap kondisi umat, dan enggan berjuang
di JalanNya karena lebih mencintai dunia dari pada cinta kepada Allah dan Rasul
maka tunggulah keputusan Allah.
Maka
dari itu untuk mewujudkan kemenangan peradaban islam di masa depan yaitu dengan
mengerahkan segala bentuk upaya memaksimalkan potensi yang dimiliki. Di antara
potensi yang dimiliki umat yaitu berupa masjid dan kaum intelektual. Tanpa
menafikkan potensi lain, masjid dan kaum intelektual berperan besar di dalam
upaya mewujudkan kemenangan peradaban islam di masa depan. Inilah yang
dicontohkan para ulama, mereka memaksimalkan potensi dalam membangun peradaban
Islam yang jaya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
·
Proses penyebaran islam di nusantara
termasuk Indonesia dilakukandengan cara perdagangan, perkawinan, pendidikan,
dan melalui seni dan budaya.
·
Manfaat dari mempelajari sejarah
perkembangan islam di nusantara, salah satunya yaitu mampu membangun masjid
sebagai tempat ibadah dari berbagai bentuk, dan dapat meneladani Wali Sanga.
Adapun
hikmah dari mempelajari sejarah perkembangan islam ini yaitu Islam membawa
ajaran yang berisi kedamaian, selain itu penyebar ajaran Islam di Indonesia
adalah pribadi yang memiliki ketangguhan dan pekerja keras.
DAFTAR PUSTAKA
·
Hasjmy, A., Sejarah Kebudayaan Islam di
Indonesia, cet.1, Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1990.
·
Murodi,
Sejarah Kebudayaan Islam, Semarang: PT. Karya Toha Putra, 1994.
No comments:
Post a Comment